Populasi penduduk usia lanjut di dunia terus bertumbuh. Antara 2015 dan 2030, jumlah orang di dunia yang berusia 60 tahun ke atas diproyeksikan tumbuh sebesar 56%, dari 901 juta menjadi 1,4 miliar. Pada tahun 2050, populasi lansia global diproyeksikan menjadi lebih dari dua kali lipat ukurannya pada tahun 2015, mencapai hampir 2,1 miliar. Di Indonesia, jumlah lansia diperkirakan mencapai 21,7 juta jiwa atau 8,5% dari total penduduk. Diperkirakan populasi lansia akan tumbuh pesat hingga mencapai lebih dari 23% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2050 . Harapan hidup meningkat dan lansia merupakan kelompok usia yang tumbuh paling cepat dalam populasi. Sayangnya, peningkatan usia hidup tidak sepenuhnya diimbangi dengan meningkatnya status kesehatan. Bukti kuat menunjukkan bahwa prevalensi penyakit kronis pada lansia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Banyak orang berusia 65 tahun ke atas menderita kondisi multimorbid kronis yang berdampak pada peningkatan kecacatan dan penurunan kualitas hidup. Pada tahun 2015 angka kesakitan lansia sebesar 28,62%, artinya dari setiap 100 lansia, 28 diantaranya mengalami penyakit.
Pada tahun 2017 jumlah lansia di Kabupaten Sidoarjo mencapai 7,23% dari total 2 juta jiwa, dan cakupan pelayanan kesehatan lansia mengalami penurunan sebesar 6,61%. Angka harapan hidup di Kabupaten Sidoarjo terus meningkat dan sudah mencapai 71 tahun. Peningkatan angka harapan hidup berdampak pada peningkatan jumlah lansia yang disertai dengan berbagai permasalahan kesehatan. Oleh karena itu, kelompok usia saat ini harus diusahakan agar tetap dalam kondisi fisik dan mental yang prima. Dengan cara demikian lansia tetap sehat, bermanfaat dan berkualitas dalam membangun negaranya.
Komitmen dukungan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dibuktikan dengan adanya Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2010 serta Peraturan Bupati Nomor 57 Tahun 2011 yang mengatur tentang kesejahteraan lansia. Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2010 mengatur hak Lansia untuk mendapatkan peningkatan kesejahteraan, meliputi 1) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual; dan 2) Pelayanan kesehatan. Kebijakan tersebut merujuk pada gagasan tentang penuaan ‘sehat’ atau ‘sukses’, yang berasal dari model yang banyak ditemukan dalam literatur penelitian gerontologi.
Salah satu framework yang membahas tentang keaktifan penduduk usia lanjut adalah yang disebut dengan The Active Ageing Framework. Kerangka Kerja ini telah diadaptasi sebagai strategi global dalam kebijakan, praktik, dan penelitian tentang lansia selama beberapa dekade terakhir. Model ini telah memengaruhi kebijakan dan praktik enanganan lansia di seluruh dunia. Kerangka kerja penuaan aktif mendukung pengoptimalan peluang untuk menciptakan lansia yang sehat.
Kebutuhan khusus yang sangat penting bagi lansia adalah pengobatan dasar dan pengobatan berkelanjutan Pelayanan kesehatan lansia dapat diperoleh di Puskesmas dan rumah sakit yang menyediakan poli lansia atau poli geriatri. Pada tahun 2000, Kementerian Kesehatan mulai mengembangkan konsep pelayanan kesehatan santun lansia, yang diawali dengan pembangunan Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia di seluruh Indonesia melalui forum Kelompok Lansia.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo dan lintas sektor lainnya secara aktif menjalin komunikasi dan koordinasi dengan Yayasan Gerontologi untuk merancang program-program inovatif bagi para lanjut usia. Salah satu peraturan yang banyak dirujuk dalam pengembangan program kesehatan bagi lansia adalah Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2016 tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019. Salah satu misinya adalah meningkatkan pemberdayaan lansia, keluarga, dan masyarakat untuk menghasilkan lansia yang sehat, mandiri, aktif dan produktif selama mungkin.
Penulis: Ratna Dwi Wulandari
Ulasan lengkap dapat di akses pada: https://jummec.um.edu.my/article/view/25855
