Community Based Aquaculture Kunci Sukses Usaha Tambak Bandeng di Surabaya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Walikota Eri Cahyadi saat memanen 1,25 ton ikan bandeng dari hasil budidaya tambak seluas 1 hektar. (Ilustrasi: voi.id)

UNAIR NEWS – Walikota Eri Cahyadi menginginkan seluruh aset Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya agar dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian warga, salah satunya ialah terkait pemaksimalan tambak bandeng di Kota Surabaya.

Senada dengan itu, Dr. Eng. Sapto Andriyono, S.Pi., M.T., selaku peneliti biodiversitas sumberdaya ikan tangkapan, membeberkan mengenai potensi pengembangan tambak bandeng di Surabaya. Menurutnya, pengembangan tambak bandeng di Surabaya lebih terkendala dengan luasan lahan yang mulai tergeser.

“Pengembangan tambak bandengan di Surabaya secara teknis sebenarnya sama saja dengan sistem budidaya tambak dimanapun di Jawa. Mengenai pengembangan tambak bandengan di Surabaya lebih terkendala dengan luasan lahan yang tergeser dengan penggunaan fungsi lain seperti perumahan dan kawasan industri,” ujar Wakil Dekan Penelitian, Publikasi, Kolaborasi, dan Relasi Publik Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga (FPK UNAIR) itu, saat dikonfirmasi via whatsapp messenger pada Jumat (30/4).

Lebih lanjut, sambungnya, prospek usaha tambak di tengah pandemi cukup menjanjikan dimana pengembangan tambak udang di sejumlah wilayah masih dilakukan secara tradisional dan semi intensif, sehingga biaya produksi masih bisa diminimalkan karena penggunaan pakan komersial masih cukup rendah. Dengan demikian, perlu lahan yang cukup luas (ekstensifikasi) untuk meningkatkan produksinya.

“Jika konsep ini dikembangkan di Surabaya, sangat memungkinkan untuk memanfaatkan lahan idle (lahan tambak yang tidak dimanfaatkan) dengan konsep kerjasama pemilik lahan dan buruh pengelola tambak. Namun, perlu peningkatan kapasitas dan keterampilan dalam pengelolaan tambak yang lebih baik agar tidak hanya sekedarnya saja dalam melakukan kegiatan budidaya tetapi harus profesional,” tambahnya.

Tawarkan Kerjasama Bersama FPK UNAIR

Menurut Dr. Eng. Sapto, ada beberapa hal yang perlu dipetakan dulu dari faktor pendukung yang meliputi lahan dan sumber daya sehingga dapat dikembangkan. Melalui pemetaan itu diharapkan dapat menjadi sumber pembangkit pendapatan yang cukup penting jika dikelola dengan baik.

“Kontrak kerja yang jelas antara pengelola dan pemilik lahan (red: Pemkot Surabaya) dan memberikan pendampingan teknis dalam budidaya yang baik. Dalam hal ini bisa mengajak kerjasama dengan FPK UNAIR,” ungkapnya.

Selain memikirkan produksi bandeng, kata Sapto, perlu dipikirkan pula tentang pemasarannya. Saat ini, kita mengenal bandeng asap, bandeng cabut duri, otak-otak bandeng, dan produk lainnya, tetapi juga perlu inovasi yang akan menjadi ikon bandeng Surabaya ini produknya apa.

“Terkait dengan kegiatan pemasaran ini bisa melakukan kerjasama dengan FPK UNAIR dengan Program Studi Pengolahan Hasil Perikanan untuk inovasi itu. Meskipun demikian, pemasaran ini perlu dukungan pemda misalnya difasilitasi di seluruh outlet wisata kuliner yang tersebar di Surabaya ataupun pusat oleh-oleh Surabaya,” tandas dosen mata kuliah biologi laut tersebut.

Usulkan Model Community Based Aquaculture

Dr. Eng. Sapto menjelaskan, hambatan yang dihadapi oleh petani tambak di Surabaya terkait dengan masalah SDM dan sikap mental. Bahkan keamanan tambak menjadi penting karena pencurian ini masih marak.

“Keamanan tambak menjadi penting karena pencurian ini masih marak, sehingga perlu pendekatan secara baik dengan membentuk komunitas atau konsep community based aquaculture yaitu sebuah perikanan budidaya yang berbasis masyarakat,” ujarnya.

Tumbuhkan Optimisme

Melalui pengoptimalan seluruh aset Pemkot Surabaya, Dr. Eng. Sapto berharap sifat optimisme harus dimunculkan karena secara teknis kegiatan budidaya bandeng tidak sesulit budidaya udang.

“Setelah kegiatan ini muncul, insyaallah akan muncul pula kegiatan penyerta yang akan mendukung pergerakan ekonomi seperti muncul warung, tempat pemancingan, usaha bandengan bakar, bandengan cabut duri dll yang akan bermanfaat dalam pengembangan ekonomi berbasis masyarakat,” pungkasnya. (*)

Penulis: Dimas Bagus Aditya

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp