Mahasiswa UNAIR Rancang Metode Diagnosis dan Pengobatan Covid-19 Berbasis Teknologi Rekayasa Genetika CRISPR-Cas13

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Tiga mahasiswa UNAIR ketika dinyatakan sebagai runner up dalam International Essay Competition 2021. (Foto: istimewa)

UNAIR NEWS – Ilham Rahmanto, Ardelia Bertha Prastika, dan Salsabila Farah Rafidah adalah tiga mahasiswa Universitas Airlangga yang berhasil meraih posisi runner up dalam International Essay Competition 2021. Ilham selaku ketua tim mengungkapkan bahwa melalui lomba yang diadakan oleh Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) tersebut, mahasiswa dapat mengasah ide-ide kreatif mereka dalam menghadapi pandemi.

Berawal dari keresahan Ilham, Ardel, dan Salsa terhadap metode diagnosis Covid-19 yang masih memiliki banyak kelemahan, ketiganya memutuskan untuk menggagas alternatif metode menggunakan teknologi rekayasa genetika CRISPR-Cas13 berbasis gold nano particle. CRISPR itu sendiri merupakan mekanisme pertahanan milik bakteri guna melawan materi genetik asing seperti virus dan plasmid dengan cara memotong DNA asing tersebut.

“Hingga saat ini masih belum ada obat pasti untuk Covid-19. Program vaksinasi yang dijalankan pemerintah juga hanya bertujuan untuk mencegah dan ternyata teknologi CRISPR memiliki potensi sebagai pengobatan terbaru COVID-19,” jelas Ilham.

Lebih lanjut, Ilham menjelaskan bahwa dia dan tim mendesain sebuah strip yang memanfaatkan teknologi rekayasa genetika CRISPR-Cas13 untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2 hanya dalam waktu kurang dari satu jam. Menurut penuturan Ilham, strip yang dirancang itu memiliki spesifikasi yang tidak jauh berbeda dari RT-PCR sebagai gold standard-nya.

“Kami juga mendesain obat aerosol yang menggunakan teknologi rekayasa genetika CRISPR-Cas13 untuk mengobati COVID-19 langsung di sel epitel paru, dimana lokasi tersebut merupakan lokasi tersering SARS-CoV-2 berada,” tambahnya pada Senin (26/07/21).

Mekanisme Teknologi Rekayasa Genetika CRISPR-Cas13 sebagai pengobatan COVID-19. (Ilustrasi oleh tim UNAIR)
Mekanisme Teknologi Rekayasa Genetika CRISPR-Cas13 untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2. (Ilustrasi oleh tim UNAIR)

Sebelum mengikuti perlombaan, Ilham dan tim telah melakukan persiapan dari jauh-jauh hari. Adapun kegiatan yang mereka lakukan dimulai dengan brainstorming, menyepakati ide, menulis esai hingga membuat ilustrasi mekanisme dan produk.

“Ketika dinyatakan sebagai runner up, kami merasa bersyukur karena bisa lolos di antara gagasan-gagasan lain yang tidak kalah hebat. Kami juga semakin termotivasi untuk memberikan gagasan lain guna membantu pemerintah Indonesia mengatasi pandemi,” ujar Ilham.

Terakhir, Ilham berpesan agar teman-teman mahasiswa lain dapat keluar dari zona nyaman untuk menjadi mahasiswa yang hebat. Yang dibutuhkan saat ini, sambungnya, adalah keberanian untuk memutuskan.

“Pandemi memang membatasi komunikasi kami, tetapi pandemi tidak dapat membatasi keinginan kami untuk berprestasi,” tutupnya. (*)

Penulis: Dita Aulia Rahma

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp