Kolaborasi Riset FPK UNAIR Banyuwangi – DLH Jawa Timur Soroti Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
DLH Jawa Timur bekerjasama dengan Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) PSDKU Universitas Airlangga Banyuwangi melaksanakan riset pemantauan kondisi kualitas lingkungan yang ada di Banyuwangi. (Foto: Ananda Wildhan)

UNAIR NEWS – Dalam menentukan kondisi kualitas lingkungan, indeks kualitas lingkungan hidup menjadi salah satu metode dalam menentukan kondisi secara umum kualitas lingkungan suatu daerah tertentu. Setiap tahunnya, DLH  Jawa Timur melaksanakan riset mengenai kondisi kualitas lingkungan di Jawa Timur dengan mengambil beberapa titik seperti muara, sungai, dan pantai. 

Pada tahun ini, DLH Jawa Timur bekerjasama dengan Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) PSDKU Universitas Airlangga Banyuwangi melaksanakan riset pemantauan kondisi kualitas lingkungan yang ada di Banyuwangi. Ditemui pihak UNAIR NEWS pada Minggu (14/8), Ahmad Handoko Hamdani selaku Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa indeks kualitas lingkungan terbagi menjadi tiga bagian yaitu indeks kualitas udara, indeks kualitas air, dan indeks tutupan lahan.   

“Itulah komponen yang dihitung menjadi indikator kualitas lingkungan hidup,” jelasnya. 

Tidak hanya itu, sambung Handoko, sejak tahun 2020, KLHK menambahkan satu komponen yaitu indikator kualitas air laut. Aspek yang diukur pada indikator kualitas air laut salah satunya adalah pemantauan bahan pencemar. Perhitungan indikator kualitas air laut, disesuaikan dengan metode-metode yang sesuai secara akademik.

“Beberapa metode yang dilakukan mengacu pada best of evidence dan penggunaan metode transex,” jelasnya. 

Adanya pengukuran indikator kualitas lingkungan hidup, lanjutnya, dapat memberikan gambaran yang objektif dalam merepresentasikan kondisi kualitas air laut Jawa Timur secara umum. Sehingga, perlu ketelitian dalam menentukan titik sampling, dan titik pemantauannya agar dapat menjadi acuan dalam menentukan kondisi kualitas lingkungan Jawa Timur secara umum. 

“Tentunya kita tidak ingin kondisi yang kurang baik seperti sampahnya banyak dan yang lainya pada satu titik saja yang dapat dimunculkan sebagai kondisi Jawa Timur secara keseluruhan. Sehingga hal tersebut yang harus dihindari,” jelasnya. 

Pada akhir, Handoko yakin masih banyak daerah pesisir di Jawa Timur yang kondisinya masih bagus. Sehingga, hal tersebut perlu menjadi titik sampling dalam penentuan kondisi kualitas lingkungan hidup di Jawa Timur.  

Penulis: Ananda Wildhan Wahyu Pratama

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp