Pemetaan Diare pada Balita dengan Status Open Defecation Free (ODF)

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh mhomecare.co.id

Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2016 melaporkan bahwa penduduk yang masih buang air besar sembarangan adalah 16.209.333 Kepala Keluarga (KK) dari total KK yaitu 67.453.504 KK, masih terdapat 24,03% penduduk Indonesia yang masih berperilaku buang air besar sembarangan. Buang air besar sembarangan (BABS) merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh Provinsi Jawa Timur khususnya pada Kabupaten Tuban. Kondisi desa yang penduduknya sudah bebas dari BABS dinyatakan dengan status Open Defecation Free (ODF). ODF adalah kondisi masyarakat yang mengharuskan tiap individu tidak melakukan buang air besar secara sembarangan.

Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Timur tahun 2019 menyatakan bahwa status desa ODF di Jawa Timur sebesar 4.940 desa (58,13%) dari 8.498 total desa. Kabupaten Tuban dalam Profil Kesehatan tahun 2019, menyatakan bahwa desa dengan status ODF hanya 64 desa (19,5%) dari 328 total desa. Rendahnya status ODF yang dicapai akan menyebabkan peningkatan risiko kesehatan akibat dari lingkungan, salah satunya adalah diare.

Diare adalah suatu kondisi buang air terus menerus dan dengan kondisi feses yang cair. Penderita diare secara umum di semua umur pada Kabupaten Tuban tahun 2019 mencapai 14.328 kasus (45,3%) dari 31.665 perkiraan kasus diare di semua umur, sedangkan kasus diare pada balita mencapai 6.072 kasus (63%) dari 9.639 perkiraan kasus diare balita. Kasus diare pada balita yang relatif tinggi membuat kami ingin mengetahui persebaran status desa ODF yang digambarkan dengan kepemilikan jamban layak, kebiasaan BABS, serta status gizi balita yang kurang gizi apakah sejalan dengan persebaran kasus diare pada balita pada tiap kecamatan di Kabupaten Tuban.

Metode dan Hasil

Penelitian ini merupakan pengamatan yang dilengkapi dengan pemetaan dan dapat digunakan untuk mendefinisikan gambaran suatu keadaaan secara objektif dalam satu waktu tertentu. Pengamatan dilakukan pada seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur. Data yang terkumpul akan dipetakan menggunakan aplikasi.

Hasil menunjukkan bahwa kepemilikan jamban layak pada tiap KK di masing – masing kecamatan telah merata dan persentasenya relatif tinggi yaitu lebih dari 60%. Kebiasaan BABS pada tiap kecamatan relatif masih sering ditemukan, terbukti dari persebaran yang merata pada tiap kecamatan dengan persentase lebih dari 70% KK pada masing – masing kecamatan yang masih melakukan BABS. Balita yang kekurangan gizi relative jarang ditemukan, persentase balita yang kekurangan gizi kurang dari 11,48% sehingga sangat jarang ditemukan balita yang kurang gizi. Namun kasus diare pada balita masih cukup merata, dengan kejadian diatas 100.

Pada beberapa kecamatan seperti Kecamatan Singgahan, Kecamatan Kerek, dan Kecamatan Tambakboyo tidak ditemukan kasus diare pada balita, ini merupakan sebuah hal positif yang harus diterapkan pada tiap kecamatan. Apabila melihat berdasarkan letaknya, kecamatan yang tidak memiliki diare balita berada di Utara dari wilayah Kabupaten Tuban. Sedangkan wilayah yang cukup tinggi kasus diare pada balitanya, berada di Timur dan Tenggara wilayah Kabupaten Tuban. Apabila diperhatikan lebih lanjut, terdapat Sungai Bengawan Solo yang berbatasan langsung dengan wilayah tersebut, kuat kemungkinan sungai tersebut telah tercemar dan masyarakat menggunakan airnya sebagai bahan konsumsi. Jika memperhatikan kebiasaan BABS masyarakat yang relatif tinggi dan merata, kuat kemungkinan Sungai Bengawan Solo tercemar dikarena perilaku BABS masyarakat. Namun perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam terkait hal ini.

Penutup

Kasus diare pada balita harusnya menjadi perhatian bagi pemerintah dikarenakan angka kasus relatif cukup tinggi dan merata di tiap kecamatan. Keberhasilan suatu program STBM tentunya perlu didukung oleh faktor lain seperti peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat khususnya kebiasaan masyarakat untuk tidak melakukan tindakan seperti buang air besar sembarangan yang terbukti dapat merugikan orang lain. Ketersediaan fasilitas berupa jamban sudah cukup merata di tiap kecamatan namun kebiasaan buang air besar semabarangan juga masih tinggi. Perlu dilakukan kajian dan intervensi lebih lanjut terutamanya pada kualitas air tanah di wilayah Timur dan Tenggara Kabupaten Tuban serta kualitas air Sungai Bengawan Solo yang diduga kuat telah terkontaminasi.

Penulis: Khuliyah Candraning Diyanah, S.KM., M.KL.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://e-journal.unair.ac.id/JKL/article/view/25993

Mahendra, I., Diyanah, KC., Hadi, MI., Saputro, SA., Sari, SAR., 2021. MAPPING OF DIARRHEA IN TODDLERS WITH OPEN DEFECATION FREE (ODF) STATUS IN TUBAN REGENCY. JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN13(2), pp.113-120. http://dx.doi.org/10.20473/jkl.v13i2.2021.113-120

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp