Demi Bangkitkan Ekonomi, Pakar UNAIR Teliti Energi Terbarukan dari Biomassa Tongkol Jagung

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Pakar dan Guru Besar FST Universitas Airlangga Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si. (Foto: Humas UNAIR)

UNAIR NEWS – Saat ini di dunia sedang mengembangkan pemanfaatan sumber energi alternatif terbarukan untuk mengatasi tipisnya cadangan energi yang berasal dari bahan bakar fosil. Salah satu potensi energi alternatif terbarukan adalah limbah biomassa yang dihasilkan dari aktivitas produksi pertanian yang jumlahnya sangat besar, khususnya di Indonesia. Sumber energi terbarukan yang berasal dari komoditas jagung di Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal.

Mengenai hal itu, pakar dari Universitas Airlangga Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih bersama tim melakukan penelitian dalam jurnal ilmiah yang berjudul “Application of enzyme cocktails from Indonesian isolates to corncob (Zea mays) waste saccharification”. Kepada UNAIR NEWS, Guru Besar Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR itu menjelaskan bahwa produksi jagung di Indonesia sangatlah melimpah, sehingga dipastikan akan menghasilkan limbah jagung dalam jumlah yang sangat besar pula.

“Selama ini pemanfaatan limbah jagung di Indonesia yaitu sebagai pakan ternak, bahan kerajinan dan bahan bakar briket. Dari berat jagung, 30% berat tersebut adalah tongkol jagung. Keberadaan limbah tongkol jagung ini melimpah dan kontinyu setelah paska panen,” ujarnya pada Senin (24/5/2021).

Prof. Nyoman juga melanjutkan sebagian besar limbah tongkol jagung tidak termanfaatkan dengan baik. Bahkan, hanya dibuang dan dibakar sehingga dapat menimbulkan masalah polusi, efek rumah kaca, dan pemanasan global.

“Dengan melihat limbah yang tak termanfaatkan tersebut, maka peluang pemanfaatan limbah untuk dijadikan energi semakin besar. Oleh karena itu pemanfaatan tongkol jagung agar lebih bermanfaat dan bernilai ekonomi bagi kehidupan manusia perlu dikembangkan,” paparnya.

Dari riset tersebut, Prof. Nyoman dan tim menemukan bahwa jagung (Zea mays) memiliki potensi sebagai sumber bio-energi yang bernilai ekonomis tinggi. Ia juga menjelaskan bahwa pemanfaatan jagung dan limbahnya sebagai sumber bio-energi di antaranya adalah sebagai bahan bakar tungku untuk proses pengeringan atau pemanasan, sebagai bahan bakar padat untuk proses pirolisis dan gasifikasi, sebagai bahan baku pembuatan etanol, dan sebagai bahan baku potential pembuatan biodiesel.

“Meskipun pemanfaatan limbah jagung dan turunan produk berbahan baku jagung sebagai sumber energi terbarukan cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia, namun penggunaan secara optimal perlu diteliti dan dikembangkan agar diperoleh keuntungan yang maksimal,” jelasnya.

Tidak hanya itu, perempuan yang sedang menjabat sebagai wakil rektor tersebut juga mengatakan bahwa limbah tongkol jagung yang kaya akan selulosa dan hemiselulosa potensial sebagai sumber bahan baku etanol. Selulosa dan hemiselulosa, sambungnya, akan dihidrolisis oleh enzim menjadi bentuk gula monosakarida, yang nantinya akan dapat difermentasi menjadi etanol.

“Hal ini menambah nilai ekonomis dari limbah tongkol jagung, dimana akan dapat meningkatkan perekonomian negara,” ungkapnya.

Pada akhir, Prof. Nyoman mengatakan bahwa kandungan selulosa dan hemiselulosa dalam tongkol jagung harus dipisahkan dari lignin. Hal itu, lanjutnya, dikarenakan lignin dapat mengganggu hidrolisis selulosa dan hemiselulosa, sehingga akan mempengaruhi jumlah gula monosakarida yang dihasilkan.

Untuk memisahkan lignin dari selulosa dan hemiselulosa, sambung Prof. Nyoman, digunakan metode pretreatment dengan berbagai konsentrasi asam-basa. Selulosa dan hemiselulosa dihidrolisis secara berurutan oleh enzim selulase dan xilanase menjadi gula monosakarida. Gula monosakarida tersebut akan dikonversi oleh enzim xilosa isomerase sebagai bahan baku untuk fermentasi etanol.

“Hasil penelitian telah berhasil mendapatkan kondisi optimal pretreatment tongkol jagung sehingga menghasilkan kandungan selulosa dan hemiselulosa sebagai substrat lanjutan terkonversi menjadi gula monosakarida sebagai bahan baku fermentasi etanol,” pungkasnya.

Penulis: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp