Komodifikasi Cyberfandom pada Girlband Korea Selatan di Twitter

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Girlband Korea Blackpink. (Foto: okezone)
Girlband Korea Blackpink. (Foto: okezone)

Saat ini budaya KPop nyatanya berhasil “menjangkit” hampir seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Dalam sebuah survey, Indonesia sendiri masuk ke dalam peringkat 5 besar Negara dengan fans Kpop terbanyak dan yang paling aktif membahas Kpop di media sosial Twitter (Zahrotustianah, 2020). Dalam dunia fandom girlband/boyband Korea, kemajuan di bidang teknologi digital berperan besar untuk mempermudah para fans mendekatkan diri dan berinteraksi dengan idola mereka. Namun, dalam praktiknya kegiatan fandom tidak lagi hanya sebagai ajang konsumsi kemajuan dunia digital saja tetapi juga sebagai ajang produksi para fans di fandom tersebut.

Salah satu girlband yang memiliki banyak fandom (kegiatan kepenggemaran/kumpulan fans) di berbagai Negara adalah sebuah girlband di bawah asuhan agensi SM Entertainment yaitu Red Velvet. Fandom tersebut dengan bangga menamai diri mereka sebagai ReVeluv, yang sudah pasti sangat menggemari dan mendukung hal-hal apa saja yang berhubungan dengan Red Velvet. Reveluv sendiri menyebar di seluruh dunia baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Melalui Twitter, para fans dalam fandom ReVeluv bisa memperbarui, memperoleh, serta berbagi kabar mengenai Red Velvet dengan sangat mudah dan cepat.

Seiring berkembangnya waktu, kegiatan fandom tersebut juga telah berkembang menjadi ajang komodifikasi dengan tujuan komersil. Sebuah penelitian dari Anisa Nurul Hidayati dan Edi Dwi Riyanto membuktikan bahwa para fans dalam fandom ReVeluv dalam praktiknya ada yang bertindak sebagai producer dan consumer (prosumer) (Hidayati & Riyanto, 2021). Penelitian tersebut menggunakan metode observasi peserta dan bertujuan untuk mengetahui karakteristik fandom tersebut, lalu kemudian dianalisis menggunakan fandom theory. Hasil dari penelitian itu menemukan bahwa fandom ReVeluv terdiri dari Active Fans dan Passive Fans.

Active Fans adalah fans yang bertindak tidak hanya sebagai consumer dari kemudahan digital dan produk-produk hasil menggemari idola mereka, tetapi active fans juga bertindak sebagai producer dari fanart dan fansite yang sengaja mereka buat tidak hanya sebagai perwujudan aktivitas menggemari idola mereka tetapi juga sebagai upaya komodifikasi untuk mendapatkan keuntungan. Melalui fanart dan fansite ini, para active fans ini mampu membuat sebuah “dunia buatan” yang berhubungan dengan seluk beluk idola mereka, pun demikian dengan segala interaksi antar fans yang semakin memperkuat ikatan dalam fandom tersebut.

Fanart adalah hasil karya seni yang dibuat oleh fanartis, yaitu fans yang melakukan fanart yang memiliki seni kemampuan menggambar dan imajinasi tinggi. Para fanartis menyebarkan fanart mereka melalui Twitter dan kemudian disebarkan lagi secara lebih luas melalui fasilitas retweet dan like dalam Twitter. Tak jarang, fanart tersebut juga bisa dijadikan komik yang mengandung jalan cerita dan dapat dijual secara eksklusif. Selain itu, fanart tersebut juga dijadikan gambar pada gantungan kunci, gelas, stiker, tumbler, kartu foto, dan lain-lain untuk dijual.

Berbeda dari fanart, fansite dalam dunia fandom adalah hasil karya fotografi eksklusif dari para idola Kpop yang dihasilkan oleh masternim (fans dengan kemampuan fotografi profesional). Foto-foto eksklusif para idol yang berhasil diambil oleh para masternim tersebut kemudian dikumpulkan dan dibuat secara eksklusif ke dalam DVD ataupun photobooks untuk dijual secara luas ke sesama fandom di seluruh dunia. Hasil penjualan dari hasil fansite ini ternyata tidak hanya digunakan untuk kepentingan pribadi tetapi nantinya juga digunakan sebagai bentuk dukungan pada idola mereka seperti untuk memberi hadiah pada saat para member Red Velvet berulang tahun.

Berbeda dengan para active fans yang sangat aktif membuat produk tentang idola mereka untuk tujuan komersil, para passive fans dalam dunia fandom ReVeluv di Twitter hanya menikmati hasil karya seni dari fanart dan fansite. Melalui fandom yang mereka ikuti, para passive fans ini saling mengenalkan produk fansite dan fanart dan tak jarang mereka sangat aktif dalam mengkonsumsi produk tersebut sebagai bentuk kecintaan mereka pada idol mereka.

Kesimpulannya adalah cyberfandom di Indonesia memiliki karakteristik yaitu para fans turut menjadikan idola mereka sebagai objek komodifikasi, yaitu sebagai inspirasi dalam membuat karya seni dan fotografi yang berhubungan dengan idola mereka (Red Velvet) dengan tujuan menciptakan barang bernilai jual untuk keuntungan pribadi atau kelompok fandom mereka. Sehingga, anggota fandom Reveluv tersebut tidak hanya bertindak sebagai konsumen media digital tetapi juga merupakan produsen. Praktik yang dilakukan oleh cyberfandom Kpop ini menunjukkan bahwa anak muda pengguna aktif media sosial di Indonesia telah mampu menangkap peluang dari kemudahan akses internet. Namun jika melihat jangkauan fandom ReVeluv yang sangat luas, diharapkan penelitian selanjutnya dapat menganalisis karakteristik ReVeluv di berbagai platform sosial media lainnya seperti Instagram, Facebook, dan platform sosial media lainnya.

Referensi

Hidayati, A. N., & Riyanto, E. D. (2021). The Characteristics of Fandom Reveluv as A Cyberfandom of Red Velvet on TWITTER. Diglossia, 89-99.

Zahrotustianah. (2020, 09 22). Hype-Entertainment. Retrieved from IDN TIMES: Https://www.google.com/amp/s/www.idntimes.come/hype/entertainment/amp/zahro-1/daebak-indonesia-masuk-5-besar-users-teraktif-nge-tweet-soal–kpop

Link artikel : http://journal.unipdu.ac.id:8080/index.php/diglosia/article/view/2240/1229

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp