Tidak Hanya Jadi Tempat Baca, Perpustakaan Desa Juga sebagai Tempat Pemberdayaan Masyarakat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, perpustakaan juga dituntut untuk semakin berkembang dalam meningkatkan kualitasnya. Sesuai dengan salah satu dari Hukum Dasar Perpustakaan yang diungkapkan oleh S. R. Ranganathan menyebutkan bahwa library is growing organisme, yang artinya perpustakan adalah organisasi yang terus menerus berkembang, terus melakukan transformasi dan inovasi baru dari waktu ke waktu yang tidak hanya “berdiam diri” saja . Terjadinya perkembangan pada perpustakaan tersebut, perpustakaan di zaman sekarang ini berbeda di zaman dahulu, di mana perpustakaan melakukan pengembangan modal sosial kepada para pemustaka untuk problem solving, peningkatan soft skill dan untuk menciptakan karya kreatif serta inovatif yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan mereka berada, sehingga masyarakat menjadi berdaya.

Perpustakaan desa yang berada di tengah-tengah masyarakat memberikan banyak kebermanfaatan. Perpustakaan desa tidak hanya sebagai lembaga informasi yang menyediakan koleksi buku untuk dibaca oleh masyarakat sehingga dapat meningkatkan minat baca, lebih dari itu hadirnya perpustakaan desa juga berfungsi untuk pemberdayaan masyarakat. Perpustakaan desa melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui tiga aspek yaitu aspek bina manusia, aspek bina lingkungan, dan aspek bina kelembagaan, hal tersebut tercermin dari program-program peningkatan kesejahteraan melalui ke tiga aspek tersebut. Perpustakaan desa dalam melakukan pemberdayaan masyarakat juga dapat dilakukan dengan program pelibatan masyarakat untuk belajar dan berkegiatan dalam bidang pertanian, perkebunan maupun ekonomi kreatif, sedangkan untuk menjangkau masyarakat yang ada di pelosok, disediakan pula layanan mobil perpustakaan keliling

Perpustakaan desa melalui proses pembangunan kapasitas yang bekerja sama dengan  PerpuSeru betujuan untuk pemberdayaan masyarakat. Visi dan misi yang sama antara perpustakaan desa dengan PerpuSeru yaitu perpustakaan menjadi pusat belajar dan berkegiatan masyarakat yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat. Fokus perpustakaan desa memang untuk kalangan masyarakat desa yang menengah ke bawah bukan untuk kalangan yang menengah ke atas, semua perpustakaan desa yang di Negara Indonesia juga lebih memfokuskan pada kelompok masyarakat yang dari segi ekonominya masih rendah. Hal tersebut dikarenakan perpustakaan desa yang juga sebagai lembaga dengan skala kecil milik pemerintah, bertujuan untuk membantu pemerintah pusat dalam hal menciptakan kemandirian hidup masyarakat.

Pemerintah pusat dalam memberikan kekuataan kepada kelompok masyarakat kecil yang mana kekuatan yang diberikan tidak selalu dalam bentuk uang, salah satunya dapat dilakukan melalui lembaga perpustakaan dengan sistem desentralisasi pemerintah pusat kepada perpustakaan nasional kemudian ke perpustakaan propinsi, selanjutnya ke perpustakaan umum/daerah dan yang paling terakhir dekat dengan kalangan masyarakat yaitu perpustakaan desa. Kelompok masyarakat kecil diharapkan mempunyai kekuatan untuk hidup lebih baik lagi. Banyak program-program kemasyarakatan yang dibuat oleh perpustakaan desa dengan melibatkan berbagai kalangan masyarakat, dari kalangan anak-anak sampai dewasa.

Kegiatan yang dilakukan oleh perpustakaan desa bertujuan untuk mendorong masyarakat khususnya kalangan ibu-ibu untuk menciptakan peluang usaha dimulai dari produk olahan yang sederhana, karena banyak di wilayah pedesaan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Para ibu rumah tangga harus terus didorong untuk melakukan kegiatan yang produktif sehingga dapat membantu perekonomian keluarga. Hadirnya perpustakaan desa di tengah-tengah masyarakat memberikan peluang usaha dan meningkatkan pendapatan masyarakat. 

Program kegiatan untuk ibu-ibu di ketiga desa, yaitu kegiatan pelatihan kewirausahaan membuat olahan masakan sederhana yang dapat dijual di pasaran. Banyak peserta dari kalangan ibu-ibu yang mengikuti kegiatan pelatihan di perpustakaan desa, namun mereka hanya datang saja mengikuti pelatihan tersebut. Kalangan ibu-ibu tidak terstimulus untuk bergerak membuat kelompok untuk menciptakan suatu produk inovasi yang layak jual dan menambah keuntungan sesuai dengan harapan perpustakaan desa, padahal dalam hal ini pihak perpustakaan desa sudah mengupayakan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.

Pihak perpustakaan desa juga membuat kegiatan pada sasaran kelompok petani desa. Sehingga masyarakat desa kelompok yang bekerja sebagai petani juga merasakan kegiatan yang dilakukan oleh perpustakaan desa. Kelompok petani desa memiliki perkumpulan khusus petani untuk mendiskusikan masalah pertanian. Sehingga manfaat perpustakaan desa yang berada di tengah-tengah masyarakat dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali, ditambah lagi mayoritas masyarakat bekerja dalam bidang pertanian.

Penulis: Endang Fitriyah Mannan & Esti Putri Anugrah

Artikel selengkapnya bisa di akses di https://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/4552/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).