Rinosinusitis Alergi Kronis pada Anak Akibat Alergi Tungau Debu Rumah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi tungau di rumah. (Sumber: https://www.jakartanotebook.com/)

Rinosinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasal dan hidung yang banyak dijumpai di masyarakat, dimana banyak terjadi juga pada anak-anak. Angka kejadian rinosinusitis diperkirakan sebanyak 5–15% dari populasi masyarakat umum, yang mana 2-4% merupakan rinosinusitis kronis. Sebanyak 69.8% kasus rinosinusitis alergi kronis yang teridentifikasi positif disebabkan oleh alergi terhadap tungau debu rumah (TDM), yang mana 42.5% diantaranya terjadi pada anak-anak. Rinosinusitis alergi kronis pada anak sangat menggangu aktifitas fisik dan sosial dalam kesehari-harian penderita maupun orang tua/pengasuh. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan coping pengasuh beserta keluarga, kualitas hidup anak, dan keadaan keuangan orang tua/pengasuh. Manajemen penyakit alergi yang disebabkan oleh TDM khususnya pada saluran pernafasan telah menggunakan berbagai terapi medikamentosa, tetapi sampai saat ini masih belum mampu menurunkan angka kejadian alergi pada saluran pernafasan yang diakibatkan TDM, salah satunya adalah rhinosinusitis alergi kronis. Berangkat dari permasalahan ini muncul pemikiran akan pilihan terapi alternatif yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah tersebut.

Peran imunoterapi tungau debu rumah pada anak dengan rinosinusitis alergi kronis akibat tungau debu rumah

Terapi alternatif selain medikamentosa dalam tatalaksana untuk mengatasi alergi saat ini yang sedang dikembangkan adalah imunoterapi. Imunoterapi merupakan salah satu tatalaksana yang telah terbukti mampu menurunkan gejala alergi, dan bertahan dalam jangka panjang, karena imunoterapi melakukan manipulasi pada sistem imunitas individu yang sakit, dari sistem imun yang timpang menuju keseimbangan sel T, sehingga dapat menurunkan berbagai respon inflamasi yang timbul dan menurunkan gejala klinis pada anak rinosinusitis alergi kronis yang diakibatkan oleh TDR. Penurunuan gejala klinis ini menyebabkan perbaikan aktivitas sehari-hari dan meningkatkan kualitas hidup pada anak.

Beberapa penelitian sebelumya telah menyatakan bahwa imunoterapi TDM merupakan salah satu solusi dalam penanganan rhnosinusitis alergi kronis. Tetapi, pemberian imunoterapi TDM pada anak dengan rinosinusitis alergi kronis masih sangat terbatas dan angka keberhasilannya masih belum diketahui secara pasti. Jumlah kasus alergi TDM pada anak yang dijumpai di RSUD Dr Soetomo setiap tahunnya mengalami peningkatan, pada tahun 2017 didapatkan sebanyak 115 kasus, dan pada 2018 meningkat menjadi 142 kasus. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan analisis pengaruh imunoterapi TDM terhadap kualitas hidup anak dengan rinosinusitis alergi kronis akibat TDR.

Metode dan Hasil

Partisipan adalah anak dengan diagnosis rinosinusitis alergi kronis berdasarkan European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps (EPOS) dengan hasil uji tusuk kulit postitif TDM. Partisipan dibagi 2 kelompok secara randomized control trial yaitu kelompok imunoterapi (diberikan imunoterapi dan medikamentosa) dan kelompok non imunoterapi (mendikamentosa saja). Jumlah sampel tiap kelompok terdiri dari 25 anak. Pemberian imunoterapi TDM dilakukan selama 14 minggu (fase build-up) dimana diberikan imunoterapi tersebut sebanyak 1 kali dalam seminggu secara subkutan. Dilakukan pengukuran serum IgE spesifik TDM, gangguan tidur, coping pengasuh, dan kualitas hidup anak pada pre dan post pemberian imunoterapi. Selama imunoterapi gejala klinis yang timbul pada anak akan dimonitor berdasarkan EPOS yang dilakukan seminggu sekali.

Pada pengukuran pre dan post masing-masing kelompok, didapatkan hasil penurunan nilai IgE spesifik TDM, gangguan tidur, coping pengasuh, dan perbaikan kualitas hidup yang signifikan pada kelompok imunoterapi. Didapatkan perbandingan nilai IgE spesifik TDM, gangguan tidur, dan kualitas hidup yang signifikan antara kelompok imunoterapi dan non imunoterapi.

Hasil riset ini berimplikasi bahwa pemberian imunoterapi TDM dapat menurunkan IgE spesifik TDM, sehingga menurunkan reaksi alergi dan mengurangi respon inflamasi pada daerah hidung dan sinus paranasal yang mengakibatkan penurunan gejala klinis rinosinusitis alergi kronis, maka akan terjadi penurunan gangguan tidur, dan peningkatan kualitas hidup pada anak dengan rinosinusitis alergi kronis. 

Penulis: Azwin Mengindra Putera

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/s2405844021006137

Azwin Mengindra Putera, Zahrah Hikmah, Anang Endaryanto, Irwanto, dan Margarita Maria Maramis (2021). The role of house dust mite immunotherapy in Indonesian children with chronic rhinosinusitis allergy: A randomized control trial. Heliyon, 7(3): 1-7. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2021.e06510

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp