Masyarakat Terlibat, Kunci Pariwisata Hebat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Travel Kompas

Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan destinasi pariwisata sangat dibutuhkan.Mereka tidak sekedar dijadikan sebagai objek semata, namun menjadi mitra utamabagi para pemangku kebijakan. Disinilah pentingnya kolaborasi antara semua pihak guna terwujudnyapariwisata berkelanjutan. Konsep seperti ini sudah dikemas secara apik oleh para pengelola objek Wisata Gua Tenggar di Tulungagung. Dampaknya tentu bermanfaat bagi semua pihak; baik aspek sosial, ekonomi maupun ekologi bagi sektor pariwisata.

Saat ini pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar dan paling pesat berkembang di dunia. Pertumbuhan pariwisata Indonesia sebagai yang tercepat di Asia Tenggara. Sampai tahun 2019 sektor pariwisata telah menyumbang devisa sebesar Rp 280 Triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 13 juta orang.Diperkirakan dalam lima tahun kedepan pasca pandemi, pariwisata akan menjadi core ekonomi nasional. Dengan demikian potensi ini perlu dikelola secara berimbang.

Dari sudut pandang ekologi, salah satu objek wisata yang mampu meningkatkan karakter lingkungan dan estetika cagar budaya adalah wisata gua. Jenis wisata ini merupakan salah satu bagian dari geotourism, yang saat ini telah menjadi target di seluruh dunia sebagai bagian dari sumber daya ekonomi. Indonesia termasuk juga negara yang mempunyai potensi tersebut sebagai modal mewujudkan pariwisata berkelanjutan.

Namun demikian potensi gua sebagai salah satu objek wisata di Indonesia masih belum begitu diimbangi dengan pengelolaan yang baik. Dampak kerusakan gua oleh kegiatan pariwisata secara umum juga belum diimbangi dengan proses evaluasi dan mitigasi yang baik. Mengingat pengelolaannya hanya dipandang dari sisi ekonomi saja belum sampai pada aspek konservasi sehingga dapat mengacam kerusakan ekologis. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan perlu melakukan evaluasi dengan melibatkan semua elemen masyarakat sekitar. Hal ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif sekaligus mengoptimalkan potensi pariwisata di masing – masing daerah. Termasuk dalam studi kasus ini adalah wilayah Tulungagung.

Secara geografis wilayah Tulungagung berada pada kawasan pegunungan kapur, sehingga banyak dijumpai pemandangan alam berupa gua-gua kapur. Selain kaya potensi gua alami,disana juga terdapat beberapa gua buatan yang erat kaitanya dengan perjalanan sejarah Kabupaten Tulungagung. Dengan banyaknya potensi pariwisata Tulungagung dan kunjungan wisatan yang setiap tahunnya mengalami peningkatan, maka perlu kajian mendalam untuk terus mengembangkan potensi yang ada, terutama berkaitan dengan wisata gua.

Sejak terjadinya pergeseran paradigma dari sentralisasi menuju desentralisasi, Pemerintah Daerah melalui kewenangan otonomi daerah dengan dasar UU No. 32/2004 memiliki kewenangan lebih dalam menggali dan memberdayakan semua potensi yang dimiliki sebagai modal pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks ini, contohnya adalah pengembangan kawasan wisata di Gua Tenggar, Tulungagung. Berdasarkan informasi dari para nara sumber saat ini sudah beberapa potensi pengembangan pariwisata di Gua Tenggar,seperti Edutourism, Pariwisata Minat Khusus, Agrowisata dan Event.

Baik secara historis maupun geografis kawasan di Gua Tenggar bisa menjadi salah satu primadona pengembangan akademik lintas disiplin keilmuan, seperti sejarah, arkeologi, biologi dan lain sebagainya. Sementara bagi wisatawan yang memiliki minat khusus seperti arum jeram, tracking, tubbing dan minat lainnya yang cukup memacu adrenalin bisa juga difasilitasi disana. Adapun bagi yang gemar dengan agrowisata dapat melihat potensi terutama komoditas jagung berikut produk turunannya. Termasuk yang tidak kalah menariknya lagi, disana terdapat event – event khusus yang cukup unik untuk disaksikan, seperti festival layang – layang.

Dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat setempat dalam pengembangan pariwisata khususnya di Gua Tenggar, dapat dipahami bahwa pengelolaan pariwisata yang telah diterapkan dalam pengembangannya tersebutmenggunakan pendekatan Community Based Sustainable Haritage Tourism Management (CBSHM). Hal ini bisa dilihat dari bagaimana masyarakat setempat telah berpartisipasi pada aspek pengelolaan, konservasi, pengembangan wisata situs dan partisipasi dalam retribusi manfaat.

Oleh karena itu, model CBSHM yang diterapkan di Gua Tenggar sejalan dengan pembangunan pariwisata yang harmonis dan diyakini dapat membangun pembangunan yang berkelanjutan. Implikasi dari model ini dapat memperkaya pemahaman terkini tentang konservasi lingkungan sekaligus pengembangan pariwisata selanjutnya. Potensi pariwisata ini dapat membuka peluang lapangan kerja bagi masyarakat sekitar serta mampu menghadirkan kesadaran ekologis masyarakat. Tentu semuanya bisa terwujud dengan adanya kolaborasi antara pemangku kebijakan dengan masyarakat. Keterlibatan masyarakat menjadi landasan utama terwujudnya pariwisata yang hebat, yakni pariwisata yang bisa bermanfaat pada banyak aspek; sosial, ekonomi, maupun ekologi.

Penulis: M. Nilzam Aly

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada laman:

https://journals.aserspublishing.eu/jemt/issue/current

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp