UNAIR NEWS – Hari Rabu pukul 13.00 WIB tepatnya tanggal 28 Juli 2021, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia bersama Universitas Airlangga mengadakan acara Roadshow Gerakan Nasional 1000 STARTUP Digital: Membangun Negeri Sejuta Potensi. Dalam acara tersebut, dari 3 narasumber yang diundang, salah satunya adalah alumni dari UNAIR yang bernama Audrey Maximillian Herli, seorang Co-Founder startup Riliv.
Dalam acara tersebut, ia membagikan tentang langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam membangun sebuah startup. Alumnus yang akrab disapa Maxi tersebut menjelaskan bahwa hal pertama yang perlu diketahui ketika membangun startup adalah mengetahui alasan untuk memulai startup tersebut.
“Karena startup itu harapannya bukan bisa menghasilkan kesuksesan dengan cepat, bisa jadi prosesnya lebih panjang dari yang kita harapkan. Maka dari itu, kita harus benar-benar memahami tujuan dan keinginan kita untuk memulai startup,” terang alumni jurusan S1 Sistem Informatika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga tersebut.
Setelah mengetahui alasannya, sambung Maxi, bisa dimulai untuk memikirkan cara untuk membangun startup tersebut. Setelah itu, barulah bisa memikirkan bentuk solusi yang ditawarkan atau hasil produknya. Berdasarkan penjelasan Maxi, jika membangun startup dimulai dari solusi atau produknya, belum tentu solusi tersebut benar-benar dibutuhkan dan belum tentu dapat menyelesaikan masalah.
“Jadi alangkah baiknya ketika kita memulainya bukan dari “what” tapi dari “why”. Karena “why” berasal dari problem yang ingin kita selesaikan tadi. Jangan hanya membuat bisnis saja, tapi produknya itu juga harus bisa menyelesaikan masalah. Jadi mulai dari masalah yang bisa kita selesaikan dulu baru selanjutnya akan terus berkembang,” jelas Maxi.
Masalah tersebut, lanjut Maxi, bisa dilihat dari lingkungan sekitar. Setelah mengidentifikasi masalah, harus mencari tahu jika masalah ini benar-benar dialami oleh orang banyak atau masalahnya hanya asumsi pribadi atau hanya orang-orang di sekitar yang merasakan masalah tersebut. Jika sudah mengetahui masalahnya, selanjutnya barulah memikirkan solusi permasalahan tersebut sesuai dengan kemampuan diri sendiri.
“Mentor saya pernah share bahwa ketika kita membangun startup bisa dimulai sedini mungkin. Karena jika kalian memulai sedini mungkin startup-nya kalian bisa gagal secepat mungkin. Jadi benar-benar bisa tahu kegagalan yang seperti apa yang bisa terjadi pada produk atau ide kalian. Jadi jangan berpikir bahwa suatu kegagalan itu adalah sesuatu yang dihindari atau ditakuti,” ujar Maxi menjelaskan langkah selanjutnya adalah mengerti tentang pentingnya kegagalan dalam membangun startup.
Tips selanjutnya adalah “build great team” atau membangun tim yang baik. Di program startup, jelas Maxi, ada sesi networking dimana peserta dapat bertemu orang-orang dengan kemampuan hacker, hipster, hustler. Maxi menjelaskan secara singkat hacker adalah orang yang bertugas sebagai teknisi dan paham akan pemrograman, hipster bertugas dalam masalah keestetikan produk baik segi tampilan, kemasan, maupun produk itu sendiri, terakhir hustler adalah orang yang bertugas dalam hal marketing, komunikasi, dan sebagainya. Maxi berpendapat bahwa tiga elemen ini harus ada dalam suatu tim untuk membangun startup.
“Untuk melakukan suatu hal yang luar biasa adalah memulainya dengan dari apa yang ingin kita lakukan. Jangan sampai kalian mau membangun startup karena terpaksa, jadi alangkah baiknya jika sesuatu yang ingin kita kerjakan atau selesaikan adalah hal yang kita benar-benar suka. Dan mungkin suka aja belum cukup, jadi mungkin lebih baik lagi jika kalian mempunyai skill tentang hal yang kalian suka. Jadi ketika kalian mencoba memecahkan masalah, kalian juga bisa berkontribusi dengan kemampuan kalian sendiri,” pesan Maxi di akhir pemaparannya.
Penulis: Tyas Ratna Manggali
Editor: Nuri Hermawan
