Determinan Efisiensi Teknik Industri Minyak Kelapa Sawit di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Alodokter

Menurut BPS (2015), minyak sawit adalah salah satu komoditas hasil industry pengolahan yang memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi di Indonesia. Produksi pengolahan minyak sawit menjadikan Indonesia pemasok sekitar setengah dari pasokan minyak sawit dunia.Pemanfaatan minyak sawit mentah sebagai bahan baku industri dapat memberikan efek berganda meliputi: pertumbuhan subsektor ekonomi lainnya, pengembangan wilayah industri, proses alih teknologi, perluasan lapangan kerja, perolehan devisa, dan peningkatan penerimaan pajak. Prospek baik dari komoditas minyak sawit di bidang perdagangan minyak nabati telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu peningkatan ekspor minyak sawit dan menjadi produsen utama minyak sawit mentah di dunia.Minyak sawit yang dihasilkan dari pohon sawit yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, yakni tahan lama, tahan terhadap tekanan, dan memiliki toleransi suhu yang relatif tinggi.Indonesia memperoleh manfaat ekonomi yang sangat besar dari perkebunan sawit dan pabrik pengolahan minyak sawit. Berdasarkan data FAO (2019), kuantitas ekspor minyak sawit Indonesia di pasar dunia pada tahun 2015 adalah sebesar 26,5 juta ton atau senilai US$15.385,3 juta. Kecukupan ketersediaan pasokan menentukan perkembangan pengolahan minyak sawit domestik di Indonesia.

Negara tujuan utama ekspor komoditas minyak sawit Indonesia selama dua tahun terakhir (2016–2017), yaitu India, Tiongkok, dan Pakistan. Pada tahun 2016 kontribusi ekspor komoditas minyak sawit ke negara India terhadap total ekspor minyak sawit Indonesia sebesar 24,10% dengan nilai US$4.901,2 juta, ke Negara Tiongkok sebesar 13,04% dengan nilai US$2.651,8 juta dan ekspor ke Pakistan sebesar 7,25% dengan nilai US$1.474,7 juta.Jika melihat pertumbuhan nilai ekspor beberapa negara tersebut dibanding tahun 2016, semuanya mengalami kenaikan. Ekspor minyak sawit ke India mengalami peningkatan nilai sebesar 42,08%, Tiongkok meningkat sebesar 21,07%, dan Pakistan mengalami kenaikan sebesar 13,30% (BPS, 2018:37).

Kementerian Pertanian (2014) menyatakan bahwa tingginya permintaan minyak sawit mentah disebabkan oleh pertumbuhan populasi, peningkatan pendapatan domestik bruto negara-negara pengimpor, bergesernya preferensi konsumen karena masalah kesehatan, harga ekonomi, serta berkembangnya berbagai produk turunan seperti biofuel.Hal tersebut menyebabkan kenaikan harga dunia minyak sawit mentah.Harga dunia yang tinggi memberikan insentif kepada produsen untuk menawarkan produk mereka ke pasar ekspor. Pengukuran kinerja produksi menjadi sangat penting dan populer bagi perusahaan sebagai cara untuk mencapai pengambilan keputusan yang lebih baik. Salah satu cara untuk mengukur kinerja adalah dengan melihat tingkat efisiensi yang berhubungan dengan sumber daya yang digunakan dan hasil yang dicapai. Efisiensi dapat digunakan sebagai ukuran tingkat sistem produksi yang diterapkan berdasarkan prinsip ekonomi pada cara untuk menghasilkan tingkat output tertentu menggunakan input minimal atau bagaimana menghasilkan produk seoptimal mungkin menggunakan sejumlah input tertentu. Oleh karena itu, perlu rencana yang lebih tepat dalam mengalokasikan faktor produksi yang dimiliki untuk menghasilkan output yang maksimal. Efisiensi teknik yang dapat dicapai ditandai dengan produksi minyak sawit yang optimal dan harga yang efisien atas keberhasilan produsen dalam memperoleh laba yang maksimum.

Efisiensi sering dikaitkan dengan kinerja perusahaan karena membandingkan antara output dan input. Efisiensi berkaitan erat dengan produktivitas karenapengaruh penggunaan variabel input pada output yang terlibat. Sebagai industry yang bergerak di bidang pengolahan hasil perkebunan maka penelitian ini akan dianalisis dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu metode non-parametrik dengan menggunakan data envelopment analysis (DEA) dengan bootstrap dan tahap kedua menggunakan metode parametrik dengan menggunakan regresi Tobit. Secara garis besar, penelitian ini bertujuan untuk mengukur skor efisiensi teknik perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri minyak kelapa sawit di Indonesia serta mengestimasi signifikansi pengaruh variabel pendukung terhadapskor efisiensi teknik pada tahun 2014.Beberapa variabel pendukung yang dimaksud adalah ekspor perusahaan, lokasi perusahaan, kepemilikan perusahaan, ukuran perusahaan, serta tingkat konsentrasi pasar. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk memacu kinerja produksi perusahaan minyak sawit agar semakin efisien dalam mengolah minyak sawit dengan input yang minimal.

Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata skor efisiensi teknik dari 654 perusahaan industry minyak kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2014 adalah sebesar 0,8099. Subsektor industri minyak mentah sawit (ISIC 10431) memiliki rata-rata skor efisiensi sebesar 0,8123, sedangkan industri minyak goreng sawit (ISIC 10432) rata-rata memiliki skor efisiensi sebesar 0,7849. Skor efisiensi tersebut menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan industri minyak kelapa sawit belum bekerja secara efisien karena memiliki skor yang kurang dari 100%. Secara keseluruhan, karena inefisiensi sebesar 0,1901, maka input harus dikurangi sebesar 19,01% untuk mencapai produksi yang efisien.

Pada hasil regresi Tobit, faktor-faktor yang mempengaruhi skor efisiensi teknik secara signifikan adalah faktor lokasi perusahaan seluruh provinsi (kecuali Provinsi Kep.Riau dan Sulawesi Tenggara), ukuran perusahaan, serta kepemilikan oleh swasta asing.Seluruh faktor memiliki pengaruh secara positif kecuali faktor ukuran perusahaan yang memiliki pengaruh secara negatif. Beberapa faktor sebagian lokasi perusahaan (Kep.Riau dan Sulawesi Tenggara), ekspor perusahaan, dan konsentrasi pasar tidak memiliki pengaruh secara signifikan.

Penulis: DyahWulan Sari & Elissyah Nur Medina

Link jurnal: http://jurnal.isei.or.id/index.php/isei/article/view/54

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).