Pelepasan KKN, Rektor: Modifikasi Perlu Dilakukan pada KKN di Era Pandemi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh Nasih saat melepas dan memberikan arahan peserta KKN ke-64 secara daring. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Sebanyak 2.600 peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Belajar Bersama Masyarakat (BBM) ke-64 Universitas Airlangga (UNAIR) resmi dilepas oleh rektor UNAIR, Prof. Dr. Moh. Nasih SE., MT., Ak., pada Senin (26/07/2021). KKN BBM ke-64 yang berlangsung hingga Jumat (20/08/2021) tersebut, dilakukan secara blended dengan terus mengedepankan protokol Kesehatan. Adapun empat bidang garap pada KKN tersebut yaitu, kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat.

Dr. Gadis Meinar Sari, dr., M.Kes selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNAIR menyampaikan, terdapat 133 dosen pembimbing lapangan yang akan mendampingi 2.600 mahasiswa. Peserta KKN BBM ke-64 tersebut tersebar di 21 Provinsi, 72 Kabupaten/Kota, termasuk di Kuala Lumpur dan tiga kota lain di Malaysia.

“Sebanyak 1.472 peserta KKN BBM ke-64 telah melakukan vaksin. Dan 500 peserta lain yang berada di sekitar Surabaya juga telah mendapatkan vaksin di Airlangga Convention Center pada Sabtu dan Minggu kemarin,” tutur Gadis.

Seluruh kegiatan KKN BBM ke-64 tersebut telah terhubung dengan e-learning. KKN BBM ke-64 ini merupakan kali pertama KKN terintegrasi dengan e-learning, tambahnya.

Prof. Nasih dalam sambutannya menyampaikan, KKN BBM ke-64 yang diadakan pada situasi tidak normal dan darurat ini perlu banyak penyesuaian, inovasi, fleksibilitas, serta kreativitas, agar KKN tetap diselenggarakan dengan aman, meskipun outcome akan berbeda dengan KKN-KKN sebelumnya. Terpenting adalah kesalamatan dan kesehatan.

Berbagai macam modifikasi merupakan bagian dari transformasi KKN menjelang era Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. Menurutnya, inilah saatnya melakukan perubahan dan penyesuaian agar KKN tersebut turut menjadi bagian dari Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka.

“Satu norma atau standar tertentu sepertinya tidak cukup untuk memberikan kemerdakaan pada mahasiswa dalam menyelenggarakan KKN dengan sebaik-baiknya. Maka dari itu, dibutuhkan fleksibilitas dan penyesuaian,” jelasnya.

Prof. Nasih juga menyampaikan, situasi pandemi ini, mengharuskan mahasiswa tetap hadir di tengah masyarakat untuk menanggulangi dan merespon akibat dari pandemi COVID-19. Kehadiran mahasiswa mempunyai arti yang sangat penting pada situasi tersebut, maka dari itu KKN perlu dilakukan, tentu dengan beberapa modifikasi.

Menurutnya, kehadiran mahasiswa baik secara spiritual, fisik, terutama dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang memecahkan persoalan di era pandemi ini perlu dimaknai sebagai proses dari KKN tersebut. Ia mengharapkan, mahasiswa akan tergerak dan terus terjun ke masyarakat.

“Yang terpenting adalah kita (universitas,red) dapat menumbuhkan agar mahasiswa mempunyai sikap peduli dan memberikan yang terbaik bagi komunitas dan lingkungannya,” tuturnya.

Ia menegaskan, tidak ingin mahasiswa UNAIR menjadi bagian dari antivaksin maupun menyebarkan hoaks. Sebab, hal tersebut tidak memecahkan masalah apapun.

Prof. Nasih juga menyampaikan, UNAIR mengusung lima program inisiasi strategis yang disingkat SMART University untuk lima tahun ke depan. Dalam program tersebut, sivitas perlu belajar sepanjang hayat, dimanapun dan kapanpun, termasuk pada KKN.

“Kehadiran kita semua harus memberikan arti di masyarakat sekitar. Kepedulian yang tinggi, keingintahuan tinggi, serta ikut memberikan solusi pada masyarakat, terlebih pada masa pandemi ini. Hal itu akan kita buktikan pada penerjunan KKN ini,” tutupnya. (*)

Penulis: Alysa Intan Santika

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp