Kolaborasi Peneliti Indonesia Kembangkan Reactor Rotary Kiln untuk Memproduksi Bahan Bakar Minyak Pirolitik dari Ban Bekas

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Tim Peneliti

UNAIR NEWS – Salah satu permasalahan negeri yang memerlukan perhatian serius adalah permasalahan energi baru terbarukan (EBT) yang tak kunjung usai. Selain peranan utama dari pemerintah, peran peneliti juga perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Peneliti dari tiga universitas ternama di Indonesia kemudian berinisiatif untuk mengembangkan sebuah reactor rotary kiln dengan tujuan agar dapat memproduksi minyak pirolitik dari ban bekas.

Para peneliti tersebut memiliki minat di pengelolaan limbah dengan penerapan konsep Waste to Energy (WtE). Tim peneliti diketuai oleh Mochamad Syamsiro dari Teknik Mesin Universitas Janabadra Yogyakarta yang merupakan lulusan Universitas Gadjah Mada dan doctoral dari Tokyo Institute of Technology Japan. Adapun anggota peneliti adalah M.S. Dwicahyo, Y. Sulistiawati dan M. Ridwan dari Universitas Islam Indonesia Yogakarta serta Nita Citrasari dari Teknik Universitas Airlangga.

Nita Citrasari Peneliti UNAIR menuturkan bahwa cadangan bahan bakar fosil yang semakin menipis menyebabkan pasokan kebutuhan energi untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk industri. Oleh sebab itu, diperlukan pengembangan dan implementasi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.

“Solusi alternatif, diantaranya adalah dengan mengembangkan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan untuk mengubah limbah ban menjadi bahan bakar minyak dengan menggunakan konsep pirolisis,” terangnya.

Jenis reaktor yang dikembangkan dalam penelitian tersebut adalah rotary kiln, sebuah tabung berbentuk horizontal dengan bahan di dalam tabung akan dapat digerakkan pada kecepatan rotasi tertentu. Gerakan partikel bahan di dalam rotary kiln terkonsentrasi pada dinding kiln di lapisan pasif.

Reaktor dirancang dengan diameter dan panjang masing-masing 260 mm dan 400 mm dan dilengkapi dengan pengangkat yang memiliki panjang segmen 28 mm. Percobaan pirolisis dilakukan menggunakan reaktor rotary kiln semi-batch pada suhu 300 °C.

“Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa limbah ban yang dikumpulkan dari perusahaan daur ulang di Yogyakarta,” jelasnya.

Nita Citrasari menuturkan bahwa hasil awal penelitian memperlihatkan bahwa kecepatan rotasi dan pengangkat mempengaruhi distribusi produk dan karakteristik oli. Penelitian tanpa pengangkat menunjukkan bahwa pada kecepatan rotasi 15 rpm menghasilkan produk cair tertinggi.

“Namun, produk cair yang dihasilkan dalam percobaan ini masih rendah di semua kondisi. Penggunaan pengangkat mengurangi produk cair dan padat sementara produk gas meningkat,” ungkapnya.

Nilai viskositas, densitas, dan pemanasan oli tersebut masih dapat diterima untuk digunakan di dalam mesin. Seluruh pembuatan reaktor dilakukan oleh bengkel lokal dengan pengawasan tim peneliti untuk memastikan peralatan dapat diproduksi secara lokal.

“Penelitian ini masih akan terus kami kembangkan sebagai upaya dari optimalisasi,” tutupnya. (*)

Penulis:  Sandi Prabowo 

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp