Pengaruh Penyulingan Mengkudu dengan Perbedaan Kematangan Buah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Riau Online

Produksi ikan hias di Indonesia khususnya budidaya air tawar telah menjadi mata pencaharian penting bagi sebagian masyarakat dan merupakan alternatif untuk meningkatkan produksi ekspor ikan hias Indonesia. Pada bulan Januari 2011 permintaan ikan komet di daerah Denpasar mengalami peningkatan yang biasanya hanya 2000 ekor per bulan menjadi 2.500 ekor per bulan. Budidaya ikan komet untuk memenuhi permintaan konsumen seringkali terkendala oleh serangan penyakit, salah satunya adalah penyakit yang disebabkan oleh serangan parasit. Salah satu parasit yang sering menyerang ikan hias adalah Argulus. Argulus menyerang 54-52% ikan koi (Cyprinus carpio) di sentra ikan hias Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Bahan kimia sering digunakan untuk mengendalikan argulus yang akan menimbulkan efek samping seperti pencemaran lingkungan, resistensi parasit, perubahan parameter hematologi tertentu dan kontaminasi organ. Mengkudu (Morinda citrifolia) merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang dapat digunakan sebagai alternatif pengendalian infestasi parasit. Disebutkan bahwa sari buah mengkudu dengan dosis tertentu dapat digunakan sebagai pengendalian infestasi Argulus, hal ini dikarenakan buah mengkudu memiliki sifat antibakteri, antijamur dan antiparasit. Mengkudu mengandung scopoletin, senyawa kimia yang menghambat kerja otot polos dan saraf. Scopoletin juga dapat meningkatkan aktivitas kelenjar peneal yang dapat memproduksi serotonin di otak.

Serotonin merupakan salah satu bahan yang terdapat pada butiran trombosit dan berperan sebagai neurotransmitter pemberi sinyal saraf di otak dan prekursor hormon melatonin, selain itu serotonin merupakan senyawa kimia yang menghambat kerja otot polos dan saraf sehingga dapat menghambat kerja otot polos dan saraf. mengakibatkan vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah) membran jantung dan otak. Vasokonstriksi yang disebabkan oleh serotonin dapat menghambat asupan nutrisi Argulus pada pejamu. Mengkudu juga memiliki alkaloid yang merupakan golongan senyawa organik, dapat bersifat sangat toksik dan sebagian dapat digunakan sebagai pengobatan dan sebagai insektisida nabati.

Ada beberapa pendapat mengenai buah mengkudu sebagai tanaman pengobatan. Buah mengkudu yang masih hijau paling berkhasiat, sedangkan dalam pengobatan herbal buah mengkudu yang masih muda hingga tua dapat digunakan untuk pengobatan tradisional. Jumlah kandungan skopoletin berbeda pada setiap tingkat kematangan buah mengkudu. Kandungan scopoletin pada mengkudu yang masih hijau dan tidak berbiji adalah 10,72 ± 0,45 ppm; Buah mengkudu berwarna hijau dan bijinya mengandung scopoletin 19,19 ± 0,68 ppm; Buah mengkudu yang memiliki warna putih dan tekstur keras memiliki kandungan skopoletin 57,94 ± 0,79 ppm sedangkan buah mengkudu yang sudah masak dengan kulit putih atau putih kecoklatan dan tekstur lembut mengandung skopoletin 14,11 ± 0,39 ppm. Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat kematangan buah mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap pengendalian parasit Argulus pada ikan mas komet (Carassius auratus auratus).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 akuarium (15x15x25) cm³, 1 akuarium ukuran (100×40 x40) cm³, 20 buah gelas plastik, selang, aerator, selang aerasi, batu aerasi, gelas ukur, filter, blender, 4 botol kaca, termometer, timbangan analitik, penggaris, kertas label, buku dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengkudu (Morinda citrifolia), 20 ikan mas komet sehat (Carassius auratus auratus) dengan panjang total 8-10 cm (umur ± 2 bulan), pakan ikan (pelet), 100 argulus, DO (larutan). oksigen), klorin dan kertas pH.

Akuarium perawatan berukuran 15x15x25 cm³, diisi dengan 4 liter air bersih bersih per akuarium, ditebar satu ekor per akuarium. Ikan mas komet diperoleh dari pedagang di Pasar Ikan Gunungsari dengan ukuran rata-rata 8-10 cm, dan Argulus diambil dari Blitar. Infestasi buatan dilakukan selama 15 menit. Setelah Argulus menempel pada ikan kemudian ikan tersebut dimasukkan ke dalam akuarium pemeliharaan. Pemeliharaan dilakukan selama 3 hari. Perlakuan diberikan pada hari ke 3. Buah mengkudu dicuci dengan air mengalir, diblender dan diperas. Jus dari setiap buah mengkudu dikumpulkan dalam botol kaca bersih dan diberi label dengan kertas sesuai dengan tingkat buah mengkudu. Konsentrasi sari buah mengkudu yang digunakan adalah 3,5% dari volume air (konsentrasi mengkudu 100%). Pelepasan Argulus yang menempel pada ikan mas komet menjadi parameter utama penelitian. Parameter pendukung meliputi kualitas air meliputi suhu, pH dan oksigen terlarut.

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis statistik ANOVA (Analysis of Variance), kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf signifikansi 5% untuk mengetahui perlakuan terbaik.

Penulis: Dr. Kismiyati, Ir., M.Si.

Informasi lebih detail dari penelitian ini dapat ditemukan pada jurnal ilmiah pada link berikut ini:

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/441/1/012153

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp