Pengembangan Budidaya Arwana Menurut Para Peneliti di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ikan arwana super red.
Ikan arwana super red.

UNAIR NEWS – Ikan arwana sering dijuluki sebagai raja ikan hias. Selain karena warna tubuhnya yang indah, ikan arwana memiliki harga yang sangat tinggi dan termasuk langka untuk dicari. Ikan arwana memiliki berbagai jenis yang tersebar di dunia, namun jenis yang paling banyak diminati masyarakat sebagian besar berasal dari Asia Tenggara.

Indonesia memiliki cukup beragam jenis arwana, yakni arwana papua (Scleropages jardini); arwana australia (Scleropages leidcharti); arwana super red, arwana red banjar, arwana red tail golden, green arwana (Scleropages formosus).

Menurut Rendy Ginanjar S.Pi, M.Sc, selaku ketua tim pengelolaan ikan arwana Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH), arwana super red menjadi salah satu fokus riset yang dilakukan oleh BRBIH. Hal tersebut ia sampaikan pada webinar ‘Arwana Talk’ yang digagas oleh Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNAIR dan BRBIH Depok (9/8/2021). Beberapa alasannya adalah karena harganya yang sangat menarik. Selain itu, dilihat secara fisik ikan itu memiliki penampilan yang gagah dan bersifat cukup agresif. Sehingga ikan tersebut menjadi komoditas ikan hias yang penting.

Dilansir dari situs resmi KKP.go.id, pada tahun 2018 ikan arwana super red terjual sebanyak 4.058 ekor dengan harga total sebesar lebih dari 10 miliar rupiah. Sedangkan pada tahun 2019 terjual sebanyak 2.360 ekor dengan harga total sebesar 2,5 milyar rupiah. Namun demikian, ikan ini berstatus terancam yang disebabkan karena penangkapan dan perubahan lahan serta penurunan kualitas lingkungan. 

Rendy juga menjelaskan keterkaitan ikan arwana super red dengan mitologi etnis Tionghoa. Saat memelihara ikan ini dengan baik, maka dipercaya akan membawa keberuntungan dan kebaikan bagi pemiliknya.

“Oleh karena itu, ikan ini sangat laku di negara yang banyak etnis Cina, terutama di daerah Cina,” jelasnya.

Budidaya ikan arwana sendiri tergolong cukup susah dan memakan waktu yang lama. Pematangan seksual atau alat kelamin dari bentuk telur hingga dewasa membutuhkan waktu 2-4 tahun. Jumlah telur yang dihasilkan juga cukup sedikit, berkisar antara 20 hingga 90 butir telur. Sedangkan waktu untuk mengerami telurnya juga tergolong sangat lama, yakni umumnya pada kisaran 50 hari. Selain itu kendala penting lainnya adalah proses identifikasi antara jantan dan betina yang sulit dibedakan.

WEBINAR ‘Arwana Talk’ yang digagas oleh Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNAIR dan BRBIH Depok (9/8/2021).

Darmawan Setia Budi S.Pi., M.Si, dosen FPK UNAIR, menjelaskan bahwa pemijahan ikan arwana secara alami hanya terjadi pada Juli dan November. Namun dapat juga dilakukan di luar musim tersebut dengan syarat memberikan nutrisi yang cukup. Ia juga menjelaskan bahwa waktu pengeraman telur ikan dapat dipercepat dengan menempatkan telurnya pada inkubator agar indukan dapat melakukan proses reproduksi selanjutnya.

“Sehingga dapat mengatasi jumlah keterbatasan induk, jadi proses reproduksi selanjutnya dapat berjalan lebih cepat,” jelasnya pada acara ‘Arwana Talk’ (9/8/2021).

Darmawan juga mengenalkan teknologi rekayasa produksi yang dapat dilakukan pada ikan arwana. Teknologi tersebut adalah transplantasi sel germinal yang digunakan untuk mendapatkan induk semang atau induk pengganti. Sebagai contoh pada ikan arwana super red yang sering mengalami kendala reproduksi, maka akan digunakan indukan pengganti dengan menggunakan ikan arwana jenis lain yang mudah melakukan reproduksi. 

“Jadi diambilnya jaringan dari ikan arwana super red yang dimasukkan (misal) ke arwana silver. Sehingga nantinya dapat dikembangkan ikan arwana silver yang bertelur ikan arwana super red,” tutupnya.

Penulis: Muhammad Ichwan Firmansyah

Editor: Feri fenoria

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp