Butuh Perhitungan yang Tepat dalam Meprediksi Susunan Gigi Anak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi susunan gigi anak. (Sumber: https://tigadental.com/)

Gigi susu bukanlah gigi yang permanen. Gigi susu adalah gigi yang “sementara” yang tumbuh pada usia anak-anak dan nantinya akan digantikan oleh gigi dewasa. Pergantian gigi susu ke gigi dewasa biasanya berlangsung pada usia 6-12 tahun. Pada fase pergantian ini sering dikaitkan dengan permasalahan susunan gigi (ortodontik), dimana susunan gigi menjadi hal yang penting karena kaitannya dengan kepercayaan diri seseorang.

Permasalahan mengenai susunan gigi yang kurang baik masih menjadi permasalahan yang cukup tinggi di Indonesia. Apabila diperlukan sebuah perawatan, kapan kah waktu yang tepat? Waktu yang tepat adalah pada fase pergantian dari gigi susu ke gigi dewasa.

Dalam perawatan susunan gigi, diperlukan analisis mengenai kebutuhan ruang pada rahang untuk gigi permanen tumbuh dalam lengkung pada posisi yang stabil. Analisis ruang ini bertujuan untuk dokter gigi menentukan perawatan susunan gigi yang tepat. Analisis ruang terdiri dari analisis mengenai tempat yang dibutuhkan dan tempat yang tersedia. Untuk menganalisa tempat yang dibutuhkan, seorang dokter gigi dapat menggunakan beberapa cara, salah satunya adalah menggunakan metode prediksi tertentu. Penulis melakukan sebuah penelitian membandingkan beberapa metode prediksi tempat yang dibutuhkan, yaitu metode Moyers, metode Tanaka-Johnston, dan metode Sitepu untuk melihat apakah terdapat perbedaan hasil dari perhitungan ketiga metode tersebut.

Penulis melakukan penelitian pada 73 anak  usia 8-12 tahun dengan kriteria yang sesuai, yang kemudian dicetak rahang atas dan bawahnya kemudian dibuat model studi yang nantinya digunakan untuk menghitung berdasarkan masing-masing metode prediksi. Dan hasilnya adalah terdapat perbedaan yang cukup signifikan untuk perhitungan pada rahang bawah, namun tidak ada perbedaan yang signifikan untuk perhitungan pada rahang atas.

Pada dasarnya ketiga metode prediksi tersebut dihasilkan dari penelitian pada ras yang berbeda. Dan pada beberapa penelitian mengatakan bahwa metode-metode prediksi ini tidak dapat diaplikasikan pada semua ras. Setiap ras memiliki variasi ukuran gigi dan struktur tulang kepala yang berbeda sehingga akan mempengaruhi keakuratan hasil apabila metode prediksi tersebut diterapkan pada ras lain. Melalui penelitian ini, diharapkan dokter gigi mempertimbangkan dan memilih metode prediksi yang akan digunakan agar dapat menentukan perawatan susunan gigi yang tepat agar dapat memberikan hasil yang maksimal.

Penulis: Sindy Cornelia Nelwan

Tulisan lengkap tentang penelitian kami ini dapat dibaca di:

https://ejmcm.com/article_2936_e0ec251b3b030407cdefbc54d6130640.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).