Catatan Pertama Keberadaan Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus) di Pulau Kangean

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Trubus.id

Masyarakat Indonesia telah lama mengenal lele sebagai ikan konsumsi jauh sebelum masuknya lele dumbo (Clarias gariepinus x Clarias fuscus) ke Indonesia melalui Taiwan. Sebelum tahun 80-an spesies yang dikembangkan masyarakat adalah jenis lele lokal (Clarias batrachus), dalam bahasa internasional dikenal dengan sebutan Asian Catfish. Lele lokal memiliki karakteristik ukuran tubuh lebih kecil dari lele dumbo, warna lebih hitam kehijauan, terdapat titik-titik di bagian badan dan memiliki patil di kedua pangkal sirip dadanya. Selain sebagai alat pertahanan, patil pada lele lokal berfungsi untuk berjalan didarat, hal ini menyebabkan lele lokal juga disebut Walking Catfish. Lele lokal tersebar luas dari Asia Selatan sampai ke Indonesia bagian barat dimana habitanya adalah sungai dan rawa-rawa.

Sejak masuknya lele dumbo dengan berbabagi varian, lele lokal mulai ditinggalkan masyarakat untuk dibudidayakan dan hanya terbatas pada hasil tangkapan liar. Penyebabnya adalah lele dumbo memiliki pertumbuhan lebih cepat, ukuran rata-rata lebih besar dan jumlah telur dihasilkan lebih banyak. Selain itu lele lokal memiliki karakter pemijahan yang sedikit lebih ‘rewel’ dari lele dumbo, yaitu hanya mau kawin secara berpasangan (pair) dan membutuhkan tempat asuhan larva berupa sarang (nursery ground). Tentu sangat berbeda jauh dengan lele dumbo yang lebih mudah dipijahkan tanpa persyaratan yang terlalu rigid.

Sejauh ini status konservasi lele lokal berdasarkan IUCN adalah LC (Last Concern), artinya spesies tersebut masih dianggap aman dari ancaman. Padahal berdasarkan empiris, lele lokal telah banyak menghilang dari habitat asalnya sehingga status konservasinya layak untuk ditinjau ulang. Peneliti dari Universitas Airlangga bekerjasama dengan mahasiswa Wageningen University, Belanda telah menemukan lokasi baru keberadaan lele lokal di Indonesia, yaitu terletak di Pulau Kangean. Lokasi pulau ini yang terpencil membuat keberadaan satwa-satwa lokal masih ada meskipun jumlah terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Individu-individu lele lokal yang berasal dari Pulau Kangean tersebut bisa dimanfaatkan sebagai sumber galur murni terutama untuk kegiatan breeding.

Penulis:Veryl Hasan

Informasi detail dari artikel ini dapat diakses pada laman berikut: http://www.envirobiotechjournals.com/article_abstract.php?aid=10737&iid=316&jid=3

(First Record of Threatened Asian Catfish, Clarias batrachus (Linnaeus, 1758) (Siluriformes, Clariidae) from Kangean Island, Indonesia)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).