Terapi Antivirus untuk COVID-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Republika Online

Seluruh dunia sedang mengalami pandemi global yang disebabkan oleh penyakit Coronavirus 2019. Berdasarkan data menurut Organisasi Kesehatan Dunia, Secara global, per 18 Mei 2021, telah terjadi 163.312.429 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, termasuk 3.386.825 kematian, dilaporkan ke WHO . Per 18 Mei 2021, total 1.407.945.776 dosis vaksin telah diberikan.1,2 Tingkat infeksi COVID-19 terus meningkat tajam. Hingga 18 Mei 2021, ada 880.362 kasus yang dikonfirmasi dan 19.617 kematian di Pakistan.

Dibandingkan dengan COVID-19, Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS–CoV) memiliki insiden 8.422 kasus dengan tingkat kematian kasus (CFR) 11%, dan Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS) 2.574 kasus yang dikonfirmasi laboratorium, termasuk 886 kematian terkait (rasio fatalitas kasus 34,4%). Angka infeksi COVID-19 terus meningkat tajam, begitu pula dengan jumlah obat antivirus yang bekerja sebagai pengobatan COVID-19. Seiring dengan perkembangan pandemi, telah banyak penelitian tentang obat antivirus, seperti hydroxychloroquin, chloroquine, remdesivir, lopinavir-ritonavir, favipiravir, oseltamivir, dan umifenovir.

Obat antivirus spesifik yang terbukti efektif melawan SARS-CoV-2 belum ditemukan dan disetujui untuk pengobatan COVID-19. Saat ini, deteksi kasus, pengendalian infeksi, pemantauan, pencegahan, dan perawatan suportif menjadi sarana yang difokuskan pada pengobatan COVID-19. Penelitian skala besar saat ini sedang dilakukan untuk menganalisis keamanan dan kemanjuran obat antivirus, sementara uji coba vaksin SAR-CoV-2 berkembang pesat.

Penulis: Hanik Badriyah Hidayati, Evi Octavia

Detail tulisan lengkap dapat dilihat: https://www.apicareonline.com/index.php/APIC/article/view/1522

Hidayati HB, Octavia E, Srisetyaningrum CT. Antiviral therapy for COVID-2019. Anaesth. pain intensive care 2021;25(3):387–390.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp