Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Creative Self Efficacy Karyawan dengan Identitas Peran Kreatif sebagai Variabel Mediasi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Di era digital, persaingan dalam dunia bisnis sangat kompetitif. Perusahaan akan dituntut untuk selalu berkembang dengan cepat dan menjaga pertumbuhan organisasi. Dalam situasi yang sangat kompetitif, perusahaan harus selalu memperbaiki diri, melihat peluang yang ada dan selalu dituntut untuk melakukan inovasi agar dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan bisnis. Menurut Kim, (2019) sebagai aspek penting dalam menjaga pertumbuhan organisasi, diperlukan kreativitas dalam berorganisasi karena mengacu pada pembangkitan dan pengenalan ide serta solusi yang dapat diterapkan bagi organisasi. Salah satu solusi yang ada untuk menghadapi perubahan lingkungan dan untuk menjaga pertumbuhan organisasi, perusahaan dapat mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya manusia secara tepat dalam menjalankan proses inovasi dengan kreatif.

Daya saing pasar global dan perubahan teknologi yang cepat telah memperpendek siklus hidup produk dan bisnis, dan akibatnya kepemimpinan transformasional, kreativitas, dan inovasi telah menjadi faktor penyebab bagi kelangsungan dan kesuksesan organisasi bisnis modern (Kark et al., 2018). Baik karyawan maupun atasan memainkan peran penting dalam mengembangkan dan memelihara organisasi yang kreatif dan inovatif (Gumusluoglu et al., 2017).

Melalui kepemimpinan transformasional, dapat menciptakan perubahan yang signifikan bagi pengikut dan organisasi dengan menciptakan kemampuan untuk mengarahkan perubahan strategi, misi, struktur dan budaya organisasi, serta dapat mempromosikan produk dan inovasi (Mustika et al., 2020). Sehingga seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional mampu menciptakan pengaruh yang mengarah pada proses inovasi dalam pencapaian tujuan organisasi.

Di sisi lain, menurut Mittal & Dhar, (2015) organisasi perlu membangun lingkungan yang kreatif agar hasil kerja kreatif dapat membantu mencapai keunggulan kompetitif atas organisasi. Oleh karena itu, untuk mempertahankan pertumbuhan dan kesuksesan yang berkelanjutan, organisasi perlu mendukung kreativitas karyawan dengan mengembangkan creative self-efficacy (CSE) karyawan. Munculnya efikasi diri kreatif sebagai domain kreativitas pertama kali dicatat (Bandura, 1997). Menurut Anggarwati & Eliyana, (2015) efikasi diri kreatif berbeda dengan efikasi diri pada umumnya karena berfokus pada keyakinan individu tentang keterampilan dan potensi kreatif yang ada dalam dirinya, serta efikasi diri kreatif adalah keyakinan individu terhadap kemampuannya dalam berproduksi. karya atau ide baru. kreatif. Diketahui bahwa individu dengan creative self-efficacy yang baik merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kemudahan berfikir kreatif atau penciptaan produk kreatif.

Pegawai yang memiliki creative self-efficacy adalah pegawai yang mengetahui identitas peran kreatifnya. Menurut Farmer et al., (2003) identitas peran akan mencerminkan apakah seseorang memandang dirinya sebagai orang yang kreatif, dan efikasi diri yang kreatif mencerminkan sejauh mana seseorang percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk menghasilkan hasil yang kreatif. Peran karyawan yang memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi dalam penyelesaian pekerjaan sangat diharapkan oleh pimpinan, dan bagaimana mereka akan diperlakukan dalam pekerjaannya serta reward yang mungkin didapatnya ketika dapat memenuhi target pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan. proses timbal balik.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, 91,68 masyarakat Indonesia yang tinggal di perkotaan hingga pedesaan berusia 10 tahun ke atas menonton televisi, dimana televisi kini telah menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Selain itu tidak hanya menjadi bagian dari perkembangan teknologi, tetapi juga sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hiburan, informasi, pendidikan dan lain-lain. Didukung oleh hasil penelitian lembaga survei Nielsen pada tahun 2014 yang dilakukan di sepuluh kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, dan Banjarmasin dengan responden masyarakat berusia di atas lima tahun. Dikatakan bahwa rata-rata per hari orang Indonesia menonton televisi adalah 5 jam 1 menit untuk orang di pulau jawa, dan 5 jam 12 menit untuk orang di luar jawa. (http://rona.metrotvnews.com/read/2014/05/22/244689/ Masyarakat Indonesia-menonton-tv-lima-jam-sehari).

Dalam penelitian ini karyawan PT. Jawa Pos Media Televisi (JTV) sebagai objek penelitian. PT. Jawa Pos Media Televisi (JTV) adalah salah satu perusahaan televisi lokal atau regional di Indonesia, serta salah satu stasiun TV lokal yang mengudara di Jawa Timur. Pegawai yang akan menjadi objek penelitian ini adalah pegawai yang bekerja pada divisi editing dan programming, dimana kedua divisi tersebut membutuhkan tingkat creative self-efficacy yang sangat tinggi. Karena divisi editing dan pemograman akan berhubungan langsung dengan pembuatan dan penyiaran program di PT. Jawa Pos Media Televisi (JTV).

Beberapa peneliti percaya bahwa kreativitas karyawan dapat berhasil dipupuk dengan gaya kepemimpinan transformasional (Mittal & Dhar, 2015). Pemimpin kepemimpinan transformasional akan bekerja untuk menginisiasi kemampuan kreatif karyawan sehingga dapat menemukan solusi kreatif atas masalah yang mungkin terjadi. Seperti yang dijelaskan oleh Bass (1985), pemimpin dengan kepemimpinan transformasional memiliki visi yang jelas untuk organisasinya dan juga memiliki keterampilan untuk mendorong karyawan agar mulai berpikir dengan cara baru untuk menemukan solusi kreatif untuk masalah tertentu. Selain itu, mampu bersama-sama menghasilkan karya yang berkualitas melalui kreativitas yang terbentuk dengan baik.

Dengan persaingan yang sangat tinggi dalam dunia bisnis media televisi, maka diperlukan tingkat kreativitas karyawan yang sangat tinggi agar dapat tetap bersaing dengan perusahaan media televisi swasta atau lokal lainnya. Selain membutuhkan tingkat kreativitas karyawan, perusahaan juga membutuhkan peran pemimpin yang mampu memotivasi karyawan untuk dapat mengeluarkan atau menyampaikan ide-ide kreatif dan inovasinya dalam bersaing di dunia media televisi. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Efikasi Diri Kreatif Karyawan dengan Creative Role Identity Sebagai Variabel Mediasi bagi Karyawan PT. Jawa Pos Media Televisi (JTV).

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh signifikan terhadap creative self efficacy PT. Jawa Pos Media Televisi (JTV). Dengan demikian, hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini terbukti benar. Kemudian juga diketahui bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh signifikan terhadap efikasi diri kreatif melalui identitas peran kreatif sebagai mediasi. Dengan demikian, hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini juga terbukti benar. Dalam penelitian ini juga dinyatakan bahwa uji mediasi termasuk mediasi parsial karena pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung keduanya signifikan. Agar penelitian ini dapat mendukung pernyataan Kim, (2019) yang menyatakan bahwa aspek penting dalam menjaga pertumbuhan organisasi diperlukan kreativitas dalam berorganisasi karena mengacu pada kegiatan menghasilkan dan memperkenalkan ide serta solusi yang dapat diterapkan bagi organisasi. Salah satu solusi yang ada untuk menghadapi perubahan lingkungan dan untuk menjaga pertumbuhan organisasi, perusahaan dapat mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya manusia secara tepat dalam menjalankan proses inovasi dengan kreatif. Penelitian ini terbukti mempengaruhi proses inovasi dengan perilaku kreatif dan kompetensi karyawan divisi editorial dan kreatif PT. Jawa Pos Media Televisi (JTV) Surabaya dengan pengaruh variabel kepemimpinan transformasional, efikasi diri kreatif, dan identitas peran kreatif.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi oleh manajemen perusahaan mengenai pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap efikasi diri kreatif karyawan dengan identitas peran kreatif sebagai variabel mediasi. Hal ini dapat mempengaruhi karyawan dalam menyadari bahwa pekerjaannya membutuhkan ide-ide kreatif, karena efikasi diri kreatif terbukti berdampak pada peningkatan kreativitas karyawan, dan dapat mempengaruhi karyawan untuk tetap sadar akan identitas peran kreatifnya sehingga karyawan mampu melahirkan kreativitas diri. Khasiat dalam membantu memecahkan atau memecahkan masalah dalam pekerjaannya. Selain itu dilihat melalui hasil rata-rata pada variabel efikasi diri kreatif paling rendah adalah 3,58 dan ini adalah karyawan bagian editorial dan kreatif PT. Jawa Pos Media Televisi (JTV) Surabaya menyatakan bahwa mereka mampu memunculkan ide-ide yang tidak biasa. Meski masih dalam kategori tinggi, namun hasil tersebut menunjukkan rata-rata terkecil. Sehingga perlu bagi setiap karyawan untuk menggali lebih banyak hal yang berkaitan dengan pekerjaannya agar memiliki ide yang lebih luas, karena hal ini diperlukan dalam mempengaruhi kepercayaan diri karyawan untuk berkreasi sehingga berdampak pada peningkatan kreativitas karyawan.

Penulis : Anis Eliyana

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

http://www.sysrevpharm.org/index.php?fulltxt=18564&fulltxtj=196&fulltxtp=196-1603337336.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).