Pakar Psikologi UNAIR Bagikan Strategi Atasi Stres pada Remaja

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: freepikcom

UNAIR NEWS – Stres pada remaja menjadi fenomena yang tidak lagi jarang ditemui di masa ini. Posisi remaja yang masih dalam tahap bertumbuh dan mencari jati diri menjadikan mereka golongan yang rentan mengalami stres. Oleh karena itu, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) berbagai informasi terkait coping stress dan bantuan psikologis dalam Webinar Series: Remaja Sehat Jiwa dan Berempati.

Menurut Guru Besar UNAIR Bidang Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Prof. Dr. Nurul Hartini, M.Kes., Psikolog, stres akan terjadi jika individu menilai stimulus (sesuatu yang hadir dan diterima, Red) sebagai hal yang membebani dan melebihi sumber daya atau kemampuannya. Seorang individu pun dapat dikategorikan mengalami stres apabila dampak emosi, kognitif, maupun perilaku terus berlangsung selama lebih dari satu minggu.

Stres ini sendiri bisa muncul akibat stressor atau tekanan dari dalam maupun luar diri. Tekanan dari dalam diri dapat diakibatkan oleh aspek psikologis maupun filosofis. “Sederhananya, jika kita merasa pintar matematika, lalu tiba-tiba dapat nilai 7 dan stres, itu stressor psikologis. Lalu jika kita anak guru matematika, lalu merasa berkewajiban mendapat nilai di atas 8, itu menjadi stressor filosofis,” jelas Ketua Kelompok Kajian Psikologi Positif Kontekstual itu.

Sementara itu, stressor eksternal dapat muncul akibat sosial maupun lingkungan. Prof. Nurul menyoroti bagaimana situasi pandemi Covid-19 dapat menjadi stressor lingkungan melalui banyaknya berita kematian atau suara sirine ambulans.

Maka dari itu, Prof. Nurul mendorong remaja untuk menunjukkan respons stres yang tepat. Terlebih stres adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari dinamika kehidupan manusia. Manajemen stres dapat dilakukan dengan mengubah cara berpikir dan berperilaku.

“Pertama fokus pada masalah. Identifikasi masalah dan ubah sumber stress kalian. Kurangi juga respon emosi yang negatif dalam menghadapi stres,” kata Prof. Nurul pada Sabtu (7/8/2021).

Suasana Zoom Meeting Webinar Series: Remaja Sehat Jiwa & Berempati Fakultas Psikologi UNAIR. (Sumber: SS Zoom Meeting)

Selain itu, Prof. Nurul juga mengimbau agar remaja mempertahankan kualitas dan vitalitas diri, berusaha mengubah stres menjadi hal yang merangsang kapasitas diri secara optimal, serta mengubah stres menjadi hal yang bermanfaat.

Untuk itu, remaja harus mengetahui seberapa besar kemampuannya dalam menghadapi stres. Apakah stres tersebut dapat diatasi sendiri ataukah membutuhkan orang lain untuk memberikan dukungan dan solusi.

Maka menurut Prof. Nurul, seorang individu akan membutuhkan bantuan apabila telah mengalami gejala distress seperti tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri atau mengalami dampak negatif stres baik pada aspek kognitif, emosi, maupun perilaku.

Bantuan itupun dapat datang dari beberapa pihak. Pertama adalah social support dari sahabat, peer counselor, saudara, orang tua, guru, maupun orang-orang terdekat lain. Kedua, bantuan professional dari konselor, psikolog, psikiater. Ketiga, bantuan lembaga layanan psikologis maupun konseling online. Beberapa lembaga layanan yang dapat dihubungi adalah Layanan Sejiwa Himpsi, call center 199 Ext. 8, Riliv, atau lembaga bantuan lainnya.

“Anda tidak sendiri dan jangan sendiri. Harus Anda ketahui, ada orang lain yang peduli dan siap memberikan bantuan,” tandasnya.

Gelaran webinar itu sendiri menggaet minat 196 peserta dan menyasar pelajar SMP-SMA sederajat. Bertajuk Remaja Sehat Jiwa dan Berempati, acara tersebut menjadi bentuk pengabdian masyarakat Fakultas Psikologi UNAIR yang digelar oleh Kelompok Kajian Psikologi Positif Kontekstual. (*)

Penulis: Intang Arifia

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp