Pakar UNAIR Sebut Konflik Rusia-Ukraina Tidak Berdampak pada Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kontan

UNAIR NEWS – Ketegangan antara Rusia dan Ukraina dikabarkan meningkat akhir-akhir ini. Banyak pihak yang kemudian mengkhawatirkan akan terjadinya Perang Dunia III (PD III). Namun, I Gede Wahyu Wicaksana, SIP MSi PhD berpendapat bahwa masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan hal itu. 

Dosen Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga (HI FISIP UNAIR) mengatakan bahwa hal ini merupakan konflik kecil. “Rusia dan Ukraina akan bisa menyelesaikan permasalahan mereka dengan diplomasi. Kedua negara itu memiliki tradisi diplomatiknya sendiri, mengingat keduanya masih berada dalam bangsa yang sama yakni Bangsa Slavik,” ucapnya.

Indonesia Tidak Perlu Khawatir

Mengingat konflik keduanya yang hanya konflik kecil, Wahyu menyebut bahwa Indonesia juga tidak perlu ikut campur akan permasalahan tersebut. Menurutnya, tidak akan ada dampak khusus bagi Indonesia. 

“Masyarakat internasional, terkhusus Indonesia tidak perlu khawatir dengan konflik tersebut. Karena seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa kedua negara itu akan menyelesaikan dengan diplomasi mereka. Bahkan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pun juga tidak perlu ikut andil dalam penyelesaian konflik keduanya,” tuturnya.

Penyebab Konflik Rusia dan Ukraina

Meskipun tergolong konflik kecil, namun perlu diketahui pula latar belakang permasalahan kedua negara tersebut. Menurut Wahyu, setidaknya ada tiga persoalan yang menyebabkan terjadinya konflik antara Rusia dan Ukraina.

“Persoalan pertama berkaitan dengan konflik wilayah atau teritorial. Ketika Uni Soviet masih eksis dulu, Rusia mengambil sebagian wilayah dari Ukraina. Ketika Uni Soviet runtuh, Ukraina mengambil lagi wilayahnya dari Rusia dan saat ini Presiden Rusia, Vladimir Putin, ingin mengambil Ukraina kembali,” jelas Ahli Kebijakan Luar Negeri tersebut.

Tidak berhenti pada konflik wilayah, Rusia dan Ukraina juga terlibat dalam persoalan persaingan. Rusia ingin berkuasa penuh di kawasan Eropa Timur. Untuk itu, Rusia harus “menyingkirkan” Ukraina,

“Karena Ukraina adalah negara terbesar kedua setelah Rusia, di kawasan bekas Uni Soviet. Untuk itu beberapa harta peninggalan Uni Soviet ada di Ukraina dan Rusia ingin menguasainya. Dengan begitu maka kemudian Rusia dapat berkuasa penuh tanpa terhalang Ukraina,” imbuh Wahyu.

Terakhir, konflik kedua negara itu juga berhubungan dengan kondisi dalam negeri di Rusia. “Ekonomi Rusia sedang merosot. Maka dari itu Putin mencoba mengalihkan isu dengan membuat konflik tersebut,” terang Wahyu.

Terlepas dari persoalan terkini yang terjadi pada Rusia dan Ukraina, Wahyu menjelaskan bahwa keduanya telah terlibat konflik etnis sejak lama. “Pada abad ke-15 keduanya sudah berkonflik secara etnis. Namun dalam sejarah modern, mereka baru berkonflik secara terang-terangan pada tahun 1989 atau ketika runtuhnya Uni Soviet,” paparnya.

Penulis: Fauzia Gadis Widyanti

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp