Peluang Immunoglobulin Y (IgY) Spesifik Anti HIV-1 untuk Menghambat Infeksi HIV

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh CNN INdonesia

Kasus penyebaran penyakit HIV/AIDS di dunia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga saat ini tercatat telah mencapai 36,9 juta orang di dunia pada tahun 2018. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 1,2 juta dari tahun 2017. Virus HIV terbagi menjadi 2 subtipe virus yaitu HIV-1 dan HIV-2. Virus HIV-1 merupakan virus yang sitopatik yang diklasifikasikan dalam family retroviridae, subfamily lentivirinae, genus lentivirus yang menyebar ke seluruh dunia, sedangkan virus HIV-2 menyebar di Afrika Barat. Persoalan merebaknya kasus HIV/AIDS masih terus belangsung. Sedangkan vaksin dan obat antiretroviral saat ini hanya mampu menekan progesifitas penyakin namun belum dapat menghilangkan virus HIV sepenuhnya dalam tubuh manusia. Terapi subtitusi untuk menggantikan sistem kekebalan tubuh yang telah menurun dengan mengunakan imunoterapi (Immunoglobulin Yolk) IgY sebagai imunglobulin spesifik dapat menjadi pilihan terapi pada pasien HIV-1. 

Dalam penelitian ini, kami melakukan uji Flowcytometri untuk mengukur densitas/kepadatan reseptor CD4, sehingga dapat diketahui apakah IgY spesifik anti HIV-1 efektif menghambat infeksi HIV-1 terhadap limfosit T CD4+ pada fase binding (tahap entry) pada kelompok perlakuan. Sampel darah pasien HIV-1 diambil dengan tujuan untuk pembuatan vaksin dan stok virus. Hewan coba yang digunakan adalah ayam jenis lohmann laying hens.  Keuntungan menggunakan IgY dari telur ayam dibanding (Imuunoglobulin G) IgG mamalia karena 1). tidak toksik karena telur merupakan bahan makanan sehari – hari umum dikonsumsi, 2) Non allergic, reaksi alergi umumnya terjadi karena mengkonsumsi putih telur dalam jumlah banyak namun bahan IgY larut dalam air yang dimurnikan dari kuning telur (tanpa lipid) biasanya tidak menyebabkan alergi, 3) No serological cross reactivity yaitu IgY tidak bereaksi dengan reumafactor karena epitop – epitop FC (factor of crystalin) dari IgY tidak direcognisi oleh antibody binding site dari rheumafactor, IgY tidak mengaktifkan komplemen mamalia, dan IgY merupakan analog fungsional dengan IgG mamalia sehingga tidak menimbulkan efek samping serum sickness dan shock anaphylatic, dan 4) Effective alternative to antibiotic: salah satu contoh, IgY sebagai alternatif pengobatan pada resistensi antibiotik patogen enteral, karena telah terbukti bahwa IgY dapat mencegah interaksi antara mikroorganisme dengan sel target. Oleh karena itu, penggunaan IgY sebagai antibodi spesifik anti HIV-1 memiliki kemungkinan untuk diaplikasikan.

Pembuatan antigen virus dengan cara darah pasien HIV-1 diambil plasmanya yang mengandung virus kemudian diinaktivasi. Antigen virus tersebut kemudian disuntikkan ke tubuh ayam. Imunisasi pada ayam dilakukan sebanyak dua kali dengan jarak waktu dua minggu dengan dosis 80 μg dan dicampur 0,25 μg Incomplete Freund’s Adjuvant (IFA). Selanjutnya, kuning telur dipisahkan dari putih telur dan dilakukan purifikasi untuk mendapatkan komponen IgY dari telur ayam tersebut. IgY dilakukan karakterisasi dan diuji yang hasilnya adalah IgY spesifik anti HIV-1 yang tersimpan dalam suhu -200C.  

Langkah selanjutnya adalah uji pembentukan syncytium.Uji pembentukan syncytium ini bertujuan untuk menguji kemampuan IgY spesifik anti HIV dalam menghambat terbentuknya molekul syncytium (giant molecular) pada proses replikasi virus HIV. Kriteria uji pembentukan syncytium adalah IgY spesifik anti HIV dinyatakan efektif, jika tidak terbentuk atau sedikit terbentuk molekul syncytium. IgY spesifik anti HIV dinyatakan tidak efektif, jika terbentuk banyak molekul syncytium. Hasil akhir dari uji ini adalah cairan kultur yang dapat digunakan untuk menganalisis densitas/kepadatan reseptor CD4. Kami melakukan pengujian densitas/kepadatan reseptor CD4 menggunakan uji kuantitatif flowcytometri

Hasil analisis uji pembentukan syncytium pada kelompok yang diberi IgY spesifik anti HIV-1 (perlakuan) dan kelompok yang tidak diberi IgY spesifik anti HIV-1 (kontrol) menunjukkan bahwa IgY spesifik anti HIV-1 efektif dalam menghambat terbentuknya Syncytium pada infeksi HIV-1 terhadap limfosit T CD4+ pada fase binding (tahap entry) pada kelompok perlakuan pada pengamatan 24 jam.  Uji densitas/kepadatan reseptor CD4 dengan metode flowcytometri menemukan bahwa pemberian IgY spesifik anti HIV-1 efektif dalam menghambat infeksi HIV-1 pada limfosit T CD4+ pada fase binding (tahap entry) pada kelompok perlakuan pada pengamatan 24 jam. 

Hasil penelitian ini berimplikasi bahwa IgY spesifik anti HIV-1 dapat menjadi peluang sebagai terapi imunisasi pasif untuk penghambat infeksi HIV-1. Hal ini menunjukkan keberhasilan IgY spesifik anti HIV-1 menghambat proses infeksi HIV-1 tersebut merupakan fungsi dari kemampuan antibodi netralisasi (menghambat kemampuan virus untuk menginfeksi dengan cara menghambat penempelan virus, penetrasi, atau pelepasan selubung virus, atau ketiga proses tersebut sekaligus).


Penulis: Dr. Wiwiek Indriyani Maskoep, dr., Sp.PD., FINASIM

Link jurnal terkait tulisan di atas: https://e-journal.unair.ac.id/FMI/article/view/23414

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).