BEM FF UNAIR Ajak Mahasiswa Kembangkan Kemampuan Kepemimpinan dalam Levodopa 2021

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
BEM FF UNAIR Adakan Webinar Levodopa 2021 pada Sabtu (14/08/2021) (Foto: SS Zoom Meeting)

UNAIR NEWS – Departemen PSDM Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Farmasi (FF) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar Levodopa (Leadership Development Program) 2021 dengan tajuk “Elevate Your Leadership Skill” pada Sabtu (14/08/2021). Webinar yang dihadiri lebih dari 100 partisipan tersebut disiarkan melalui zoom meeting. 

Dalam sambutannya Kevin Ksatria selaku Ketua BEM FF UNAIR mengharapkan, peserta dapat mengasah kepemimpinannya pada program Levodopa 2021 tersebut. Ia juga mengharapkan, para peserta dapat memetik pelajaran yang dapat berguna di kehidupan mereka ke depan.

Webinar tersebut dihadiri oleh dua narasumber yaitu, Rahayu Hardianti Rindiantika selaku Korwil ISMAFARSI Batara JATIM dan Hasan Askari selaku CEO PT. ACE Konsultan Indonesia. Dalam kesempatan itu, kedua narasumber mengupas tentang motivasi kepemimpinan. 

Pada sesi pertama, Rahayu menjabarkan tentang teori motivasi dan kepemimpinan. Ia menyampaikan, ada beberapa karakteristik yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin. 

“Pemimpin harus dapat menempatkan posisi dan mempresentasikan pandangan atau pendapat dengan hal yang positif dan baik. Pemimpin juga harus pandai membaca atau mengenal karakter orang lain dan bertanggung jawab. Selain itu, pemimpin juga harus menjadi agen perubahan, karakteristik ini merupakan penerapan dari Nine Stars of Pharmacist,” jelasnya.

Ia menambahkan, pemimpin juga harus bijaksana. Pemimpin harus mampu memberikan kepercayaannya kepada para anggotanya. Sebagai pemimpin, seseorang juga perlu mengerti ilmu menghadapi masalah, pula menghargai orang lain. Pemimpin juga perlu menjinakkan anomi organisasi dan menjaga harmoni dalam organisasi. 

Rahayu juga memberikan lima tips menjadi seorang pemimpin yang ideal. Pertama, jadilah role model role model yang baik. Ia menyampaikan, sebisa mungkin pemimpin tidak memperlihatkan sisi buruk dalam memimpin orang lain. Kedua, jadilah seorang pemimpin, bukan bos. 

“Ketika memberikan perintah, pemimpin juga harus terbuka untuk berdiskusi, menerima kritik dan saran untuk kepentingan bersama. Berbeda dengan bos yang hanya memerintah saja. Lalu, pemimpin harus pandai mengelola emosinya, mengasah keterampilan secara konsisten, dan terakhir berani mengakui kesalahan,” jelasnya.

Pada sesi dua, Hasan sebagai pemateri kedua menyampaikan tentang pemimpin yang toxic. Seorang pemimpin dapat menjadi pemimpin yang toxic karena beberapa alasan. Salah satunya, seseorang tersebut tidak memiliki kapasitas sebagai kepemimpinan. Namun, orang yang memiliki kepemimpinan juga dapat menjadi pemimpin yang buruk. 

“Pemimpin tersebut insecure terhadap posisinya. Pemimpin yang insecure dapat sangat manipulative, dan sangat berbahaya bila memegang posisi kepemimpinan,” ucapnya.

Mengutip dari John C. Maxwell, Hasan menyampaikan bahwa ada lima level kepemimpinan. Yaitu, position, permission, production, people development, dan pinnacle. 

“Semakin tinggi level kepemimpinanmu, semakin tinggi pengaruhmu,” tutupnya. (*)

Penulis: Alysa Intan Santika

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp