Biro Literasi BEM KM FK UNAIR Terbitkan Buku Biografi 10 Profesor FK UNAIR Edisi Pertama

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – “Senang sekali buku ini telah terbit” ungkap Nur Sophia Matin ketua proyek buku Biografi 10 Profesor FK UNAIR edisi pertama. Perempuan yang akrab disapa Mbak Nur Sophia ini mengatakan bahwa buku tersebut adalah salah satu karya terbaik BEM KM FK UNAIR tahun 2018.


Pada tahun 2018 BEM KM FK UNAIR membentuk badan khusus yang diberi nama Biro Literasi dengan mbak Nur Sophia sebagai kepala Biro. Dibentuknta Biro tersebut dilatarbelakangi tingginya animo mahasiswa FK UNAIR dalam menulis namun belum ada wadah khusus.

“Setelah urun rembuk dalam audiensi akhirnya terpilih untuk membuat proyek antologi berisi biografi 10 Profesor FK UNAIR sebagai salah satu proyek,” ucap Mbak Nur Sophia dalam wawancara kemarin (26/07/2021).

Pemilihan buku biografi profesor dikarenakan FK UNAIR adalah Fakultas Kedokteran dengan guru besar aktif paling banyak nomor dua di Indonesia. Banyak karya dan sumbangsih yang diberikan baik di tingkat nasional maupun internasional. Di sisi lain masih banyak mahasiswa, khususnya FK UNAIR, yang belum banyak mengetahui kiprah para seniornya. Buku ini diharapkan menjadi inspirasi dan mendorong mahasiswa UNAIR untuk bekiprah setinggi-tingginya.

Salah satu contoh profesor dalam buku ini adalah Prof. Dr. Moch. Soekry Erfan Kusuma dr., Sp.F(K) (Mantan wakil rektor UNAIR). Beliau adalah tim khusus forensik Indonesia dalam penanganan kasus bom bali. Salah satu yang menarik adalah ketika beliau mengidentifikasi jenazah perempuan Korea dengan gigi emas. Waktu itu beliau mencocokan data odontogram jenazah dengan dokter giginya di Korea melalui telepon. Lalu Prof. Soekry melanjutkan identifikasi DNA bersama tim dari berbagai negara berhasil mengidentifikasi korban. Saat itu ilmu tentang DNA di Indonesia masih jarang dikuasai.

Berangkat dari pengalaman tersebut beliau membuat kurikulum odontogram untuk dokter muda FK UNAIR. Beliau juga mendirikian prodi S2 Kedokteran Forensik (ahli forensik) yang tidak harus dokter untuk memenuhi kebutuhan negara terhadap kasus forensik yang semakin tinggi dan beragam.

Uniknya buku ini tidak hanya menunjukan prestasi para profesor, melainkan juga perjuangan keras dan tanganya yang tidak mudah sejak anak-anak. “Di setiap orang besar selalu ada rahasia, baik kerja keras maupun aspek spiritual. Hal tersebutlah yang ingin kami bawakan ke para pembaca,” ungkap Pandit Bagus Tri Saputra, salah satu penulis.

Meskipun begitu, proses pembuatan dan penerbitan buku ini bisa dikatakan tidak mudah karena melibatkan banyak personil. Mbak Nur Sophia dan Dinda Dwi Purwati mengaku kalau mereka menjaga idealisme agar semua bentuk kontribusi buku ini harus dari jerih payah mahasiswa.

“Pokoknya kita dulu sudah bertekad mulai dari penulis, editor, desain dan ilustrator semua harus dari mahasiswa dan dikoordinir oleh mahasiswa. Semua berjumlah 14 orang,” ungkapnya.

Tantangan lain yang hadir adalah dalam pencarian bahan mengingat para profesor memiliki jadwal yang padat. Terkadang penulis juga perlu menunggu beliau mencari foto-foto ketika masih di awal karir, atau bahkan masih anak-anak. Semua itu bertambah rumit saat pandemi bisa dikatakan membuat agak molor.

“Tapi ya tidak apa-apa. Kami senang karena para profesor sangat antusias pula dalam membantu pembuatan buku ini. Alhamdulillah, bukunya terbit di Airlangga University Press (AUP) dan peminatnya sangat tinggi. Selang 4 hari pemasaran sudah terpesan hampir 100 buku,” ucap Mbak Nur Sophia.

Selain buku Biografi 10 Profesor, Biro Literasi mendata sudah ada belasan buku lainya yang telah ditulis oleh BEM KM FK UNAIR sampai hari ini. “Minat menulis mahasiswa sangat tinggi. Kami berharap UNAIR atau AUP bisa memberikan biaya khusus jika ada mahasiswa mau menerbitkan buku-bukunya. Ini akan menjadi asset UNAIR yang luar biasa tentunya,” lanjutnya. (*)

Penulis: Pandit Bagus Tri Saputra dan Melissa Valentina Ariyanto

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp