Peran Sosialisasi untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Deteksi Dini Sindroma Metabolik di Masyarakat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Pinterest

Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik yang banyak dikaitkan dengan peningkatan resiko untuk menderita penyakit penyempitan pembuluh darah (atherosklerosis) dan kencing manis atau Diabetes Melitus. Angka kejadian sindroma metabolik di dunia termasuk di Indonesia semakin mengalami peningkatan setiap tahunnya terutama di daerah perkotaan. Hal ini dikarenakan adanya perubahan gaya hidup menjadi pasif atau sedenter. Gaya hidup sedenter ini dicirikan dengan kurangnya melakukan aktifitas fisik serta pola makan yang tidak sehat ditambah dengan tingkat stres yang tingi di daerah perkotaan.

Peningkatan kejadian sindroma metabolik akan meningkatkan juga kejadian penyakit kencing manis maupun penyempitan pembuluh darah yang bisa menyebabkan disabilitas terkait penyakit maupun menurunkan kualitas hidup penderitanya. Celakanya, berbagai penelitian epidemiologi menyebutkan angka kejadian sindroma metabolik banyak didominasi oleh usia produktif. Hal ini tentu saja sangat mengkhawatirkan karena produktifitas kerja secara umum dihubungkan dengan produktifitas kerja penduduk pada usia tersebut. Oleh karenanya, upaya preventif seperti peningkatan pengetahuan supaya masyarakat memahami pentingnya upaya pencegahan serta deteksi dini adalah upaya yang bisa memberikan manfaat dalam pengurangan dampak tersebut.

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga berusaha memberikan sumbangsih yang bermanfaat terhadap masyarakat diantaranya dalam upaya edukasi sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kami melakukan sosialisasi pada warga Kelurahan Wonokromo, Kecamatan Wonokromo, kota Surabaya di bulan Agustus 2017 untuk meningkatkan pengetahuan dan deteksi dini terhadap sindroma metabolik.

Metode kegiatan yang dilakukan terdiri dari dua kegiatan utama yakni sosialisai mengenai sindroma metabolik dan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk deteksi dini. Pemaparan materi dilakukan secara interaktif dan memberikan kesempatan diskusi sehingga masyarakat bisa lebih memahami materi yang disampaikan. Materi sosialisasi meliputi cara deteksi dini sindroma metabolik, cara mencegah sindroma metabolik dan risiko sindroma metabolik. Sebelum sosialisasi, dilakukan pre-test untuk mengetahui pengetahuan dasar masyarakat mengenai sindroma metabolik yang selanjutnya evaluasi untuk mengetahui ada/tidaknya peningkatan pengetahuan dilakukan dengan post test. Adapun pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mendeteksi sindroma metabolik dilakukan melalui pemeriksaan lingkar perut, berat badan, tekanan darah, gula darah puasa, kadar trigliserida dan kolesterol HDL yang dibantu oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Berdasarkan hasil rekapitulasi pre-test dan post-test didapatkan peningkatan pengetahuan dari peserta penyuluhan. Dari analisis pre-test dan post-test, 76,9 % peserta mengalami peningkatan nilai post-test dibandingkan nilai pre-test.

Masyarakat yang mengikuti kegiatan ini terdiri dari laki-laki dan perempuan, dengan usia rata-rata 47,39 ± 9,39 untuk perempuan dan 56 ± 13,36 untuk laki-laki. Jumlah peserta terbanyak ada dalam kisaran 41-60 tahun, masih dalam kriteria usia produktif.

Dari pemeriksaan fisik dan laboratorium menunjukkan bahwa didapatkan 37.5% peserta kegiatan yang terdeteksi sebagai penderita sindroma metabolik, dimana lebih dari 90 persen berada pada usia produktif (25-65 tahun). Kriteria yang digunakan untuk mendeteksi sindroma metabolik pada kegaitan ini adalah kriteria International Diabetes Federation (IDF) tahun 2006. Penegakan diagnosa sindroma metabolik berdasarkan IDF adalah bila dijumpainya lingkar perut lebih dari 80 cm pada perempuan dan lebih dari 90 cm pada laki-laki ditambah dua dari empat faktor yaitu TG, HDL, tekanan darah sistol/diastol dan kadar gula darah puasa.

Hasil yang didapatkan dari kegiatan ini, meskipun tidak dapat dilakukan generalisaasi di populasi luas karena hanya dilakukan pada populasi kecil dan terbatas, setidaknya bisa dijadikan sebagai pengingat atau “alarm” mengenai kemungkinan tingginya prevalensi sindroma metabolik di masyarakat, terutama di perkotaan. Dengan demikian upaya edukasi untuk memberikan peningkatan pengetahuan dan kesadaran terhadap bahaya sindroma metabolik di masyarakat adalah hal yang penting untuk dilakukan.

Penulis: Dr Ema Qurnianingsih, dr., M.Si

Telah terbit pada Jurnal Internasional Terakreditasi

https://doi.org/10.37506/ijfmt.v15i3.15747

Ema Qurnianingsih, Lina Lukitasari, Ira Humairah, Citrawati Dyah KW, Siti Khaerunnisa, Gwenny Ichsan Prabowo, Suhartati. Prevention and Early Detection of Metabolic Syndrome in Household Community, Surabaya | Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology (medicopublication.com)

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp