Covid-19 Tak Kunjung Berlalu Kabar Hoaks Semakin Melaju, Ini Kata Pakar UNAIR

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: liputan6com

UNAIR NEWS – Tak terasa lebih dari setahun pandemi melanda dunia. Semenjak kemunculan kasus pertama di Indonesia pada 2 Maret 2020 lalu banyak kasus lain bermunculan. Bahkan kemarin 26 Juli 2021 terdapat penambahan kasus sebanyak 28.228 orang. Kendati demikian ada saja berita hoaks yang beredar. Pasien rumah sakit yang di-Covid-kan, Covid-19 hanya konspirasi, dokter beserta rumah sakit yang dapat keuntungan selama pandemi, merupakan segelintir berita hoaks yang beredar.

Akademisi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) Dr. dr. Gatot Soegiarto, Sp.PD-KAI, FINASIM. mengatakan bahwa hoaks yang terus beredar akan mempengaruhi sikap kelompok masyarakat tertentu. Hal tersebut menimbulkan munculnya penentangan terhadap program pemerintah yang dicanangkan untuk mengatasi pandemi.

Kebenaran informasi tentang Covid-19 tidak dapat tersampaikan dengan baik karena prasangka buruk yang sudah terbentuk dan melekat. “Sebenarnya terdapat informasi bahwa penderita Covid-19 itu tidak hanya menyerang paru-paru tetapi juga dapat bermanifestasi dengan berbagai gejala di organ lain yang tidak khas karena di organ-organ tubuh tersebut juga terdapat reseptor virusnya.” terang Gatot.

“Sayangya informasi itu hanya diketahui kalangan tenaga kesehatan dan sebagian kecil masyarakat yang mengikuti webinar-webinar tentang Covid-19. Masyarakat yang pikirannya terbuka tentu lebih mudah menerima informasi tersebut, namun mereka yang sudah duluan prejudice pasti akan sulit mempercayainya,” imbuhnya.

Kendala lain bagi masyarakat untuk mengakses sumber informasi tentang hal tersebut adalah informasi yang tertulis dalam bahasa Inggris dan bersifat medis teknis. Informasi semacam ini belum tentu dapat dengan mudah dicerna oleh kebanyakan orang awam. “Jadi, melalui media masa diharapkan informasi yang lurus ini bisa disampaikan ke masyarakat secara lebih luas,” ujarnya.

“Jika masyarakat berpikir secara logis dan menyingkirkan semua prasangka buruk terhadap tenaga kesehatan dan pemerintah maka harusnya masyarakat bisa memahami bahwa pandemi ini nyata bukan rekayasa, semua lapisan masyarakat terdampak dan menderita karena Covid-19,” tambah Gatot.

Selain berdampak pada ekonomi dan pendidikan, sektor kesehatan menjadi sektor utama yang merasakan dampaknya. Mulai dari banyaknya rumah sakit dan fasilitas layanan kesehatan yang kewalahan hingga dokter dan tenaga kesehatan yang gugur dalam menghadapi pandemi.

“Berapa banyak uang yang seyogianya dapat dialokasikan untuk pembangunan tetapi terpaksa dialihkan untuk membiayai program penanggunalangan Covid-19. Belum lagi ada tambahan biaya dari bencana lain. Jadi marilah memulai dari menyingkirkan prasangka dan membangun kepercayaan,” jelasnya.

Akademisi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) Dr. dr. Gatot Soegiarto, Sp.PD-KAI, FINASIM.

Meski Covid-19 dapat menularkan kepada banyak orang dan bereplikasi menjadi varian baru yang lebih ganas, hal ini dapat dicegah bila masyarakat mau untuk bersatu padu melawan Covid-19 dengan vaksin serta protokol kesehatan.

“Maka jika ada masyarakat sakit jauh lebih baik diperiksa sejak dini dan jika terbukti negatif akan diperlakukan seperti pasien biasa. Sedangkan jika terbukti positif sebaiknya patuh pada proses karantina agar tidak menyebarkan virusnya kepada orang lain lalu yang kondisinya lebih parah dapat mendapatkan perawatan sesuai standar,” tutur Gatot.

Gatot berpesan kepada masyarakat untuk tidak takut melakukan proses swab sebagai salah satu screening Covid-19. “Melakukan pemeriksaan secara dini itu lebih baik dibanding takut dan khawatir lalu tidak mau diperiksa swab untuk membuktikan statusnya. Sehingga tanpa disadari bahwa dirinya menjadi penyebar virus kepada masyarakat lainnya,” ungkapnya.

Gatot menambahkan, masyarakat tanpa gejala juga harus menyadari bahwa ia memiliki kewajiban untuk melindungi dirinya dan orang lain dengan mematuhi protokol kesehatan yang ada. “Orang yang negatif atau tanpa gejala harus tetap menyadari bahwa dirinya harus melindungi diri sendiri dan orang lain dengan suka rela mematuhi protokol kesehatan. Tentu jika virus ini tidak bisa lagi menulari orang lain maka wabah ini akan berakhir,” tutupnya. (*)

Penulis : Icha Nur Imami Puspita

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp