Tim FK UNAIR Raih Juara II Best Paper ITTP Covid-19 ASEAN

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Tim FK UNAIR meraih best Paper 2nd Place Paper Health Science di ITTP-COVID-19. (Foto: Istimewa)
Tim FK UNAIR meraih best Paper 2nd Place Paper Health Science di ITTP-COVID-19. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Tak dimungkiri pandemi Covid-19 mempengaruhi sistem pendidikan yang sudah berjalan, termasuk sistem pendidikan di kedokteran. Mahasiswa kedokteran umumnya menempuh studi lima setengah tahun, 3 setengah tahun di universitas dan 2 tahun menjalani dokter muda. Para dokter muda yang seharusnya menjalani rotasi klinik praktik di bawah supervisi di fasilitas kesehatan sementara ditarik mundur.

Atas kekhawatiran kompetensi dokter muda sekarang, tim Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) yang terdiri atas Prof. Dr. Nancy Margarita Rehatta, dr., Sp.An, KMN., KNA sebagai peneliti utama; dr. Fithriyah Cholifatul Ummah, M.Med.Ed, penulis utama; dr. Yudhistira Pradnyan Kloping, presenter; dan 8 dokter lainnya merancang paper “Undergraduate Online Based Clinical Rotation During The Pandemic: A Descriptive Evaluation”. Paper yang diusung Prof. Dr. Rita meraih best Paper 2nd Place di bidang Health Science dalam konferensi internasional ITTP COVID-19 ASEAN pada Minggu (8/8/2021).

dr. Yudhistira Pradnyan foto Bersama dengan koresponden utama Prof. Dr. Nancy Margarita Rehatta. (Foto: Pribadi)

Pembelajaran Hybrid Dokter Muda

dr. Yudhistira menerangkan penelitian fokus untuk menyiapkan dokter muda umum untuk bisa terjun ke lapangan. Penelitian tersusun dua mekanisme evaluasi. Pertama, tim mengobservasi langsung sistem kuliah di tiap-tiap departemen FK. Kedua, tim meminta feedback kepada mahasiswa atau dosen FK terkait pembelajaran daring sudah cukup baik. Akan tetapi, dr. Yudhistira menuturkan kelemahan daring kedokteran adalah tidak bisa mengetahui pasti atensi dokter muda.

“Atensi yang kurang baik bagi mahasiswa kedokteran itu masalah kecil. Masalah utamanya adalah ilmu praktik klinisnya. Kemampuan menyuntik, infus pasien, dan tindakan pembedahan, itu tidak bisa digantikan dengan pembelajaran daring. Feelnya itu beda,” ungkap dr. Yudhis.

Masalah terletak pada teknis kompetensi para dokter muda. Mereka, lanjut dr. Yudhis, belum ada pengalaman praktik di lapangan dan nantinya mereka menjadi dokter yang harus siap menangani pasien. 

Selain masalah teknis klinikal, dokter muda harus belajar cara berkomunikasi yang baik dengan pasien yang kritis Hubungan batin menurut dr, Yudhis, antara dokter dan pasien hal yang penting. “Belum lagi masalah mental yang dihadapi dokter. Ketika dihadapkan penanganan pasien yang bersamaan. Prioritas penanganan pasien itu penting mana yang harus ditangani dulu,” paparnya.

Berdasar evaluasi itu, kita berfokus pada menyiapkan sistem Pendidikan Hybrid untuk dokter muda. Sistem hybrid itu nantinya dapat membantu dokter muda mengejar ilmu klinis dan praktik di lapangan

.”Kita mulai mengajarkan aspek keamanannya terlebih dahulu ketika penanganan pandemi, seperti cara memakai APD yang benar, cara memakai APD yang benar, itu bisa dilakukan online,” ujar dokter Spesialis Urologi itu.

Meski begitu, daring meringankan pengajaran di kedokteran, morning report nakes, bahkan diskusi sebelum menjalani operasi bisa dilakukan online.”Bisa lebih fleksibel dan tidak harus pindah tempat dari RS ke kelas,” ungkapnya.

Melalui penelitian tersebut, tim berharap dapat menjadi sebuah pertimbangan antara instansi pendidikan dan rumah sakit sehingga dokter muda tetap bisa memperoleh ilmu untuk menjadi dokter di masa pandemi.

Penulis: Dimar Herfano

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp