Dekan FIB Jelaskan Dua Tantangan Lestarikan Budaya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
PROF Purnawan saat memaparkan materi dalam Webinar Refleksi Hari Kemerdekaan.
PROF Purnawan saat memaparkan materi dalam Webinar Refleksi Hari Kemerdekaan.

UNAIR NEWS – Sebagai negara yang terkenal akan keragaman budaya, penting bagi Indonesia untuk melestarikan dan melakukan pengembangan agar budaya tersebut tetap exist. Namun, upaya pelestarian budaya ternyata banyak mengalami tantangan terlebih masyarakat Indonesia saat ini lebih tertarik mengonsumsi budaya asing.

Bertolak dari fenomena tersebut, BEM Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan webinar Refleksi Kemerdekaan bertajuk Peran Antar Elemen dalam Pelestarian Kebudayaan Jawa Timur. Sebagai salah satu pemateri, Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum., menyebutkan adanya dua dua poin utama yang menjadi tantangan tersendiri dalam melestarikan budaya Indonesia.

Dekan FIB UNAIR itu mengatakan tantangan pertama adalah pandemi Covid-19. Himbauan tidak boleh berkerumum selama pandemi, menurutnya mengakibatkan hasil kebudayaan, termasuk seni salah satunya tidak bisa tampil. 

“Kalau tidak aktif ditampilkan, produk kebudayaan ini akan hilang dan di masa depan nanti hanya dijadikan sebagai kajian. Jadi pandemi ini bisa mengancam eksistensi dari budaya kita apalagi ditambah banyaknya masyarakat yang mulai mengonsumsi budaya asing,” jelasnya pada Jumat (20/8/2021).

Meski begitu, dosen yang biasa disapa Prof. Pur itu menjelaskan bahwa di sisi lain budaya juga turut berpartisipasi dalam upaya mengendalikan pandemi. Pasalnya, dia menuturkan bahwa sosialisasi terhadap masyarakat terkait dengan penanganan Covid-19 memerlukan adanya pendekatan budaya.

Tantangan kedua menurut Prof. Pur adalah terkait dengan Undang-Undang (UU) Pemajuan Kebudayaan. Secara singkat, UU tersebut membahas tentang upaya untuk meningkatkan ketahanan dan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia. Hal itulah yang dikatakannya sebagai tantangan karena budaya Indonesia, khususnya Jawa Timur harus maju tidak hanya di tingkat lokal tetapi juga mampu bersaing dengan budaya yang sangat global dan mampu berkontribusi terhadap perkembangan peradaban dunia.

“Untuk memajukan budaya tidak cukup hanya pelaku kebudayaan saja yang giat mana kala masyarakat tidak mau menjadi konsumen dari budaya yg dilindungi. Semua elemen harus terlibat dalam ini. Contoh kecil keterlibatan yaitu datanglah menonton salah satu pertunjukan dari budaya itu sendiri,” paparnya.

Lebih lanjut, ditanya perihal banyaknya generasi muda yang saat ini  lebih menggandrungi budaya asing, Prof. Pur mengingatkan bahwa keseimbangan interaksi perlu dilakukan. Artinya, mereka boleh saja menyukai budaya asing asalkan tidak berpaling sepenuhnya dan masih mau mengonsumsi budayanya sendiri agar tidak menjadi ancaman bagi pengembangan budaya Indonesia.

Penulis: Nikmatus Sholikhah

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp