Peran Apoteker dalam Mengatasi Diabetes Melitus di Masyarakat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by IDN Times

Diabetes Melitus masih menjadi momok sistem kesehatan di berbagai negara di dunia. Penyakit yang satu ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga menyebabkan kecacatan dan kondisi kesakitan dalam jangka panjang. Hal ini kemudian berakibat pada tingginya pembiayaan kesehatan untuk mencegah dan mengatasi dampak dari penyakit diabetes melitus. Data menunjukkan satu dari sepuluh orang dewasa di tahun 2020 mengidap diabetes melitus dan menariknya, Asia Tenggara menjadi kawasan dengan jumlah penderita diabetes melitus terbesar kedua di belahan bumi pasifik barat (Asia, Australia dan Oseania).

Apoteker sebagai garda terdepan dalam pelayanan kefarmasian terutama di komunitas memiliki peran yang penting dalam mengatasi penyakit diabetes melitus. Di negara-negara maju, apoteker di komunitas, melalui pendekatan asuhan kefarmasian, berperan dalam mengidentifikasi (identification), menilai (assessment), mengedukasi (education), memberi rujukan (referral) dan melakukan pemantauan keberhasilan terapi (monitoring) kepada pasien diabetes melitus. Meskipun demikian, di banyak negara berkembang khususnya di Asia Tenggara, belum ada data yang menunjukkan peran apoteker dalam mengatasi penyakit diabetes melitus di komunitas.

Peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yaitu apt. Ayu Wulan Dwiputri, MFarm, Dr. apt. Liza Pristianty, MSi, MM dan apt. Andi Hermansyah, PhD melakukan review di beberapa database publikasi untuk mengidentifikasi kontribusi apoteker di komunitas dalam mengatasi diabetes melitus. Dengan menggunakan kata kunci tertentu, ketiga peneliti tersebut mengumpulkan, menyeleksi, dan menganalisis informasi dari artikel-artikel Ilmiah yang diterbitkan di Scopus, PubMed, Medline dan Springerlink selama tahun 2010 s/d 2018.

Terdapat delapan peran yang jamak dilakukan apoteker di kawasan Asia Tenggara dalam mengatasi diabetes melitus yaitu (1) Pencegahan (prevention), (2) Penyerahan obat (dispensing), (3) Telaah pengobatan (medication review), (4) Layanan informasi obat (drug information services), (5) Konseling dan edukasi (counselling and education), (6) Pemantauan terapi (monitoring), (7) Langkah tindak lanjut pengobatan (follow up) dan (8) Memberi rujukan (referral).

Peran apoteker di komunitas ternyata berdampak positif dan memberikan bukti nyata dalam mengurangi angka kejadian dan angka kesakitan pasien diabetes melitus. Bukti tersebut antara lain apoteker kerap melakukan deteksi dini pasien yang berisiko menderita diabetes sehingga mencegah kesakitan yang lebih parah, apoteker dapat mencegah dan mengatasi terjadinya permasalahan terkait obat (drug related problems) sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien, memperbaiki kepatuhan minum obat dan menimbulkan kepuasan pada diri pasien.

Hasil penelitian menegaskan kembali pentingnya posisi dan peran apoteker di komunitas dalam penanganan penyakit diabetes melitus sekaligus mengurangi beban yang besar pada sistem kesehatan khususnya di negara-negara di Asia Tenggara.

Penulis: Andi Hermansyah

Hasil penelitian dapat diakses di laman berikut:

Pharmacist contributions in the treatment of diabetes mellitus in Southeast Asia: a narrative review

https://www.degruyter.com/document/doi/10.1515/jbcpp-2019-0322/html

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp