Lagi, Bersama Enam MI FIB UNAIR Gelar Workshop Ciptakan Sekolah Positif

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Workshop kemitraan bertajuk “Penguatan Karakter dan Keterampilan Abad XXI sebagai Penerapan Profil Pelajar Pancasila melalui Pembentukan Simpul-Simpul Perubahan pada Madrasah Ibtidaiyah” di Kabupaten Sidoarjo dan Lamongan. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Mendidik dan mempersiapkan siswa yang kompeten serta berkarakter merupakan salah satu visi dan misi setiap lembaga sekolah atau madrasah. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mewujudkan hal itu adalah dengan membangun sekolah yang positif.

Berkaitan dengan itu, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan workshop kemitraan bertajuk “Penguatan Karakter dan Keterampilan  Abad XXI sebagai Penerapan Profil Pelajar Pancasila melalui Pembentukan Simpul-Simpul Perubahan pada Madrasah Ibtidaiyah” di Kabupaten Sidoarjo dan Lamongan. Di Sidoarjo sendiri, kegiatan yang berlangsung pada Sabtu (07/08/2021) itu diikuti oleh 6 lembaga Madrasah Ibtidaiyah. Di antaranya yakni MI Nurul Ummah, MI Nurur Rohmah,  MI AL Abror, MI NU KH Mukmin, MI Darul Umum, dan MI Ma’arif Pagerwojo.

“Kegiatan ini bertujuan untuk membantu sekolah dalam menentukan karakter apa yang hendak dicapai dan bagaimana mengidentifikasi peran kepala sekolah, guru, serta masyarakat dalam menciptakan sekolah positif,” terang Hizbulloh Huda sebagai komite Fasda.

Definisi sekolah positif sendiri menurut Huda adalah sekolah yang bisa membangun lingkungan secara positif untuk perkembangan akademik, keterampilan sosial dan personal, serta mengembankan siswa hingga batas potensinya. Untuk mewujudkan hal itu, Huda menekankan bahwa seluruh elemen mulai dari kepala sekolah, yayasan, komite, dan wali murid memiliki tanggung jawab yang sama untuk terlibat dalam program tersebut.

“Bayangkan saja misalnya pihak sekolah sudah mencanangkan program karakter untuk salaman setiap ketemu guru, namun ketika di rumah atau di lingkungan siswa tidak menjalankan hal yang sama dan justru acuh pada orang yang lebih tua. Nah, bagaimana penanaman karakter ini bisa berjalan mulus kalau semua pihak tidak bersinergi,” jelasnya.

Dilangsungkan secara daring melalui Zoom, workshop tersebut dibagi menjadi beberapa sesi pemaparan. Pada sesi pertama, peserta diajak diskusi untuk mengamati sejumlah karakter di dalam video yang ditonton. Selanjutnya, peserta melakukan analisis pengembangan karakter apa saja yang dibutuhkan sebagai ciri-ciri sekolah positif. Disebutkan, beberapa ciri sekolah positif adalah ramah anak, inklusif, memiliki komunikasi efektif, dan siswa maupun guru saling menghargai.

Terakhir, peserta dari berbagai madrasah itu dibimbing untuk menentukan karakter fokus yang ingin dikambangkan di sekolahnya yang disesuaikan dengan visi misi sekolah masing-masing.

“Setelah semua itu dilakukan, maka tahap terakhir adalah memastikan pembagian dan pelaksanaan tanggung jawab dalam membangun sekolah positif,” tutupnya.

Sebagai informasi tambahan, kegiatan ini merupakan upaya FIB UNAIR dalam mendukung program SDGs, utamanya poin Quality Education dan Partnerships for Goals. Mengingat kegiatan yang dilakukan dengan mitra dari luar negeri tersebut berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Penulis : Nikmatus Sholikhah

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp