Menjadi Pesaing Kelapa Sawit, Kemiri Sunan Calon Energi Alternatif BBM

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Menjadi Pesaing Kelapa Sawit, Kemiri Sunan Calon Energi Alternatif BBM. (Foto: Ilustrasi oleh Ekbis Sindownews)

UNAIR NEWS – Kemiri Sunan (Reutealis trisperma) ialah tanaman yang dikenal memiliki buah beracun. Meskipun demikian, tanaman yang  mengandung minyak tersebut sering kali digunakan sebagai pernis dan pengawet kayu. Tidak hanya itu, akhir-akhir ini minyak kemiri sunan diketahui dapat menjadi pengganti bahan bakar fosil.

Dilansir dari tulisan artikel populer dosen Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (UNAIR) yang berjudul “Analisis Gen FAD2 Tanaman Kemiri Sunan Pohon Beracun Kompetitor Sawit untuk Biodiesel” yang tayang (11/5), Prof. Hery Purnobasuki M.Si., Ph.D. mengatakan, minyak nabati kemiri sunan dianggap dapat menjadi sumber karbon untuk produksi biodiesel. Terdapatnya kandungan asam lemak tak jenuh ganda (PUFA), asam linoleat, dan asam α-eleostearic disebutkan dapat menurunkan stabilitas oksidasi biodiesel minyak kemiri sunan.

“Minyak kemiri sunan memiliki kemampuan menjadi minyak nabati pengganti solar. Hal ini membuat para periset semakin melirik kemiri sunan, sebagai pengganti kelapa sawit yang dinilai merusak lingkungan,” tuturnya.

Ia juga menyampaikan bahwa biodiesel yang berkualitas baik memiliki kandungan asam lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated fatty acids-MUFAs) yang lebih tinggi dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh gandanya (polyunsaturated fatty acids-PUFAs). Biodiesel sendiri merupakan hasil proses transesterifikasi triasilgliserol dengan metanol.

Dalam penelitian yang dilakukan secara in silico tersebut, Prof. Hery dan tim mengungkap bahwa kadar PUFA yang terdapat di minyak kemiri sunan cukup tinggi. Hal tersebut menyebabkan uji stabilitas oksidasi biodiesel pada tanaman yang biasa tumbuh di tempat kering itu kurang baik. Peningkatan jumlah ikatan rangkap dalam minyak nabati (PUFA) berbanding terbalik dengan kualitas biodiesel.  Menurutnya, penelitian tentang karakterisasi enzim kunci dalam metabolisme lipid sangat penting.

Hingga saat ini, telah terdapat 2 enzim kunci yang diidentifikasi dan dikarakterisasi. Enzim tersebut ialah, diacylglycerol acyl-CoA acetyltransferase (DGATs) yaitu enzim yang berfungsi membatasi laju akumulasi penyimpanan lipid tanaman. Selain itu, ada enzim FAD yang berfungsi dalam pembentukan ikatan rangkap dalam rantai hidrokarbon dari rantai asam lemak.

Prof. Hery mengatakan untuk meningkatkan kualitas biodiesel, perlu dilakukan modifikasi pada enzim. Ia menyebutkan, pada penelitiannya tersebut fragmen FAD2 telah diisolasi dan dikarakterisasi. Hal tersebut berperan dalam biosintesis asam lemak tak jenuh dari minyak kemiri sunan. Dalam penelitian tersebut Prof. Hery dan tim berhasil mengisolasi sekuens parsial 923-bp kemiri sunan FAD2. Ia memperkirakan ada 260 asam amino yang tersandi oleh FAD2. Hasil tersebut ditemukan pada membran retikulum endoplasma dan memiliki domain yang mirip dengan desaturase asam lemak Omega-6.

“Semoga data penelitian ini dapat membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut. Dengan harapan dapat meningkatkan kualitas biodiesel dari minyak kemiri sunan dengan modifikasi genetik FAD2 dan menjadi alternative energy terbaru untuk kebutuhan BBM di Indonesia,” tutupnya.(*)

Penulis: Alysa Intan Santika

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp