Dukungan Sosial Melalui Agama dan Psikologis Kesejahteraan untuk Tangai COVID‑19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto dari CNN Indonesia

Pandemi virus corona (COVID-19) berasal dari Tiongkok pada akhir 2019, virus itu bercokol di sana selama empat bulan sebelum menyebar secara global. Berdampak pada negara maju dan berkembang termasuk Indonesia. Ini telah mengubah praktik sosial, ekonomi dan politik kehidupan sosial, kebiasaan sehari-hari dan kebijakan pemerintah, dengan konsekuensi multi-dimensi pada kehidupan manusia. Kajian ini berupaya mengeksplorasi hubungan antara religiusitas, modal sosial, dan kesejahteraan psikologis masyarakat umum, khususnya dalam menghadapi pandemi.

Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menyoroti pentingnya kesadaran masyarakat tentang social distancing, penggunaan agama sebagai mekanisme koping, dan gaya hidup sehat selama pandemi. Untuk mengetahui persepsi masyarakat, dilakukan survei online dengan menggunakan kuesioner swakelola kepada pasien virus corona, masyarakat umum, pegiat media sosial, pelajar, dan profesional di seluruh Indonesia. Temuan menunjukkan bahwa pandemi telah mengubah gaya hidup massa dengan cara yang berbeda dan bahwa orang memiliki persepsi yang bervariasi terhadap virus ini mengenai penyebaran dan tindakan pencegahannya. Studi ini juga mengungkapkan bahwa, modal sosial, kesejahteraan psikologis, dan koping religius memiliki jumlah varians stres situasional virus corona yang signifikan. Terakhir, penelitian ini menunjukkan bahwa, mengadopsi langkah-langkah pencegahan, prosedur operasi standar yang berkelanjutan dan bentuk-bentuk yang sehat untuk mengatasi pandemi akan sama pentingnya dengan perawatan medis untuk menahan dan pada akhirnya memberantas virus.

Penyebaran COVID-19 telah mengkhawatirkan dan telah mempengaruhi hampir setiap komunitas di seluruh dunia dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Apapun yang telah dicapai umat manusia atas nama pembangunan; tampaknya telah terpengaruh selama pandemi seperti penderitaan manusia, terutama masyarakat rentan dan terpinggirkan. Ini mendatangkan penyakit yang tak terduga, dan angka kematian yang tinggi yang telah memperburuk masalah global yang ada. Situasi saat ini tidak hanya memengaruhi cara orang berinteraksi, gaya hidup, dan hubungan sosial mereka, tetapi juga menciptakan kesulitan dalam memanfaatkan kemampuan kognitif, memanfaatkan

pengetahuan dan memenuhi tujuan karena ketegangan yang disebabkan oleh COVID-19. Pendekatan, model, pemikiran, dan paradigma peristiwa terkini telah mengekspos ketidakmampuan infrastruktur yang ada untuk merespon situasi secara efektif. Perkembangan dan kemajuan pemikiran manusia dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kepercayaan dan ideologi dan ini perlu terus menerus dirombak agar kehidupan manusia tetap teratur. Namun, waktu mengajak umat manusia untuk merenungkan pandemi ini sebagai whistle-blower bagi mereka yang telah hidup untuk mengejar duniawi, mengabaikan sisi spiritual dari keberadaan manusia. Akibatnya, jika tingkat penyakit dan kematian akibat virus ini tetap tinggi, lalu bagaimana masyarakat akan merespons dan melindungi diri mereka sendiri? Akankah penutupan jalan, jalan raya, masjid, gereja, gedung resmi, universitas, sekolah atau kantor, pembatasan perjalanan, dan karantina tingkat masyarakat menjadi solusi substansial? Dalam masyarakat, virus ini menyebar dari orang ke orang melalui kontak fisik. Oleh karena itu, penting untuk diperkenalkan prosedur operasi standar, seperti kesadaran masyarakat untuk meminimalkan interaksi sosial selama masa kritis pandemi COVID-19 ini. Kajian kali ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat dalam mencari dukungan sosial melalui kesejahteraan psikologis, agama dan strategi penanggulangan untuk meminimalkan penularan dan dampak virus.

Studi ini merangkum berbagai dampak mental, fisik, dan emosional yang dimiliki COVID dan berbagai mekanisme koping yang telah diadopsi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan radikal dalam gaya hidup sehari-hari. Selain implikasi kesehatan fisiknya, pandemi memiliki banyak efek pada kesejahteraan psikologis, situasi ekonomi masyarakat, dan hubungan sosial. Pandemi ini telah mengubah gaya hidup banyak orang dengan cara yang berbeda dan orang memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap virus ini mengenai penyebaran, diagnosis, dan pengobatannya. Mengadopsi langkah-langkah pencegahan, prosedur operasi standar yang berkelanjutan dan bentuk penanganan pandemi yang sehat akan sama pentingnya dengan perawatan medis untuk menahan dan pada akhirnya membasmi virus. Dalam hal ini, faktor yang berbeda, seperti

karena religiusitas, kesejahteraan psikologis, dukungan sosial, dan modal sosial memiliki pengaruh yang berbeda. Orang-orang yang tergabung dalam berbagai kelompok agama memiliki beberapa strategi penanggulangan yang bervariasi dari penolakan yang disengaja atas keparahan virus hingga mencari bentuk untuk dapat menyembuhkannya. Temuan dari data tersebut mengungkapkan bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif secara statistik antara berdoa kepada Tuhan dan keyakinan bahwa situasi saat ini adalah hasil dari kehendak Tuhan. Penelitian ini memiliki keterbatasan tertentu karena kurangnya literatur dan pengetahuan otentik tentang pandemi ini.

Meskipun penelitian ini tidak mewakili semua agama, dan didominasi oleh responden Islam Indonesia, namun hasilnya menunjukkan bahwa meskipun kurangnya fasilitas medis selama pandemi, ada solusi lain, seperti, dukungan sosial, dan religiusitas, semuanya yang memiliki efek potensial pada kesejahteraan psikologis manusia

Penulis: M. Saud

Link Artikel:

Saud, M., Ashfaq, A., Abbas, A. et al. Social support through religion and psychological well-being: COVID-19 and coping strategies in Indonesia. Journal of Religion and Health (2021). https://doi.org/10.1007/s10943-021-01327-1

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp