Mengenal Makanan Fungsional yang Baik Bagi Kesehatan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Alodokter

UNAIR NEWS – Functional food atau dalam Bahasa Indonesia berarti makanan fungsional, telah semakin luas dikenal masyarakat. Meski demikian, tak sedikit pula yang salah membedakan antara makanan fungsional, nutraceuticals, dan suplemen makanan.

Sebelum membahas lebih dalam mengenai ketiganya, simak penjelasan Guru Besar dari mitra luar negeri Universiti Putra Malaysia Profesor Loh Su Peng berikut. Dilansir dari European Commission, Prof Su Peng menjelaskan, yang tergolong makanan fungsional adalah yang benar-benar berwujud makanan atau minuman yang dapat dikonsumsi. Jadi bukan kapsul; suplemen; atau pil.

PEMAPARAN Guru Besar dari mitra luar negeri Universiti Putra Malaysia Profesor Loh Su Peng dalam acara Public Health Airlangga University Summer School 2021, Selasa (28/7/2021). (Foto: istimewa)

“Makanan fungsional adalah yang utamanya memberikan benefit secara fisiologis bagi tubuh kita. Ada cukup banyak kesalahpahaman antara makanan fungsional dan produk lain yang mengklaim kesehatan,” ujarnya dalam kegiatan Summer School 2021 yang diselenggarakan Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga pada (26/7/2021 – 29/7/2021). 

Pangan Fungsional, Nutraceuticals, dan Suplemen  

Prof Su Peng menjelaskan, nutraceuticals dan pangan fungsional berbeda. Meski sama-sama memberikan manfaat medis atau kesehatan, nutraceuticals dikatakan memiliki dosis yang direkomendasikan per hari. 

“Keduanya sama-sama berpotensi mencegah dan mengobati penyakit serta tidak memiliki status hukum yang mengikat,” katanya.

Di sisi lain, jelas Prof Su Peng, makanan fungsional dan suplemen makanan juga berbeda. Suplemen sering ditemui dalam bentuk kapsul atau tablet. Selain itu, ada dosis harian yang direkomendasikan.

Manfaat Pangan Fungsional

Manfaat pangan fungsional dapat dengan mudah ditemui. Misalnya pada produk hewani seperti ikan berminyak yang kaya Omega 3 dan produk probiotik seperti Yogurt. Prof Su Peng menganjurkan konsumsi dua porsi Ikan Sirip Kuning atau Salmon per minggu. 

Ikan Sirip Kuning dipercaya mampu mempercepat pembekuan darah ketika terjadi pendarahan, peningkatan kadar kolesterol baik, hingga mengurangi lemak jahat pada orang-orang diabetes.

Sementara probiotik telah lama dikenal bermanfaat bagi kesehatan. Misalnya terkait kanker, fungsi saluran usus, fungsi kekebalan tubuh, alergi, kesehatan urogenital, penurun kolesterol dan hipertensi.

“Tidak disarankan untuk makan terlalu banyak Omega 3. Misalnya asam lemak Omega 3 murni seperti EPA, seharusnya tidak dikonsumsi melebihi 2 gram per hari,” tuturnya. 

Pangan fungsional juga banyak ditemui pada tanaman. Di antaranya seperti bawang putih yang berpotensi menurunkan kolesterol dan tekanan darah; anggur dan coklat yang mampu menjaga kesehatan jantung; serta teh dan tomat yang baik untuk kanker.

Masyarakat harus menyadari, makanan fungsional bukan obat mujarab untuk mengatasi kebiasaan kesehatan yang buruk. Diperlukan kebiasaan hidup yang baik. Seperti olahraga teratur, tidak merokok, mengurangi stres, dan melakukan hal-hal positif lainnya.

“Tidak ada makanan yang baik atau makanan yang buruk. Yang ada hanyalah pola makan dan pola hidup yang buruk atau baik,” tandasnya. (*)

Penulis : Erika Eight Novanty

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp