Tim PKM-RSH UNAIR Teliti Efektifitas Terapi Telewicara untuk Penyandang Autis di Kota Blitar

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Tim PKM- Riset Humaniora (RSH) UNAIR meneliti Pengaruh Penggunaan Terapi Alternatif Telewicara sebagai Metode Terapi Jarak Jauh bagi Anak Penyandang Autis di Kota Blitar. (Foto: Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS–  Kendala lantaran adanya adaptasi pembelajaran jarak jauh selama pandemi tak hanya dirasakan sektor pendidikan reguler saja. Pendidikan anak berkebutuhan khusus autis yang notabene menampung sebuah terapi khusus dan mengharuskan interaksi secara langsung untuk membantu anak autis juga sangat terdampak. 

Merespon hal tersebut, Tim PKM- Riset Humaniora (RSH) UNAIR meneliti Pengaruh Penggunaan Terapi Alternatif Telewicara sebagai Metode Terapi Jarak Jauh bagi Anak Penyandang Autis di Kota Blitar. Saat diwawancarai  tim UNAIR NEWS pada Jumat (20/8), Netha Aliffia selaku ketua tim menjelaskan bahwa para penyandang autis membutuhkan intervensi terapi yang terstruktur dan berkelanjutan agar kemampuannya tidak menurun, khususnya dalam kemampuan berbicara.

“Namun karena adanya pandemi ini terapi sempat terhenti mengingat banyak para terapis yang juga banyak bekerja di rumah sakit untuk membantu penanganan covid,” ungkapnya.

Ide penelitian tersebut mereka gagas setelah mendapati salah satu Pusat Pelayanan Autis (PLA) di Kota Blitar melakukan inovasi berupa adaptasi penggunaan terapi telewicara bagi anak autis. Mereka melakukan penelitian tersebut supaya nantinya penggunaan terapi telewicara ini bisa menjadi rujukan seluruh PLA lainya.

“PLA tersebut bekerjasama dengan SPOKLE (platform penyedia layanan terapi wicara yang bisa dilakukan dirumah) untuk memodifikasi dan mendesain metode terapi telewicara sehingga cocok diaplikasikan untuk anak autis di Indonesia,” ungkap mahasiswa Statistika Fakultas Sains dan Teknologi (FST) angkatan 2019 tersebut.

Tim Netha yang beranggotakan Putri Fardha Asa Oktavia Hans (Statistika, 2018),  Ayu Putri Pamungkas Muti (Statistika 2018), dan Thifalia Nurli Al-Kahfi (Statistika 2019) tersebut juga mendapatkan pendanaan  dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dalam Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2021.

Meski sedikit terkendala lantaran pengumpulan data yang harus mendapat persetujuan dari orang tua target, penelitian Netha dan tim sudah mencapai tahap pengumpulan artikel untuk publikasi. Dirinya berharap, melalui penelitian ini nantinya dapat menjadi salah satu rujukan dan solusi pelaksanaan terapi wicara bagi anak autis di tengah pandemi.

“Selain itu, semoga inovasi-inovasi lainnya juga bisa lebih memperhatikan kebutuhan anak berkebutuhan khusus yang juga mengalami kesulitan di masa pandemi COVID-19,” pungkasnya.

Penulis: Ivan Syahrial Abidin

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp