Simak Kata Pakar Soal Mengelola Kepribadian yang Dominan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: IDN Times

UNAIR NEWS – Setiap individu memiliki pola kepribadian yang berbeda-beda. Dalam kehidupan bermasyarakat, penting mengetahui pola kepribadian seseorang karena hal ini berpengaruh terhadap hubungan antar-individu. Salah satu pola kepribadian itu adalah dominan. Lantas, bagaimana karakteristik kepribadian dominan dan cara mengelolanya?

Menurut dosen Fakultas Psikologi Univesitas Airlangga Atika Dian Ariana S.Psi., MS.Sc, pola kepribadian dominan memiliki ciri adanya motivasi yang kuat untuk mencapai sesuatu. Dalam menyelesaikan masalah, orang yang cenderung dominan akan fokus bekerja keras dan berusaha cepat dalam menyelesaikan sesuatu.

Selain itu, menurut Atika, orang yang memiliki kepribadian dominan juga menyukai tantangan serta senang menarik kesimpulan dan memecahkan masalah. “Karakter ini jika dibawa dalam relasi sosial maupun interpersonal, membuat seorang yang dominan lebih menyukai peran sebagai pengambil keputusan bagi kelompok atau bagi pasangan,” ujar Atika.

Karakteristik Kepribadian Dominan

Individu yang dominan biasanya memiliki kemampuan berkomunikasi persuasif yang baik. Mereka bisa mengatakan secara langsung dan tegas sesuatu yang dipikirkan dan dirasakan. Dalam relasi sosial, lanjut Atika, kapasitas tersebut membuat seseorang seringkali dipercaya sebagai pemimpin. Terlebih ketika berada di sekitar orang dengan karakteristik yang tergantung.

Namun sebaliknya, ketika berada di kelompok atau bersama orang lain yang juga dominan, akan banyak konflik yang muncul. “Bila ia berada dalam relasi interpersonal dengan sesama dominan, risiko konflik akan menjadi lebih tinggi karena kedua pihak ingin menunjukkan kuasanya terhadap satu sama lain,” ungkap Atika.

Meskipun seseorang yang dominan sering dipandang sebagai pemegang kuasa, Atika menuturkan bahwa seseorang dibawahnya seringkali sadar tetapi juga menikmatinya. Mereka cenderung mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan secara mandiri. Sehingga merasa nyaman dan aman ketika berinteraksi dengan orang yang dominan.

“Tetapi satu hal yang perlu diluruskan, memiliki karakteristik dominan tidak sama dengan manipulatif atau memanfaatkan orang lain dalam relasi demi kepentingan sendiri,” tegasnya. “Melainkan adanya dorongan secara alamiah untuk menaklukkan tantangan, termasuk menjadi ‘penentu’ dalam relasi,” lanjutnya.

Miliki Kelemahan

Secara karakteristik, seseorang yang dominan memang cocok berperan sebagai pemimpin dalam suatu kelompok. Dengan karakteristik tersebut seseorang yang dominan berani mengambil keputusan yang berisiko, juga dapat memotivasi orang lain. Namun menurut Atika seseorang yang dominan biasanya egosentris dan kurang teliti.

Individu yang dominan biasanya egosentris, kurang jeli dalam memperhatikan detail karena fokus utamanya adalah pada hasil, dan sangat sensitif ketika mendapatkan kritikan,” papar dosen psikologi tersebut.

Dosen psikologi UNAIR Atika Dian Ariana

Me-maintenance Hubungan

Untuk mengelola hubungan dengan kepribadian berbeda tentunya memiliki treatment tersendiri agar hubungan tetap berjalan sehat. Terdapat beberapa cara yang diberikan oleh Atika, pertama memahami diri sendiri.

“Mengelola relasi yang sehat diawali dengan memahami diri sendiri, mengenali karakteristik pribadi, apa yang menjadi kelebihan dan kelemahan diri. Dari sini kita akan mengetahui karakteristik yang kita harapkan dan kita sanggup terima dari pasangan,” terangnya.

Kedua, selalu terbuka dalam berkomunikasi, karena komunikasi adalah kunci. “Sampaikan harapan kedua belah pihak secara terbuka agar dapat dicapai kesepakatan,” ujar dosen kelahiran Tulungagung tersebut.  Ia juga menambahkan bila disampaikan secara langsung dan logis, seorang yang dominan akan lebih bersedia mendengarkan.

Terakhir, ketika dalam hubungan menemui konflik sebaiknya segera dibicarakan dan diselesaikan. “Seorang yang dominan berorientasi ke masa depan sehingga membicarakan hal yang sudah berlalu membuat mereka bosan,” tandasnya. Atika juga menegaskan bahwa sebaiknya menghindari mengungkit masalah yang telah lalu karena dapat memperuncing konflik, mengingat seseorang yang dominan suka melihat ke depan. (*)

Penulis: Tata Ferliana W.

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp