Langsung ke Majene, RSTKA Layani 35 Pasien dan 7 Operasi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Tim RSTKA saat melakukan operasi di Majene, Sulawesi Barat. (Foto: Rizki Kurniawan)
Tim RSTKA saat melakukan operasi di Majene, Sulawesi Barat. (Foto: Rizki Kurniawan)

UNAIR NEWS – Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) akhirnya sampai di Majene, Sulawesi Barat, pada Sabtu (23/1/2021). RSTKA memutuskan untuk memilih arah bersandar ke Majene dengan pertimbangan pemerataan pelayanan serta kemudahan akses bagi korban dan masyarakat yang terdampak bencana.

Direktur RSTKA dr. Agus Harianto, SpB., menyatakan rute arah kapal diubah ke Majene karena sesuai laporan pelayanan di Mamuju sudah cukup lengkap. Fasilitas-fasilitas kesehatan di sana mulai berfungsi. Ditambah dukungan TNI melalui KRI Soeharso.

”Rumah sakit regional sudah berfungsi melayani tindakan operasi. Rumah sakit yang lain juga sudah berfungsi. Termasuk dari KRI Soeharso sudah melakukan pelayanan,” ujarnya.

dr. Agus menambahkan, Majene merupakan pusat epicentrum gempa Sulawesi Barat. Di sana, pelayanan medis masih sangat minim.

“Kami ingin mendekatkan diri kepada korban yang dekat dengan epicentrum gempa,” ucapm Koordinator Lapangan RSTKA itu.

Pelayanan medis semacam rumah sakit yang dekat di Majene saat ini, sebut dr Agus, hanya RSTKA. Lokasi Rumah sakit Majene dari pusat gempa cukup jauh. Dibutuhkan waktu 50 menit dari RSTKA ke Rumah Sakit Majene. Lalu dari RSTKA ke Malunda, dibutuhkan waktu 50 menit pula.

“Posisi kami berada di tengah-tengah Kecamatan Malunda dan Rumah Sakit Majene,” katanya.

Saat ini RSTKA lebih banyak turun kepada masyarakat untuk mencari kasus trauma yang belum terlayani. Ada berbagai macam alasan. “Kita akan coba persuasif kepada korban untuk mau menjalani tindakan operasi. Itu fokus kita,” ungkap dr. Agus.

melakukan Swab ke anak-anak di Majene, Sulawesi Barat. (Foto: Rizki Kurniawan)

Bukan hanya pelayanan medis di kapal, relawan RSTKA melakukan kegiatan ekstrahospital (di luar penanganan medis). Yakni, mendirikan dapur pengungsi yang bisa menghasilkan 600–700 nasi bungkus dan menyediakan air bersih. Termasuk mengunjungi dan menghibur masyarakat dalam rangka trauma healing.

Diketahui, RSTKA merupakan kapal pinisi 114 GT (Gross tonnage) dengan peralatan medis dan obat-obatan. Sebagaimana rumah sakit, di dalam kapal juga terdapat ruang operasi dan layanan medis lainnya. Terhitung sejak Senin (25/1/2021), RSTKA memberikan pelayanan kepada 35 pasien dan melakukan 7 tindakan operasi dengan dibantu oleh dokter ortopedi dan dokter bedah umum.

“Kami masih akan meng-update terkait jumlah penanganan pasien,” tutur dr. Agus.

“Jika kita berencana dengan baik, kita dapat memberikan dampak yang baik. Kita fokus pada pelayanan yang sudah kita tetapkan. Tetap semangat melayani dengan cinta kasih dan kerendahan hati. Tuhan memberkati kita semuanya,” pungkasnya. (*)


Penulis: Dimar Herfano

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).