Fakta dan Mitos Gastroesophageal Reflux Disease

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh About.com Health

Isi lambung dapat melewati aliran retrograde melalui esophagogastric junction (EGJ) dan lower esophageal sphincter (LES) dari lambung selama postprandial. Aliran retrograde ini bersifat fisiologis, di mana pada beberapa orang dapat terjadi beberapa kali dalam sehari tanpa menimbulkan gejala. Adanya gejala seperti nyeri ulu hati, regurgitasi, kembung, atau nyeri epigastrium dapat mengindikasikan bahwa aliran retrograde menjadi secara patologis. Kondisi ini dikenal sebagai gastroesophageal reflux disease (GERD), gangguan pencernaan paling umum dengan prevalensi tinggi di dunia.

GERD didefinisikan sebagai suatu kondisi yang berkembang ketika refluks isi lambung menyebabkan gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu. Proses patologis dapat berasal dari kerongkongan, seperti gangguan EGJ, dan dapat melibatkan komponen ekstra-esofagus seperti lambung dan sistem saraf. Ada beberapa kondisi yang berkontribusi terhadap patofisiologi GERD. Studi telah menemukan bahwa gangguan pembersihan esofagus, penurunan pertahanan mukosa, peningkatan frekuensi TRLES atau penurunan tekanan LES dianggap bertanggung jawab terhadap perkembangan GERD.

Diagnosis GERD dapat ditegakkan melalui gejala, temuan endoskopi, pemantauan pH rawat jalan, atau modalitas diagnostik yang lebih baru, yang telah berkembang secara signifikan selama beberapa dekade terakhir. Pada pasien dengan gejala khas mulas atau regurgitasi, diagnosis GERD dapat ditegakkan dengan presentasi klinis atau respons yang baik terhadap percobaan proton pump inhibitors (PPI).

Pemeriksaan lebih lanjut diperlukan pada pasien GERD dengan gejala atipikal atau ketika diagnosis masih dipertanyakan meskipun telah dilakukan uji coba PPI. Penatalaksanaan GERD terdiri dari nonfarmakologi, farmakologi, dan pembedahan. Nonfarmakologis meliputi modifikasi gaya hidup, seperti penurunan berat badan atau peninggian kepala tempat tidur. Sedangkan tatalaksana farmakologis meliputi pemberian antasida, antagonis reseptor histamin, atau penghambat pompa proton. Pembedahan ditujukan terutama untuk GERD parah atau tidak membaik setelah pengobatan.

Meskipun prevalensinya tinggi, namun masih banyak mitos dan kesalahpahaman di masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi pandangan mengenai GERD. Mitos dan miskonsepsi tentang GERD meliputi diagnosis, etiologi, patofisiologi, atau bagaimana GERD berhubungan dengan penyakit lain. Berbagai pertanyaan datang dari pasien; oleh karena itu, mereka dapat memengaruhi cara mendiagnosis dan mengelola penyakit. Sangat penting memiliki pemahaman dan pengetahuan untuk membedakan fakta dan mitos tentang GERD.

Berdasarkan dari gambaran di atas, peneliti dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya di salah satu jurnal Internasional terkemuka, yaitu Journal International of Dental and Medical Research. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti fakta dan mitos tentang GERD berdasarkan kajian dan pengetahuan terkini. Memahami fakta di antara mitos dan kesalahpahaman ini penting bagi dokter karena mempengaruhi cara untuk mendidik, mendiagnosis, dan bahkan mengelola GERD pada pasien.

Gejala GERD bisa khas, seperti mulas atau regurgitasi dan gejala atipikal seperti kembung, muntah, atau bahkan terbangun di malam hari. Meski berimplikasi signifikan di masyarakat, masih banyak mitos dan kesalahpahaman yang membutuhkan penjelasan ilmiah. Salah satu mitos terkenal tentang GERD adalah hubungannya dengan sindrom koroner akut. Heartburn, gejala GERD yang paling umum, tidak ada padanannya dalam banyak bahasa. Sakit maag, pada pasien Indonesia, sering dianggap nyeri dada dan disalahartikan dengan gejala sindrom koroner akut. Dan juga masih banyak mitos dan kesalahpahaman tentang GERD, seperti apakah GERD mirip dengan refluks asam, apakah GERD adalah penyakit keturunan, apakah operasi dapat dilakukan pada GERD, atau yang sederhana seperti apakah perlu menghindari makanan berlemak pada GERD pasien.

Berdasarkan review ini dapat disimpulkan bahwa banyaknya isu di masyarakat tentang GERD menimbulkan pertanyaan apakah itu mitos atau fakta. Kita diharapkan untuk menjelaskan mitos atau kesalahpahaman tentang GERD berdasarkan bukti ilmiah dari pedoman dan rekomendasi saat ini. Ini akan bermanfaat untuk pendidikan dan pengobatan GERD pada pasien yang kita tangani.

Penulis: Muhammad Miftahussurur

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada link artikel berikut :

http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2021/07/70-M21_1428_Muhammad_Miftahussurur_Indonesia.pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp