Potensi Karaginan sebagai Pengganti Gelatin pada Produksi Cangkang Kapsul

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Ekonomi Bisnis

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri atas obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Ada tiga macam kapsul komersial, yaitu kapsul lunak (soft capsule), kapsul cangkang keras (hard shell capsule), dan kapsul yang dimodifikasi pelepasannya atau modified release capsules. Kapsul lunak biasanya tebal yang berisi larutan atau suspensi. Misalnya dari produk suplemen minyak ikan, vitamin A dan E.  Cangkang kapsul keras terdiri dari dua bagian yaitu tubuh (body) dan tutup (cap). Modified release capsules adalah kapsul lunak atau keras yang berisi bahan aktif dengan pembuatan yang khusus (misalnya mikro- atau nano-enkapsulasi) yang dimodifikasi kecepatan, tempat, dan waktu lepasnya obat di lambung.

Pada umumnya, cangkang kapsul keras dibuat dari gelatin. Gelatin adalah produk hidrolisis kolagen yang berasal dari kulit, jaringan, dan tulang sapi/kerbau atau babi. Gelatin mempunyai sifat gelling yang sangat baik, namun gelatin adalah produk hewan dan Indonesia belum mempunyai industri gelatin sehingga gelatin halal masih diimpor dari Thailand, Bangladesh, dan India, sehingga harga tergantung nilai dollar. Oleh karena itu, perlu dibuat cangkang kapsul alternatif yaitu cangkang kapsul halal dari bahan nabati (non-animal) yang berasal dari rumput laut.  Tidak diragukan lagi potensi kekayaan rumput laut di sepanjang pesisir pantai Indonesia yang merupakan bahan baku yang melimpah dan selalu dapat diperbarui (renewable). Bahan baku cangkang kapsul yang akan diulas pada karya ilmiah ini adalah karaginan yang berasal dari Eucheuma cottonii. Indonesia merupakan produsen karaginan dunia, baik berupa alkali treated cottonii (ATC), semi refine carrageenan (SRC) dan refine carrageenan (RC). Sifat gelling karaginan dapat dikatakan mirip gelatin, sehingga karaginan mempunyai potensi sebagai pengganti cangkang kapsul gelatin. Pengujian secara biologi, kimia dan fisika adalah sangat penting agar cangkang kapsul karaginan dapat diterima pasar.

Hasil uji biologi, karaginan Indonesia yang berasal dari ekstrak rumput laut tidak mengandung bakteri patogen, misalnya Eschericia coli, Staphylococcus aureus dan Salmonella. BPOM menetapkan bahwa untuk mengikuti standar mutu bahan tambahan, bahwa semua bakteri tersebut harus negatif atau tidak mengandung ketiga bakteri tersebut. Hasil uji kimia bertujuanuntuk mengetahui apakah karaginan mengandung logam berat non-esensial yaitu Hg, Cd, Pb, Sn dan As. Uji-uji biologi dan kimia merupakan bagian yang sangat penting dalam keamamanan suatu bahan tambahan yang akan masuk dalam tubuh. Oleh karena itu persyaratan-persyaratan tersebut harus dipenuhi agar mendapatkan ijin edar dari BPOM. Untuk uji fisika cangkang kapsul karaginan cukup banyak, yaitu keseragaman berat, panjang sebelum dan setelah dikatupkan, ketebalan body dan cap, diameter body dan cap, viskositas, swelling degree, sifat mekanik, berat molekul, sifat termal dan kecepatan disintegrasi.  Viskositas merupakan faktor yang sangat penting untuk mendapatkan hasil produk cangkang kapsul yang baik. Sifat mekanik sangat diperlukan karena cangkang kapsul berasal dari polimer, maka harus mempunyai kekuatan khusus dan tidak mudah rusak. Cangkang kapsul bisa rusak karena  penyimpanan dan rusak karena berpindah tempat dari pabrik dibawa ke tempat lain. Berat molekul yang beragam dan sifat termal dari polimer akan mempengaruhi waktu disintegrasi, oleh karena itu perlu dihitung berapa berat molekul yang sesuai. Waktu disintegrasi dari cangkang kapsul yang diijinkan WHO tidak lebih dari 30 menit.           

Dengan adanya keterangan tersebut, maka uji biologi, kimia dan fisika suatu cangkang kapsul diperlukan untuk mendapatkan cangkang kapsul yang standar. Tanpa adanya pengujian tersebut, maka akan sulit diterima pasar. Misalnya tidak memperhatikan viskositas, maka kapsul menjadi terlalu tebal atau terlalu tipis dan tidak standar yang akan mempengaruhi sifat-sifat fisika lainnya. Oleh karena itu dalam suatu industri, diperlukan laboratorium yang standar untuk mendapatkan cangkang kapsul yang sesuai dengan kriteria BPOM. Untuk kesinambungan produksi agar diperoleh hal yang baru dan lebih baik dari segi kualitas dan harga, maka diperlukan pula riset-riset untuk pengembangan ke depan. Pengembangan industri cangkang kapsul tidak hanya diperlukan ilmu pengetahuan tentang polimer yang mumpuni, namun disarankan juga pengalaman yang cukup. Karya ilmiah popular ini merupakan inovasi produksi dari bahan alam rumput laut yang mendukung dua poin sustainable development goals (SDG), yaitu poin tiga yang berkaitan dengan inovasi produksi dan poin sembilan tentang rumput laut.

Penulis: Muhammad Al Rizqi Dharma Fauzi, Pratiwi Pudjiastuti, Arief Cahyo Wibowo, and Esti Hendradi

Link:https://www.mdpi.com/2073-4360/13/16/2666/pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp