Webinar WDAC, Ajak Kenali Penyakit Perkemihan Anabul

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
drh. Ilham Akbar Husni saat mengisi kegiatan kelas klini WDAC (SS Zoom)

UNAIR NEWS – Bergerak dalam ilmu keprofesian, khususnya pada hewan kesayangan dan satwa liar, Divisi Wild and Domestic Animal Care (WDAC) Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (HMKH) UNAIR di Banyuwangi, pada Sabtu akhir pekan lalu mengadakan kelas klinik dengan mengangkat tema “Penyakit Perkemihan pada Anjing dan Kucing”. Dalam kesempatan tersebut, hadir drh. Ilham Akbar Husni selaku pemateri. Dokter ilham panggilan akrabnya di awal pemaparan materi menyampaikan bahwa salah satu penyakit perkemihan pada anjing dan kucing adalah Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) atau Feline Urologyc Syndrome (FUS).

Dokter Ilham menyampaikan FLUTD merupakan penyakit multifaktor yang menyerang sistem saluran urinaria bawah kucing atau anjing jantan dan betina khususnya pada vesica urinaria dan uretra serta belum diketahui etiologinya. 

“FLUTD dapat ditandai dengan kesulitan urinasi yang menunjukan gejala klinis seperti hematuria (darah dalam urin), disuria (susah dalam urinasi),poliuria (sering urinasi), dan stranguria serta apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan inflamasi dan obstruksi pada saluran urinaria bawah kucing hingga kematian,” papar dokter Ilham.

Insidensi peningkatan FLUTD dapat disebabkan oleh faktor risiko yang berbeda di tiap daerah atau negara karena adanya perbedaan letak geografis, kepopularitasan suatu kucing saat periode tertentu, lamanya waktu pengambilan sampel, kriteria penyertaan dan metodologi yang digunakan. Faktor risiko yang umumnya ditemukan pada insidensi FLUTD antara lain seperti jenis atau breed kucing, jenis pakan, umur, berat badan, gaya hidup kucing, banyaknya jumlah peliharan dalam satu lingkungan yang sama, stres, tidak aktif atau rendahnya aktivitas, sumber air minum dan kuantitas konsumsi air.

“Pakan yang mengandung magnesium, fosfor dan protein, dikombinasi dengan pH urine yang alkali telah diketahui menjadi penyebab urolithiasis lebih dari 30 tahun terakhir. Kandungan pakan lain yang meningkatkan risiko adalah kalsium, natrium dan serat,” ujar dokter Ilham.

Kecukupan asupan air, lanjutnya, menjadi hal yang sangat penting pada kejadian FLUTD. Moyang kucing dahulu hidup di gurun dan oleh karenanya, kucing peliharaan juga kurang suka minum serta mempunyai konsentrasi urine yang pekat.

“Kucing membutuhkan asupan air 40-50 ml/kg/hari. Pakan kaleng atau tipe basah mengandung air sekitar 60-80% mirip dengan mangsa buruan yang menjadi sumber pakan alami kucing. Pakan kering hanya mengandung air sebanyak 5-10%, sehingga kucing membutuhkan lebih banyak air minum untuk memenuhi kecukupan air,” jelas ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jatim X.

Lebih lanjut, kekurangan asupan air akibat sifat kucing yang minum sedikit serta kandungan air pakan kering dan risiko kehilangan air akibat diare pada kucing yang mengkonsumsi pakan kering akan menyebabkan hewan mengalami dehidrasi dan berisiko menderita FLUTD. 

Komposisi pakan juga berpengaruh terhadap macam atau tipe urolith kucing penderita FLUTD. urolith pada kucing pada tahun 80-an sangat didominasi oleh struvit. Lebih dari 80% kasus merupakan urolith struvit, namun pada tahun 90-an awal penderita urolith kalsium oksalat meningkat pesat mencapai 45% bahkan 70% dibanding penderita urolith struvit. Dan perubahan tipe urolith kembali terjadi mulai tahun 2003, yaitu terjadi penurunan kejadian urolith kalsium oksalat dan peningkatan urolith struvit.

“Pemilik kucing atau anjing harus telaten memperhatikan kondisi anabulnya. Sediakan pakan dan minum sesuai kebutuhan anabul. Jika terjadi gejala yang mencirikan FLUTD, segera bawa anabul ke dokter hewan,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Suryadiningrat

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp