Harapan untuk Ekonomi Perikanan Indonesia Di Masa Pandemi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Suasana Webinar Arwana Talk Via Zoom Meeting dan Live Youtube .
Suasana Webinar Arwana Talk Via Zoom Meeting dan Live Youtube.

UNAIR NEWS – Badan Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) Depok bersama Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNAIR menyelenggarakan webinar bertajuk ‘Arwana Talk’ pada Senin pagi (9/8/2021). Acara tersebut merupakan salah satu rangkaian dari ‘Merah Putih Ikan Hias webinar series’ yang dilaksanakan hingga tanggal 18 Agustus 2021. 

Yayan Hikmayani, S.Pi, M.Si selaku Kepala Pusat Riset Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membeberkan fakta bahwa pertumbuhan ekonomi dunia sedang mengalami penurunan akibat pandemi. Namun ia juga memberikan kabar gembira, yakni sektor perikanan Indonesia masih mampu untuk bertahan di tengah kondisi yang seperti sekarang. Ia menambahkan bahwa angka ekspor komoditas perikanan Indonesia seperti rumput laut, udang, dan tuna mengalami kenaikan. 

Menurut Yayan, sapaan akrabnya, nilai ikan hias Indonesia sendiri di tahun 2019 menyentuh angka 10,5 persen dari pasar ikan hias dunia. Adapun tujuan ekspornya yakni Tiongkok, Amerika Serikat, Rusia, Kanada, dan Singapura. 

“Berdasarkan angka sementara Badan Pusat Statistik nilai ekspor ikan hias Indonesia pada periode Januari sampai Maret 2021 (puncak pandemi) mencapai 9,2 juta USD,” terangnya.

“Ikan hias menjadi produk unggulan ekspor di masa pandemi Covid-19, karena dapat dijadikan objek hiburan saat orang di rumah dan saat lockdown,” lanjutnya.

Rahasia Indonesia tumbuh menjadi nomor satu ikan hias di dunia yakni adanya kolaborasi dan sinergitas. Yayan menjelaskan terkait pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Negara (RPJMN) 2020-2024 dengan penetapan strategi pembangunan ikan hias yang meliputi kualitas produksi, promosi, konservasi spesies, habitat ikan hias endemik, dan edukasi publik. 

“Peta jalan percepatan pengembangan industri ikan hias secara nasional harus dibangun sinergi dari hulu hingga hilir,” ucapnya.

Dekan FPK UNAIR, Prof. Dr. Mohammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D. menitik fokus penyelesaian masalah di sebelas sektor perekonomian bidang kelautan. Kesebelas sektor yang dimaksud yakni perikanan tangkap, budidaya, industri pengolahan hasil perikanan, industri bioteknologi perikanan dan kelautan, pertambangan dan energi, pariwisata bahari, hutan bakau, perhubungan laut, sumber daya wilayah, pulau-pulau kecil, industri jasa maritim, dan sumber daya alam non konvensional. 

Hasil kajian dari para peneliti mengungkapkan bahwa sebanyak 1,33 triliun USD masih menjadi potensi dari kekayaan yang dimiliki sumber daya laut Indonesia. Sedangkan untuk lapangan pekerjaan diperkirakan akan memberikan kesempatan 45 juta orang. Hal tersebut memiliki arti bahwa potensi pengembangan perikanan dan kelautan sangatlah luas.

“Tingkat pemanfaatan ekonomi kelautan perikanan Indonesia saat ini hanya seperempat dari total potensinya,” tutur Prof. Amin.

Sedangkan dengan adanya revolusi industri 4.0 terdapat pekerjaan baru yang harus disiapkan dengan baik. Menurut Prof. Amin, persiapan yang perlu dilakukan yakni kesiapan industri, tenaga kerja yang handal, mengatur proses yang membantu penataan sosial budaya di kehidupan masyarakat, serta meningkatkan diversifikasi dan penciptaan lapangan kerja. 

“Dengan rasa bangga dan syukur, koordinasi antara Badan Riset Budidaya Ikan Hias KKP dan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, kami harap bisa mendorong beberapa inovasi yang memungkinkan kita meningkatkan potensi perekonomian sekaligus menimbulkan rasa cinta terhadap produk Indonesia. Mungkin juga kerjasama ini bisa kita lanjutkan dalam beberapa aspek yang lain, baik dalam riset maupun pengabdian masyarakat” pungkasnya.

Penulis: Muhammad Ichwan Firmansyah

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp