Teliti Manajemen Penanganan Pasien Covid-19 Kritis, Tim FK UNAIR Raih Best Paper ITTP-COVID-19 ASEAN

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Tim FK UNAIR meraih Best Paper 4 th Place di bidang Health Science dalam ajang ITTP-COVID-19 ASEAN. (Foto : istimewa)

UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) menorehkan prestasi gemilang di kancah internasional. Tim FK UNAIR berhasil meraih Best Paper 4 th Place di bidang Health Science dalam ajang bergengsi ITTP-COVID-19 ASEAN. Hasil penelitian tim ibarat membuka kotak pandora, dalam perspektif wawasan penanganan pasien Covid-19, khususnya gangguan pernapasan akut berat/Acute respiratory distress syndrome (ARDS).

Tim FK UNAIR terdiri atas Prof Dr. Aryati, dr, MS, SpPK(K) sebagai corresponding author dan dr. Ferdy Royland Marpaung SpPK sebagai peneliti utama dan pembicara serta dr. Victoria Mayasari sebagai anggota peneliti. Pembimbing endokrin di Patologi Klinik ialah Dr. Sidarti Soehita SFHS, dr, MS, SpPK(K) serta dr. Bambang Pujo Semedi SpAn-KIC sebagai pembimbing klinis.

Penelitian Manajemen Covid-19 pada Pasien dengan ARDS

Ferdy Royland Marpaung, dr, SpPK menerangkan bahwa implikasi penelitian tim sangat besar terhadap manajemen Covid-19 terutama mereka yang sedang mengalami ARDS. Penelitian tersebut merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kohort prospektif. Hal itu karena tim mengikuti pasien hari ke-7 dan ke-30 setelah pemeriksaan kadar hormon dilakukan.

Saat ini penelitian Covid-19 pasien kritis dari sisi endokrin sangat terbatas terutama yang berhubungan dengan aksis Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA). Hormon yang berperan pada aksis HPA adalah ACTH (Adrenocorticotropic hormone) dan kortisol. Kedua hormon ini sangat berperan dalam kondisi kritis untuk menjaga tubuh tetap bertahan.

“Kami melihat ada gap penelitian pada SARS dan penelitian Covid-19, dimana data penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan hormon kortisol pada pasien SARS berhubungan dengan kematian, sedangkan pada pasien Covid-19 justru peningkatan kortisol berhubungan dengan peningkatan angka kematian. Sayangnya, peran ACTH tidak dijelaskan,” terangnya.

Padahal, lanjut dr Ferdy, mengukur konsentrasi ACTH dapat memberikan informasi umpan balik penting pada fungsi aksis HPA pada pasien yang sakit kritis dengan Covid-19. Bahkan lebih penting lagi dalam kasus pemberian steroid eksogen (seperti deksametason dan methylpredinsolon) karena akan memiliki dampak negatif yang signifikan pada sekresi ACTH dan akibatnya fungsi aksis HPA.

Selain itu, lanjutnya, hampir semua pasien Covid-19 yang kritis diberikan kortikosteroid yang merupakan steroid alami. Lalu, apakah pemberian steroid tanpa memeriksa kortisol dan hormon ACTH akan memberikan dampak signifikan terhadap terapi?

“Berangkat dari kondisi ini kami berpikir untuk mengevaluasi kadar ACTH dan kortisol pasien Covid-19 dengan ARDS,” lanjutnya.

Dari sisi manajemen penanganan pasien Covid-19 dengan ARDS, hasil penelitian tersebut seperti membuka kotak pandora karena penelitian ini menemukan dinamika ACTH dan kortisol masih terjaga dengan baik pada pasien yang hidup. Sedangan pada pasien yang meninggal dalam 30 hari evaluasi tidak terdapat korelasi.

“Implikasinya adalah kita harus benar-benar mempertimbangkan penggunaan glukokortikoid eksternal (steroid) dengan benar dengan menggunakan data pemeriksaan laboratorium yang sesuai seperti ACTH dan kortisol,” jelasnya.

Tim FK UNAIR meraih Best Paper 4 th Place di bidang Health Science dalam ajang ITTP-COVID-19 ASEAN. (Foto : istimewa)

Dokter yang juga menjabat sebagai Kepala Divisi Kimia Klinik, Departemen Patologi Klinik FK UNAIR-RSUD Dr. Soetomo itu menerangkan bahwa penelitian tersebut tentunya harus dilanjutkan dengan melihat bagaimana kadar ACTH dan kortisol setelah pemberian glukokortikoid eksternal dan melihat dampaknya terhadap luaran (outcome) penderita. Sehingga rasionalisasi penggunaan glukokortikoid pada pasien kritis Covid-19 dapat berjalan dengan baik.

“Saya terharu dengan kontribusi tim yang luar biasa. Saya sangat bersyukur memiliki pembimbing yang luar biasa baik dan penuh perhatian. Saya terharu akan didikan dan motivasi yang selalu diajarkan oleh pembimbing saya, Prof dr. Aryati beserta tim meskipun sama-sama di tengah kesibukan,”pungkasnya. (*)

Penulis :  Sandi Prabowo

Editor  : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp