Tim Perwakilan FH UNAIR Gapai Peringkat 4 dalam Foreign Direct Investment Arbitration Moot 2020

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Potret anggota tim perwakilan UNAIR dalam Foreign Direct Investment Arbitration Moot 2020 yaitu Thesalonica Shinta (kiri atas), Axel Cross (kiri bawah), Alex Wijaya (kanan atas), dan Laila Maghfira (kanan bawah). (Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS – International Law Students Association (ILSA) Chapter UNAIR dan Asian Law Students Association (ALSA) LC UNAIR kembali menoreh prestasi yang membanggakan dalam kancah internasional. Kali ini, tim perwakilan ILSA Chapter UNAIR & ALSA LC UNAIR menggapai peringkat 4 dalam Foreign Direct Investment (FDI) Arbitration Moot 2020 pada November silam. Tim perwakilan ini terdiri atas 4 orang, yaitu Thesalonica Shinta P.N.K.F (2017), Alex Wijaya (2019), Axel Cross (2019), dan Laila Maghfira Andaretna (2019).

Untuk mengulik kisah dari prestasi mereka, tim redaksi memutuskan untuk mewawancarai Axel Cross sebagai perwakilan tim pada Senin malam (30/11/2020). Axel, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa FDI Arbitration ini sifatnya sedikit berbeda dengan International Moot Court Competition (IMCC) pada biasanya seperti Philip C. Jessup. Hal ini karena sifat perlombaan dari FDI Arbitration merupakan arbitrase (penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan hukum), sedangkan IMCC merupakan lomba peradilan semu. Axel menceritakan bahwa terdapat 77 tim dari berbagai belahan dunia yang berkompetisi di FDI Arbitration 2020 dan terdapat 5 tim dari Indonesia.

“Dalam arbitrase, sifatnya itu lebih santai layaknya diskusi akademik yang hangat dan berbobot karena kita pada dasarnya ingin meyakinkan judges tentang substansi pleading kita. Bahkan, terdapat momen dimana kita bisa tertawa bersama tim lawan maupun judges,” ujar mahasiswa berkacamata itu.

Axel menjelaskan bahwa kasus yang dibahas dalam FDI Arbitration ini berkutat pada disiplin hukum privat internasional yang memiliki asal usul kepada hukum publik internasional, lebih spesifiknya terkait hukum investasi. Mahasiswa angkatan 2019 itu juga menceritakan tentang detail kasus tersebut yang membahas terkait investor yang melakukan investasi pembangkit listrik batu bara di suatu negara.

Tantangan yang harus dihadapi dalam mempersiapkan perlombaan ini oleh tim perwakilan dari UNAIR menurut Axel adalah tak ada satupun anggota tim yang memiliki pengalaman dalam hukum investasi dan seluruh anggota tim yang angkatan 2019 merupakan mooters baru. Tentu saja, problema lainnya adalah latihan dan riset secara daring yang menurut Axel dan kawan-kawan tim itu lebih susah dan melelahkan.

“Problema lainnya adalah kami memulai persiapan untuk lomba FDI ini terlambat. Awalnya kami ingin mengikuti sebuah perlombaan internasional lain yaitu A-IMCC tapi perlombaan tersebut dibatalkan akibat pandemi. Akhirnya kami memutuskan untuk ikut FDI Arbitration 2020 ini dengan persiapan seadanya,” ceritanya.

Dalam mempersiapkan lomba ini, tim perwakilan dari UNAIR dibantu oleh alumni ILSA seperti Dewi Santoso dan Dekan Fakultas Hukum UNAIR Iman Prihandono sebagai coach. Selama perlombaan, Axel menceritakan bahwa beberapa peserta yang berkompetisi disana telah merupakan legal interns di suatu law firm ternama dan beberapa yang lain merupakan juara dari regional rounds, sementara di regional Indonesia di Asia Tenggara tidak ada regional rounds-nya.

“Apalagi kita sendiri rasanya merupakan pendatang baru yang pengalaman dalam perlombaan ini lebih sedikit, jadi itu merupakan suatu bentuk tantangan juga,” ujar Axel.

Namun usaha yang dikeluarkan oleh tim perwakilan UNAIR tidak mengkhianati hasil dan mereka berhasil menyabet peringkat keempat. Tidak hanya itu, masing-masing anggota juga mendapatkan prestasi dalam kategori best speaker. Untuk Axel Cross sendiri ia mendapat peringkat 3 dari 242 speaker yang berkompetisi di lomba itu. Alex Wijaya mendapat peringkat 16, Thesalonica Shinta menoreh peringkat 46, dan peringkat dari Lailatul Maghfira termasuk 50% dari semua partisipan.

“Harapan kami dari menoreh prestasi ini kedepannya adalah agar teman-teman angkatan 2020 atau angkatan atas untuk tidak takut mencoba mengikuti perlombaan IMCC atau Arbitration Moot karena apabila ada keinginan, pasti hal tersebut dapat dipelajari dan kami akan membantu kalian berproses dalam IMCC,” tutupnya.

Penulis: Pradnya Wicaksana

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).