3 Hal Fundamental dalam Tentukan Ide Bisnis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oeleh Zonamahasiswa.id

UNAIR NEWS – Ada banyak sekali contoh bisnis yang suatu ketika sangat digemari konsumen namun tak bertahan lama. Umumnya, pada bisnis yang dirintis hanya berdasarkan trend produk yang sedang berkembang. Hal tersebut menunjukkan bahwa, sebelum merintis sebuah bisnis penentuan ide merupakan aspek utama yang menentukan keberhasilan dan keberlanjutan suatu bisnis.

Dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat yang dilakukan oleh Departemen Akuakultur FPK UNAIR Sabtu (31/07) lalu, Leith Keshava Copywriting Specialist sekaligus Co-Founder Stepzero mengungkapkan, ada 3 hal fundamental ketika menentukan ide bisnis. Yaitu Problem, Urgensi dan Sustainability.

Problem 

Leith mengungkapkan, hendaknya sebuah bisnis yang dibangun tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan, peluang dan ketidakadaan produk dipasar. Namun, bisnis yang baik adalah yang dapat menjadi solusi dari permasalahan banyak orang. 

“Kebanyakan, bisnis yang berangkat dari hal tersebut akan bertahan lama dan berkembang,” imbuhnya.

Dirinya mencontohkan Go-Jek. Go-jek yang kini menjelma menjadi salah satu penyedia layanan ojek online terbesar tentunya tak lepas dari adanya problem dan kebutuhan pasar. 

“Dulu, ketika ingin naik ojek kita harus pergi ke pangkalan ojek, iya kalau rumahnya dekat, belum tentu ada lagi. belum lagi kalau hujan, dengan hadirnya Go-jek ini kita bisa menggunakan ojek kapanpun dan dimanapun,” ungkapnya.

Ia melanjutkan bahwa hal tersebut menunjukkan jika bisnis kita based on problem solving maka akan lebih tahan lama.

Urgensi

Selain problem, kita juga harus menentukan urgensi dari bisnis yang kita rintis. Hal tersebut menentukan seberapa cepat konsumen mau mengadopsi produk. Dirinya melanjutkan bahwa meski sebuah produk menyelesaikan suatu masalah belum tentu itu laku dipasaran namun karena urgensinya saja yang kurang.

“Tidak semua problem itu urgen, seperti contohnya instrumen investasi, alhasil mereka akan kalah dengan gadget-gadget keluaran terbaru,” ia mencontohkan.

Selain itu, sambungnya,perlu diingat juga bahwa pengetahuan dan kebutuhan tidak membuat serta merta orang membeli. “Namun orang membeli juga karena emosi,” tandasnya.

Sustainability

Terakhir adalah potensi keberlanjutan suatu bisnis. Hal tersebut dapat diukur dari besarnya pasar dan kontinuitas pasar menggunakan produk melalui riset pasar. 

“Memang benar produk kita ada yang membutuhkan dan urgen, tapi seberapa besar dan kemungkinan pasar membeli terus menerus yang perlu diperhatikan karena mempengaruhi keberlanjutan usaha kita,” ungkapnya.

Dirinya mencontohkan, industri mebel. Tentunya secara kontinuitas, bisnis mebel tidak bisa dikatakan sustainable. Namun secara market size boleh dikatakan layak karena kebutuhan meuble ini berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk dan hunian.

“Kita asumsikan saja yang membeli adalah pasangan yang baru menikah, kita bisa ambil data peningkatan pasangan baru dan hunian baru yang merupakan segmen pasar kita tumbuh setiap tahunnya,” pungkasnya.

Penulis : Ivan Syahrial Abidin

Editor : Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp