Potensi Daun Ficus fistulosa sebagai Anti-HIV

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Flickr

Sejak ditemukannya kasus HIV pada tahun 1983 di Afrika, kasus HIV/AIDS terus bertambah dan menyebar hamper ke seluruh dunia. Ciri khas infeksi HIV adalah memiliki keragaman genetik yang terbentuk di dalam dan di antara inang. Selain itu, infeksi HIV juga memiliki tingkat mutasi yang tinggi sehingga variasi strain atau tipe/subtype HIV cukup tinggi. Karakteristik HIV yang unik ini menjadi hambatan besar bagi para peneliti dalam mempelajari dan meneliti tentang potensi obat sebagai antivirus HIV-1.

Beragam pendekatan baru untuk pengobatan anti-HIV saat ini sedang dikembangkan di seluruh dunia dan sebagian besar berfokus pada tahap awal masuknya virus HIV. Salah satu metode alternatif adalah polifarmakologi di mana dua atau lebih obat multi-target atau hibrida dapat digunakan secara bersamaan untuk meningkatkan aktivitas anti-virus terhadap HIV. Sampai saat ini, obat anti-HIV yang tersedia tidak optimal dalam menghambat replikasi virus HIV. Hal ini dikarenakan oleh prosedur yang rumit, sitotoksisitas yang tidak terkontrol, dan efek samping yang tidak dapat diprediksi.

Kegagalan pengobatan HIV terutama di negara miskin dan berkembang disebabkan oleh kekurangan stok obat dan mahalnya biaya pengobatan. Tetapi kondisi ini tidak berlaku di Indonesia. Pemerintah Indonesia menyediakan voluntary counseling and testing (VCT) hampir diseluruh puskesmas dan rumah sakit untuk pasien HIV/AIDS terkait konsultasi dan terapi obat. Namun, faktor utama kegagalan pengobatan adalah kurangnya disiplin pasien untuk meminum obat yang diresepkan setiap hari dalam dosis yang benar atau tidak rutin datang untuk berkonsultasi ke dokter untuk pemeriksaan lanjutan. Perilaku sosial pasien dapat berdampak pada pengembangan terapi yang resistan terhadap obat sehingga dapat meningkatkan angka kematian pada pasien HIV/AIDS. Motivasi untuk pengembangan obat anti-HIV yang murah dan memiliki efek samping yang lebih sedikit telah menjadi prioritas dalam penelitian farmakologi AIDS, terutama senyawa yang diekstraksi dari sumber alami lokal.

Pada penelitian ini, kami mencoba mengekspolarasi tanaman  Ficus fistulosa. Genus Ficus memiliki sekitar 725 spesies di seluruh dunia dan tiga spesies yaitu F. hispida, F. septica, dan F.fistulosa telah dipelajari, dan mereka menunjukkan aktivitas antikanker, anti-inflamasi, dan anti-virus. Dalam penelitian ini, empat sampel yang berasal dari F. fistulosa, ekstrak etanol, fraksi etil asetat, kloroform, dan butanol digunakan dalam uji in vitro untuk menguji aktivitas dan toksisitas sebagai anti HIV.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah daun Ficus fistulosa diekstraksi menggunakan pelarut etanol dan selanjutnya difraksinasi secara bertahap dalam pelarut kloroform, etil asetat, dan butanol. Tahapannya meliputi ektraksi senyawa, karakterisasi senyawa, uji toksisitas dan uji aktivitas anti-HIV dengan menggunakan sel limfosit (sel T) dan virus HIV yang diisolasi dari pasien HIV tipe 1. Pembentukan syncytium dan uji sitotoksisitas dilakukan untuk mengevaluasi potensi aktivitas antivirus dari daun Ficus fistulosa.

Hasil pengujian secara invitro adalah satu dari empat ekstrak/fraksi yang diuji menunjukkan aktivitas anti-virus terhadap HIV. Ekstrak etanol menunjukkan daya hambat yang lemah dengan tingkat toksisitas yang tinggi (IC50= 8.96 ug/ml, CC50 = >50 ug/ml, dan SI =5.58). Sementara itu, fraksi kloroform secara efektif mampu menghambat proliferasi sel MT4/HIV sekaligus menjaga tingkat toksisitas seminimal mungkin (IC50= 3,27 ug/ml, CC50 = 29,30 ug/ml, dan SI = 8,96). Sebaliknya fraksi etil asetat dan fraksi butanol tidak menunjukkan aktivitas anti-HIV dengan tingkat toksisitas yang tinggi (CC50 = >50 ug/ml) dan nilai SI yang rendah (>2,17 ug/mland >0,97 ug/ml). sehingga dapat disimpulkan bahwa Fraksi kloroform dari daun Ficus fistulosa menunjukkan aktivitas anti virus yang efektif terhadap sel MT4/HIV dan mempunyai potensi sebagai anti HIV-1 secara invitro. Senyawa ini diharapkan kedepan dilanjutkan penelitian secara in-vivo (pada hewan coba).

Penulis: Siti Qamariyah Khairunisa, S.Si., M.Si

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34214379/

Khairunisa, SQ, et.al. (2021). Screening of anti-HIV activities in ethanol extract and fractions from Ficus fistulosa leaves. Journal of Basic and clinical Physiology and Pharmacology (JBCPP).  Vol. 32, No. 4. Available oline at https://doi.org/10.1515/jbcpp-2020-0413

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp