Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Bahan Dasar Pengembangan Komposit Film, Anti-UV, dan Antioksidan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh thepalmscribe.id

Kelapa sawit merupakan komoditi pertanian unggulan Indonesia, tanaman ini merupakan sumber utama dari minyak kepala sawit (CPO – Crude Palm Oil) dan minyak inti kelapa sawit (PKO – Palm Kernel Oil). Dalam upaya meningkatkan produksi minyak sawit tidak terlepas dari limbah dari kelapa sawit yang juga ikut meningkat salah satunya ialah tandan kosong kelapa sawit (TTKS). Limbah ini sangat melimpah pada suatu perusahaan kelapa sawit yang dimana pemanfaatan limbah ini belum begitu optimal hanya sebatas sebagai bahan bakar boiler atau sebagai pupuk kompos. Provinsi Kalimantan Timur sebagai kawasan dengan hamparan perkebunan yang begitu luas memberikan pemasukan devisa kepada negara yang begitu sangat besar dari sektor perkebunan kelapa sawit. Hal ini yang menjadikan Provinsi Kalimantan Timur bisa dikatakan sebagai lumbung minyak kelapa sawit. Terlepas dari itu semua, masalah penanganan limbah sawit menjadi hal yang sangat serius sebagai hasil samping dari produksi minyak kelapa sawit.
Dalam inovasi pemanfaatan limbah sawit yaitu Tandan Kosong Kelapa Sawit (TTKS), pengembangan komposit film dari pulp yang diproses dari TTKS menjadi suatu alternatif untuk mengurangi limbah sawit tersebut. Pengembangan komposit film dari pulp TTKS ditujukan sebagai bahan dasar film yang mudah terurai yang berbasis pada biomassa lignoselulosa dari pulp tandan kosong kepala sawit. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa pulp tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dengan kandungan selulosa tertinggi sebesar 83,42% yang diperoleh dari proses optimalisasi pre-treatment dengan asam sulfat (0,5% v/v H2SO4), ekstraksi dengan basa (15% b/b NaOH), dan proses bleaching dengan menggunakan hidrogen peroksida (10% b/v H2O2). Selulosa dari pulp tandan kosong kelapa sawit dikarboksimetilisasi, dan hasil proses reaksi tersebut ialah karboksimetil selulosa (CMC) yang memiliki karakteristik mudah larut dalam air (81,32%). Karboksimetil selulosa (CMC) dari pulp tandan kosong kelapa sawit direaksikan dengan gliserol dan dicetak menjadi film komposit. Lignin yang berasal dari hasil samping reaksi tandan kosong kelapa sawit dengan basa NaOH, kemudian diendapkan juga dimasukkan ke dalam film pada konsentrasi yang berbeda, dan ditentukan efeknya pada sifat penghambat UV dari film. Menariknya, film karboksimetil selulosa (CMC) dari pulp tandan kosong kelapa sawit tanpa penambahan lignin sepenuhnya memblokir transmisi UV-B. Penggabungan lignin pada semua konsentrasi secara signifikan meningkatkan pemblokiran UV-A dan sifat fisik lainnya dari film, termasuk kekasaran permukaan, ketebalan, dan stabilitas termal, meskipun kekuatan tarik dan permeabilitas uap air tidak terpengaruh secara signifikan. Pemblokiran UV-A dan UV-B lengkap teramati ketika lignin ditambahkan pada 0,2% (b/v), dan film juga menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi terhadap radikal bebas 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) dengan nilai peredaman radikal (IC50) sebesar 3,87 mg/mL.
Hasil penelitian pengembangan komposit film yang mudah terurai dari pulp tandan kosong kelapa sawit telah berhasil dengan karakteristik yang memiliki sifat pemblokir sinar UV-A dan UV-B serta aktivitas antioksidan yang berbasis pada biomassa lignoselulosa, yang kedepannya dapat dikembangkan sebagai food packging dan kosmetik.

Penulis: Rico Ramadhan
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada artikel ilmiah di:
https://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/acsomega.1c00249

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp