Quersetin dan Tantangan Eksplorasi Kandidat Obat Baru dalam Penanganan Stroke

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh honestdocs.id

Stroke adalah penyebab kedua tertinggi kematian di dunia dan penyebab utama disabilitas. Bukan lagi di negara maju, angka kejadian justru juga meningkat di negara-negara berkembang. Stroke iskemia yang disebabkan karena kebuntuan arteri di otak merupakan jenis stroke yang paling banyak terjadi. Penyebabnya sudah banyak diketahui khalayak, yakni kadar kolesterol yang tinggi dalam darah dan juga tekanan darah yang tinggi atau hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik. Timbunan lemak yang mengendap di jaringan di sekitar pembuluh darah memicu munculnya aterosklerosis yang disebabkan respon tubuh terhadap timbunan bahan yang tidak semestinya ada di area jaringan pembuluh darah. Plak yang terbentuk menjadi semacam bom waktu yang sewaktu waktu bisa lepas dan berenang bebas di aliran darah kemudian menyebabkan kebuntuan pada pembuluh darah kecil di otak. Saat itulah stroke terjadi. Suplai oksigen dan nutrisi ke area otak tertentu menurun dan menyebabkan kematian sel syaraf. Fungsi otak terganggu, umumnya yang dikenal masyarakat adalah gangguan bicara (pelo) dan pergerakan. Serangan pada organ yang vital sekali bagi kehidupan menjadikan penyakit ini tantangan sepanjang jaman hingga ditemukannya strategi sempurna dalam penanganannya (Donkor, 2018; Campbell, 2019).

Penanganan terbaik tentu adalah segera mendapatkan layanan kesehatan dari fasilitas kesehatan secara memadai. Fokusnya mencegah kerusakan lebih fatal. Tentu ada obat yang umum diberikan untuk melindungi otak, obat modern seperti sitikolin dan pirazetam punya efek relatif baik dan dibuktikan dalam berbagai penelitian, tentu dengan keterbatasan efektifitas juga (Ricci et al., 2012). Tantangan penemuan obat yang mempercepat rekoveri pasca stroke masih menjadi tantangan. Bahan obat yang berbasis bahan alam, seperti quersetin, banyak diperkenalkan dalam riset di bidang ini, meskipun bukti-bukti banyak menampilkan bahan-bahan prospektif tersebut sebagai antioksidan dalam kaitan efek baiknya pada resiko dan kondisi stroke (Tang et al, 2016). Sedangkan, semakin banyak fakta menunjukkan bahwa kematian sel syaraf sendiri tidak hanya didominasi efek peradangan dan stres oksidatif. Gangguan transmisi dari neuron jenis tertentu seperti halnya toksisitas karena aktivitas glutamat berlebih, turunnya proteksi karena aktivitas syaraf kolinergik yang menurun di bagian otak tertentu, dan sistem lainnya, juga dapat menimbulkan perburukan kondisi cedera otak pasca stroke (Choi DW. 2020; Xu et al., 2021). Kemungkinan adanya sistem lain di otak yang menjelaskan cara kerja bahan-bahan berbasis bahan alam seperti quersetin, akan lebih jauh membuka wawasan baru tentang prospek strategi baru dalam penanganan stroke.

Publikasi tahun 2021 dalam Journal of Basic and Clinical Physiology and Pharmacology menunjukkan bahwa kecepatan rekoveri dari cedera syaraf otak pasca stroke terutama bagaimana menurunkan keparahan dan durasi gangguan pergerakan dan lisan tetap menjadi fokus penting. Quersetin muncul sebagai bahan yang efektif untuk mencegah perburukan fungsi gerak dan sensori pada model hewan coba stroke. Lebih lanjut tidak hanya kemampuannya sebagai antioksidan, eksplorasi menunjukkan pengaruh bahan ini pada salah satu sistem peptida otak yaitu melanokortin. Melanokortin adalah salah satu sistem peptida yang ada di perifer/luar otak maupun di dalam sistem syaraf khususnya otak. Sistem ini yang dikenal bertanggung jawab dalam produksi asam amino pigmen kulit, melanin. Salah satu peptida utama melanokortin diproduksi pada bagian otak tertentu untuk mengatur fungsi otak tertentu, antara lain pada dorsal stria untuk mengatur fungsi gerak, sistem yang diganggu saat stroke terjadi. Quersetin mampu meningkatkan jumlah reseptor dari peptida utama melanokortin alfa-MSH, yaitu reseptor melanokortin tipe 4, disebut MC4R (Ulya et al, 2021). Bukti sederhana ini dapat menjadi dasar pengembangan riset ke depan tentang pentingnya sistem melanokortin ini digerakkan untuk mendukung rekoveri pasien stroke. Penelitian di atas tentu masih jauh dari kesimpulan final terkait aplikasinya pada manusia. Namun setidaknya ada new insight bahwa bahan-bahan kandidat obat yang berbasis bahan alam menyediakan tantangan besar untuk pengembangannya tidak hanya sebagai antioksidan alternatif tapi bahan obat bertarget yang punya andil dalam memperngaruhi sistem tertentu di dalam tubuh.

Penulis: Chrismawan Ardianto, S.Farm., M.Sc., Apt., Ph.D

Link Jurnal: Quercetin promotes behavioral recovery and biomolecular changes of melanocortin-4 receptor in mice with ischemic stroke | Request PDF (researchgate.net)

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp