Studi Kasus: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen di IKEA

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh powercommerce.asia

Kita dapat mempelajari bahwa apapun strategi bisnis yang digunakan oleh perusahaan, strategi terbaik adalah memiliki produk yang berkualitas baik, harga terjangkau dan keunggulan biaya.

Tulisan ini merupakan hasil kolabori dan supervisi penulis dalam Nusantara Project 2021. Seperti yang kita ketahui bahwa IKEA adalah pemasok furnitur dan peralatan terbesar di dunia, dengan 331 toko milik sendiri dan waralaba di 41 negara, terbentang dari Swedia hingga Amerika Serikat, dari Inggris hingga Israel, Arab Saudi, Indonesia, Rusia dan Cina. IKEA didirikan di Swedia, pada tahun 1943, oleh Ingvar Kamprad, yang memulai dengan menjajakan barang-barang berguna kepada tetangga dengan sepedanya. Yayasan IKEA awalnya hanya fokus pada arsitektur dan desain interior. Mereka percaya bahwa rumah adalah tempat paling penting di dunia. IKEA menjadi aktif dalam mengatasi akar penyebab pekerja anak serta berupaya dengan mitra utama untuk mempromosikan hak dan pendidikan anak. (IKEA Foundation, 2020)

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen di IKEA. Metodologi penelitian ini dilakukan berdasarkan perolehan data secara primer dan sekunder. Penulis menggunakan survei sebagai data primer untuk mengumpulkan data sehingga proyek penelitian dapat dilaksanakan. Penulis telah menyiapkan kuesioner dengan menggunakan Google Form untuk memastikan responden dapat mengakses kuesioner.

Penulis menyebarkan 250 set kuesioner kepada konsumen IKEA di India, Indonesia dan Malaysia untuk mendapatkan pandangan mereka. Penulis juga melakukan penelitian melalui data sekunder berupa bahan referensi dan melalui jaringan internet. Penulis telah memilih beberapa desain studi yang sesuai untuk memfasilitasi akses ke informasi dan responden dan pengumpulan data. Prosedur, proses dan metode penelitian yang terorganisir dan strategis penting untuk mendapatkan solusi dari masalah yang diteliti.

Serangkaian kuesioner dibuat untuk menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen di IKEA. Kuesioner terdiri dari beberapa bagian seperti latar belakang responden, tanggapan setelah mengunjungi IKEA dan opini tentang pengalaman berbelanja di IKEA.

Terdapat 98 responden (39%) berusia antara 18 hingga 24 tahun. Kelompok usia antara 25 hingga 34 tahun terdiri dari 67 responden (27%). Kelompok usia di atas 55 tahun ini hanya 8 responden (3%). Sedangkan untuk responden bisnis dan responden profesional masing-masing sebanyak 56 responden (22%) dan 54 responden (22%). Responden paling sedikit adalah rumah tangga yaitu sebanyak 11 responden (4%).

Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa, setiap bisnis harus fokus pada produk utama bisnisnya. IKEA dikenal sebagai pengecer furnitur terbesar di dunia tetapi produk yang paling populer adalah makanan. Karena makanan murah dan enak yang dijual oleh IKEA, akan menarik lebih banyak konsumen untuk mengunjungi IKEA dan menghabiskan lebih banyak waktu di IKEA setelah makan. IKEA juga menawarkan produk dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau. Konsumen selalu berharap untuk menghabiskan uang paling sedikit untuk membeli produk yang layak dan bagus dari IKEA. Sebagian besar konsumen lebih memilih untuk mengunjungi IKEA karena keunggulan biaya yang dianjurkan IKEA dibandingkan dengan pengecer furnitur lainnya.

Belajar dari IKEA, bahwa apapun strategi bisnis yang digunakan oleh perusahaan, strategi terbaik adalah memiliki produk yang memiliki kualitas yang baik, harga yang terjangkau dan keunggulan biaya.

Penulis: Anak Agung Gde Satia Utama

Secara lebih lengkap, hasil penelitian ini dapat dilihat dan diunduh pada laman sebagai berikut: http://ejournal.aibpm.org/index.php/APJME/article/view/1068/0

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp