Fokus Teliti Antimicrobial Resistance Hantarkan Prof Kuntaman jadi Peneliti Kelas Dunia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof Dr Kuntaman dr MS SpMK(K). guru besar bidang mikrobiologi Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) kembali berbangga, pasalnya salah satu guru besarnya tercatat sebagai Top 100 Medical and Health Science Scientist 2022. Ialah Prof Dr Kuntaman dr MS SpMK(K). 

Kepada UNAIR NEWS Minggu (13/3/2022), guru besar bidang mikrobiologi Fakultas Kedokteran (FK) itu menyebut, mikrobiologi klinik merupakan cabang ilmu kedokteran medis dengan kompetensi dari mikrobiologi kedokteran dan kedokteran umum. Tujuan cabang ilmu tersebut, sambungnya, untuk melakukan tindakan pengobatan dan pencegahan infeksi akibat mikroorganisme pada manusia juga lingkungan yang berkaitan dengan medis, seperti rumah sakit atau klinis.

“Mikrobiologi itu sangat erat kaitannya dengan penyakit infeksi. Keduanya tidak dapat dipisahkan,” ujar Prof Kuntaman.

Fokus penelitian yang ia lakukanadalah Antimicrobial Resistance (AMR) yang merupakan salah satu program prioritas Kementerian Kesehatan RI. Kembali mengingat sekitar 20-30 tahun yang lalu, sambungnya, AMR bukanlah topik yang diperhatikan oleh para ilmuwan. Hingga pada akhirnya World Health Organization (WHO) menerbitkan buku khusus tentang AMR. 

“Tahun 2001, saya melakukan penelitian internasional bekerjasama dengan Belanda tentang AMR. Dari situ kita baru tau bahwa topik AMR ternyata sangat penting karena berkaitan dengan pelayanan pasien di rumah sakit,” ungkap Prof Kuntaman.

Pemberian antibiotik yang tidak rasional, lanjutnya, akan menimbulkan AMR semakin meningkat. “Dari hasil penelitian kami di Surabaya dan Semarang, sekitar 70% penggunaan antibiotik di rumah sakit tidak bijak atau tidak rasional. Data ini penting sebagai titik awal yang harus diperbaiki,” jelasnya.

Lebih lanjut, lulusan Post-Doctoral dari Erasmus University Medical Center, Rotterdam itu menyebut hasil-hasil penelitian tersebut menjadi cikal bakal terbentuknya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit.

Tentunya dari berbagai hasil penelitian dan publikasinya, Prof Kuntaman telah banyak meraih prestasi dan penghargaan. Diantaranya adalah Soedjono Djoened Poesponegoro  Award 2001, Awardee Dikti Post-Doctoral di Erasmus University Medical Center, Grand Award AstraZeneca Research Competition dan masih banyak lagi.

“Saat ini saya sedang melakukan kerjasama penelitian dengan Centers for disease Control and prevention (CDC) Atlanta mengenai whole genome sequencing, Covid-19,” paparnya.

Selain itu, tambahnya, saat ini juga tergabung dalam tim Side Event G20, yang salah satu topiknya adalah AMR.

Komitmen dan kecintaannya terhadap FK UNAIR terus ia tunjukkan dengan selalu mengirimkan mahasiswanya untuk belajar di luar negeri hasil kerjasama dengan berbagai pihak. “Nantinya diharapkan mahasiswa tersebut balik ke Indonesia untuk mengembangkan pengetahuan dan teknologi di negara kita,” jelasnya.

Kepada peneliti muda, Prof Kuntaman berpesan untuk selalu giat meneliti, junjung tinggi kejujuran dan kedisiplinan serta memperbanyak referensi bacaan. “Jika karakter tersebut dimiliki, saya yakin akan lahir pemimpin hebat,” pungkasnya. (*)

Penulis : Muhammad Suryadiningrat

Editor : Nuri Hermawan 

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp