Penggunaan Calcium Channel Blocker dan Luaran Klinis pada Pasien COVID-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Kompas com

Penyakit COVID-19 masih menjadi masalah kesehatan serius sejak dinyatakan sebagai pandemi pada Maret 2020. COVID-19 ini disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dimana virus ini diduga menggunakan reseptor ACE-2 untuk memasuki sel inang. Reseptor ACE-2 ditemukan lebih tinggi pada pasien dengan hipertensi. Hingga saat ini hipertensi terbukti secara signifikan menjadi faktor yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien COVID-19. Pedoman saat ini merekomendasikan penggunaan 5 kelas obat anti-hipertensi, yaitu: angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i), angiotensin receptor blockers (ARB), beta-blockers, calcium channel blocker (CCB), dan diuretik. CCB yang mempengaruhi sistem influks kalsium pada vascular-muscle cells termasuk salah satu anti-hipertensi yang banyak diresepkan di dunia.

Beberapa studi yang ada menunjukkan kemungkinan masuknya virus (viral-entry) melalui spike protein dan proses ini bergantung pada kalsium. Penurunan kadar kalsium intra maupun ekstraseluler dapat menekan kemunginan masuknya virus SARS-CoV. Sebuah studi in-vitro menunjukkan bahwa Nifedipine dan Felodipine mampu mencegah infeksi epitel paru. Studi lain pada pasien COVID-19 menunjukkan bahwa penggunaan Nifedipine dan Amlodipine memperbaiki aliran darah pada paru dan mengurangi hipoksia yang berhubungan dengan penurunan morbiditas dan mortalitas. Oleh karena itu, penggunaan CCB kemungkinan mempunyai peran potensial terhadap luaran pasien COVID-19. Meta-analisis ini disusun bertujuan untuk menganalisis hubungan antara penggunaan CCB dengan luaran klinis pada pasien COVID-19.

Meta-analisis ini disusun dengan metode yang ditetapkan oleh Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis (PRISMA) dan terdaftar di UMIN Clinical Trials Registry (UMIN000042076). Pencarian literatur dilakukan dengan sistematis pada 5 database, yaitu: PubMed, MedRxiv, ProQuest, Science Direct, dan Scopus pada periode 1 Januari-15 Oktober 2020 dengan kata kunci “COVID-19”, “coronavirus 2019”, “2019-nCov”, “SARS-CoV-2”, “anti-hypertensive”, “calcium channel blocker”, “severity”, “death”, “mechanical ventilation”, and “intensive” pada judul, abstrak, dan medical heading (MeSH). Quality assessment dilakukan menggunakan panduan dari Newcastle-Ottawa Scale (NOS) dan Grading of Recommendation Assessment, Development, and Evaluation (GRADE).

Total didapatkan sampel sebanyak 119.298 pasien dari 31 studi yang dimasukkan dalam analisis data. Hasil meta-analisis yang menyertakan 23 studi menunjukkan bahwa pemberian CCB tidak berhubungan dengan luaran mortalitas pasien Covid-19. Namun, analisis sub-grup khusus pada pasien hipertensi yang menyertakan 10 studi menunjukkan hasil luaran mortalitas yang lebih rendah pada pengguna CCB.  Analisis untuk mengetahui hubungan antara penggunaan CCB dan derajat keparahan pasien COVID-19 dengan komorbid hipertensi dengan mengikutsertakan 7 studi menunjukkan bahwa penggunaan CCB tidak berhubungan dengan derajat keparahan pasien Covid-19. Hasil ini tidak berubah meski dilakukan analisis sensitivitas dengan mengeksklusi beberapa studi. Kebutuhan perawatan ICU dianalisis dari 10 studi yang melibatkan 85.780 pasien dengan hasil tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengguna dan non-pengguna CCB. Kebutuhan terhadap ventilasi mekanik yang menyertakan 5 studi pun menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan CCB maupun bukan.

Salah satu temuan penting dalam meta-analisis ini adalah potensi CCB dapat menurunkan mortalitas pada pasien COVID-19 dengan hipertensi. Terdapat beberapa kemungkinan mekanisme CCB dalam menurunkan angka mortalitas. Pertama, CCB memblokir masuknya kalsium, sehingga menghambat masuknya virus. Kedua, kalsium berpotensi protektif dalam mencegah perkembangan kegagalan multi-organ pada pasien COVID-19. Ketiga, CCB dapat menginduksi relaksasi otot polos paru yang menyebabkan vasodilatasi paru dan memperbaiki kondisi hipoksia pada pasien COVID-19. Keempat, nifedipine memiliki efek anti-inflamasi dengan menekan produksi IL-1α, IL-6, dan IFN- dari sel mononuklear darah perifer, dimana IL-6 dan IFN-γ dikenal sebagai mediator badai sitokin pada COVID-19. Hasil meta-analisis ini mendukung panduan terkini dalam diagnosis dan tatalaksana penyakit kardiovaskular selama pandemi COVID-19 yang dikeluarkan oleh European Society of Cardiology (ESC). Panduan ini merekomendasikan untuk tetap melanjutkan pengobatan CCB berdasarkan rekomendasi panduan ESC/European Society of Hypertension (ESH) yang ada. Selain itu, meta-analisis ini juga memberikan bukti pada rekomendasi ahli sebelumnya untuk menggunakan CCB sebagai alternatif pada pasien COVID-19 dengan hipertensi.

Hingga saat ini pandemi COVID-19 masih menjadi masalah serius di dunia. Walaupun dalam meta analisis ini penggunaan CCB tidak bermakna signifikan pada luaran pasien COVID-19 secara umum, namun khusus pada pasien hipertensi terdapat manfaat penurunan tingkat mortalitas. Penelitian terkait terhadap penggunaan anti-hipertensi pasien COVID-19 masih terus berjalan.

Penulis: dr. Mochamad Yusuf Alsagaff, Sp.JP(K), PhD

Informasi lebih detail mengenai artikel ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://doi.org/10.1016/j.dsx.2021.102210

Alsagaff, Mochamad Yusuf, Eka Prasetya Budi Mulia, Irma Maghfirah, Kevin Luke, David Nugraha, Dita Aulia Rachmi, Imanita Septianda, and Maya Qurota A’yun. 2021. “Association of Calcium Channel Blocker Use with Clinical Outcome of COVID-19: A Meta-Analysis.” Diabetes & Metabolic Syndrome: Clinical Research & Reviews 15(6).

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp